Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Lesu ke Level Rp 16.260, Dolar AS Lanjutkan Penguatan
Kurs rupiah anjlok di luar perkiraan usai Israel menyerang wilayah Iran yang membuat ekskalasi perang Timur Tengah makin memanas.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,49 persen ke level Rp 16.260 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot, Jumat (19/4/2024).
Kurs rupiah anjlok di luar perkiraan usai Israel menyerang wilayah Iran yang membuat ekskalasi perang Timur Tengah makin memanas.
Indeks dolar AS menguat ke level 1904.24 pada perdagangan hari ini.
Baca juga: Bank Indonesia Pastikan Stabilitas Rupiah Terjaga Ditengah Konflik Iran vs Israel Memanas
Adapun pergerakan mata uang di Asia terpantau bervariasi.
Peso Filipina menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ditutup anjlok 0,72 persen melawan greenback.
Won Korea Selatan ditutup ambles 0,63 persem, dolar Taiwan ditutup koreksi 0,45 persen, baht Thailand yang tertekan 0,19 persen dan yuan China melemah 0,03 persen terhadap dolar AS.
Sementara yen Jepang menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,11 persen, ringgit Malaysia naik 0,05 persen, rupee India terkerek 0,03 persen dan dolar Singapura naik 0,02 persen, dan dolar Hongkong menguat 0,003 persen.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan dolar AS karena beragam data AS tidak banyak menggoyahkan pandangan bahwa perekonomian masih dalam kondisi yang kuat.
Hal ini menunjukkan Federal Reserve kemungkinan akan menunda penurunan suku bunga pertamanya sejak tahun 2020 hingga akhir tahun ini serta memanasnya eskalasi Iran Israel menjadi fokus.
“Komentar dari Presiden Fed New York John Williams yang mengatakan tidak ada kebutuhan mendesak untuk menurunkan suku bunga saat ini mengingat kekuatan perekonomian, juga membantu mengangkat dolar,” ucap Ibrahim, Jumat (19/4/2024).
Baca juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Posisi Rp 16.261 Per Dolar AS
Presiden Fed New York selalu menjadi pemilih di komite penetapan kebijakan bank sentral.
Namun data ekonomi AS yang kuat dan inflasi yang terus berlanjut telah mendorong investor untuk secara drastis memikirkan kembali kemungkinan The Fed menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat.
Kemudian, eskalasi Iran-Israel menjadi fokus setelah laporan ledakan di seluruh Iran berbagai laporan media, termasuk dari kantor berita Iran, menunjukkan ledakan di beberapa wilayah Iran, Suriah dan Irak.
“Beberapa outlet berita AS melaporkan para pejabat AS mengatakan bahwa Israel telah melakukan serangan balik terhadap Iran atas serangan minggu lalu,” sambungnya.
Ibrahim mengatakan ledakan di kota Isfahan menjadi kekhawatiran karena terletak di dekat beberapa fasilitas nuklir Iran.
“Iran awal pekan ini telah memperingatkan Israel agar tidak menyerang situs nuklirnya, dan bahkan mungkin mempertimbangkan kembali pembuatan senjata nuklir dalam skenario seperti itu,” imbuhnya.