Industri Baja Swasta Indonesia Ini Tuntaskan Divestasi Anak Usaha
Akuisisi yang dilakukan oleh YKC, SYS dan HWI terhadap GYS terkait bagian upaya untuk memperluas kehadiran mereka di pasar domestik dan Asia Tenggara.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri baja swasta Indonesia, Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) dan perusahaan afiliasinya, mengumumkan penyelesaian proses penjualan 95 persen saham di anak perusahaannya, PT Nusantara Baja Profil (NBP).
Penjualan ini dilakukan kepada Yamato Kogyo Corporation (YKC), Siam Yamato Steel (SYS), dan Hanwa Indonesia (HWI) yang merupakan anak perusahaan dari Hanwa Co, Ltd (Hanwa).
Dengan penjualan, NBP mengubah identitasnya menjadi Garuda Yamato Steel (GYS).
Baca juga: IESR: Industri Baja Bertanggung Jawab 4,9 Persen dari Total Emisi Industri
Akuisisi yang dilakukan oleh YKC, SYS dan HWI terhadap GYS terkait bagian upaya untuk memperluas kehadiran mereka di pasar domestik dan Asia Tenggara.
Sebelum penjualan, GGRP dan Gunung Garuda masing-masing memegang 81,07 persen dan 18,93 persen. Setelah penjualan, GGRP akan mempertahankan 5% saham, sementara Yamato Kogyo Corporation memegang 45%, Siam Yamato Steel memegang 35%, dan Hanwa Indonesia memegang 15% saham di Garuda Yamato Steel.
Sebagai informasi, Garuda Yamato Steel merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis baja struktural dengan kapasitas produksi baja tahunan sebesar 1 juta ton per tahun dan kapasitas rolling sebesar 900.000 ton per tahun.
“Penyesuaian strategi ini tidak hanya menciptakan nilai nyata bagi pemegang saham tetapi juga memperkuat posisi keuangan GGRP, memberdayakan manajemen untuk fokus lebih lanjut pada peningkatan daya saing dan upaya keberlanjutan perusahaan,” kata Direktur Keuangan GGRP Roymond Wong, Kamis (6/6/2024).
Tony Taniwan, Presiden Direktur Garuda Yamato Steel mengatakan, Garuda Yamato Steel memiliki rencana ke depan untuk meluncurkan produk baja baru yang akan menangkap peluang pasar di Indonesia dan akan terus memperluas margin melalui inisiatif efisiensi produksi.
Upaya kolaboratif ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan konsumsi baja nasional yang diperkirakan mencapai 18,3 juta ton pada tahun 2024 dengan peningkatan 5,2%.
Selain itu, dengan 41 proyek prioritas strategis di sektor konstruksi, termasuk pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) yang membutuhkan sekitar 9,5 juta ton baja, terdapat peluang besar bagi produsen baja seperti Garuda Yamato Steel untuk mendukung pengembangan infrastruktur.
Secara kolektif, investor strategis akan fokus pada pertumbuhan di Asia Tenggara dan mampu membawa sinergi melalui keahlian mereka dalam bisnis baja struktural, jaringan pengadaan dan pemasaran global, serta kekuatan finansial
Dengan telah diselesaikannya transaksi ini, GGRP akan fokus pada bisnis baja lembaran serta memiliki rencana untuk berubah menjadi produsen baja dengan emisi karbon terendah. Ini termasuk investasi modal yang signifikan untuk mengadopsi cara pembuatan baja rendah karbon yang paling maju, efisien secara energi, dan terbukti secara teknologi.
“Penyelesaian transaksi ini merupakan puncak dari perjalanan transformasi GRP. Melalui transaksi ini, kami telah mencapai penciptaan nilai yang signifikan bagi pemegang saham, memperkuat kekuatan finansial GRP dan memberdayakan manajemen untuk fokus mengembangkan bisnis baja lembaran," kata Kelvin Fu, Strategic Advisor GGRP.