Rupiah Dibuka Melemah ke Posisi Rp 16.261 Per Dolar AS
Rupiah dibuka melemah 0,52 persen ke posisi Rp 16.261 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan pasar spot Jumat (19/4/2024).
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rupiah dibuka melemah 0,52 persen ke posisi Rp 16.261 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan pasar spot Jumat (19/4/2024).
Pelemahan rupiah ini berbarengan dengan mayoritas mata uang Asia yang terkoreksi terhadap dolar AS.
Won Korea tercatat melemah terdalam 1,25 persen, pesso Filipina melemah 0,59 persen, dolar Taiwan melemah 0,44 persen, dolar Singapura melemah 0,20 persen, baht Thauland melemah 0,15 persen, ringgit Malaysia melemah 0,09 persen, dan yuan China melemah 0,04 persen terhadap dolar AS.
Baca juga: Rupiah Tembus Rp 16.000, Menko Airlangga: Tidak Ada yang Perlu Dikhawatirkan
Adapun yen Jepang menguat 0,37 persen dan dolar Hong Kong menguat 0,01 persen terhadap dolar AS.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami rupiah.
Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) membuat sejumlah mata uang global tertekan.
Airlangga menyebut rupiah melemah hingga menembus Rp16.250 per dolar AS setelah sepekan perdagangan libur lebaran.
Namun demikian, rupiah jika dibandingkan negara setara relatif masih cukup baik.
"Kalau dibandingkan peer country, kita jauh lebih aman," kata Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian di Jakarta, Kamis (18/4/2024)
Dia menyebut mata uang Baht Thailand, Ringgit Malaysia, dan Yuan China tergerus lebih dalam oleh greenback.
Menko Airlangga mengatakan bahwa kepercayaan investor masih kuat terhadap ketahanan perekonomian Indonesia.
Menurutnya, kepercayaan investor adalah kunci menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil.
Baca juga: Sudah Tembus Rp 16.000, Ini Prediksi Perusahaan Riset soal Nilai Tukar Rupiah
Pemerintah pun berjibaku menjaga kepercayaan investor dan nilai tukar rupiah tersebut.
Lembaga pemeringkat Moody’s kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade dengan outlook stabil pada 16 April 2024.
Moody’s juga mempertahankan SCR Indonesia pada Baa2 dengan outlook stabil pada Annual Review 10 Februari 2022.
Airlangga menekankan afirmasi ini sejalan dengan hasil asesmen mereka bahwa ketahanan perekonomian Indonesia tetap terjaga, didukung pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabil serta berbagai inovasi instrumen kebijakan yang kuat di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global.
“Hasil afirmasi Moody’s yang tetap pertahankan peringkat Indonesia dengan outlook stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan geopolitik saat ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan Pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” kata Airlangga.