Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Mayoritas Impor, Harga Bawang Putih Melonjak Akibat Harga di China Juga Naik

Kenaikan ini disebut karena pemasok bawang putih di RI, yakni China, juga tengah mengalami kenaikan harga bawang putih.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Mayoritas Impor, Harga Bawang Putih Melonjak Akibat Harga di China Juga Naik
Hendra Gunawan/Tribunnews.com
Harga bawang putih naik Rp 43.500 per kilogram 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga bawang putih tengah mengalami kenaikan. Data panel harga Badan Pangan Nasional menunjukkan, hari ini harga rata-rata secara nasional adalah Rp 43.500 per kilogram, naik 0,28 persen atau sebesar Rp 120.

Kenaikan ini disebut karena pemasok bawang putih di Indonesia, yakni China, juga tengah mengalami kenaikan harga bawang putih.

Sebagai informasi, bawang putih merupakan bahan pangan yang mayoritas merupakan hasil impor.

Baca juga: Pelaku UMKM Didorong Tingkatkan Ekspor Komoditas RI di BNI Exporters Forum

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut, Indonesia mengimpor sekitar 550 hingga 630 ribu ton bawang putih.

"Pada saat seperti ini (harga bawang putih dalam negeri mahal), ya kita memang ikut harga China gitu ya. Jadi ikut harga China, ini proses importasi sama currency gitu," kata Arief ketika ditemui di kantornya, Kamis (18/4/2024).

Ditemui di lokasi sama, Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas Maino Dwi Hartono mengungkap salah satu penyebab harga bawang putih mahal.

BERITA TERKAIT

Ia mengatakan, volume impor bawang putih belum normal karena realisasi yang belum maksimal.

"Kalau april, sudah empat bulan, mestinya yang masuk katakanlah sudah 30 persen , tapi kemarin yang masuk baru sekitar 15 persen. Jadi, volume impornya belum normal, sehingga kondisi pasokan di pasar berkurang. Itu terlihat di (Pasar) Kramat Jati, tren harganya naik," ujar Maino.

Ia menduga masalah importasi yang belum maksimal ini bukan karena China mengalami kendala produksi, melainkan terletak pada distribusinya.

Baca juga: Ukraina Semakin Merana Karena Pemblokiran Ekspor Komoditas di Perbatasan Polandia

"Bukan karena produksi. China kan surplusnya banyak. Menurut saya lebih banyak masalah distribusinya," kata Maino.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas