Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Solar Langka, Sopir Kendaraan Rela Antre Berjam-jam di Sulut dan Banten

Antrean panjang kendaraan yang akan mengisi bahan bakar minyak (BBM) solar terjadi di beberapa daerah di Indonesia

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Solar Langka, Sopir Kendaraan Rela Antre Berjam-jam di Sulut dan Banten
(Petrick Imanuel Sasauw/Tribun Manado)
Antrean panjang kendaraan yang akan mengisi BBM jenis solar di Manado Sulawesi Utara. Dalam beberapa hari belakangan, stok solar memang langka di Sulut. 

TRIBUNNEWS.COM -- Antrean panjang kendaraan yang akan mengisi bahan bakar minyak (BBM) solar terjadi di beberapa daerah di Indonesia, dalam beberapa hari terakhir.

Puluhan pengemudi harus rela mengantre dan memarkir kendaraannya mengantre hingga puluhan meter dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Di Sulawesi Utara, situasi tersebut tidak hanya terjadi di ibu kota Manado, namun terjadi di sejumlah daerah lainnya.

Baca juga: Harga BBM di SPBU Pertamina Per Mei 2024: Pertalite, Pertamax, dan Solar Kompak Turun

Pantauan sejak beberapa hari terakhir, antrean panjang masih marak ditemui.

Di beberapa lokasi, antrean tersebut bahkan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang signifikan.

Beberapa sopir pun rela antre berjam-jam hanya agar bisa kembali beraktivitas bahkan bekerja.

Menanggapi situasi ini, Pengamat Ekonomi Sulut, Robert Winerungan beri komentar.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, antrean BBM solar sudah lama terjadi dan mengakibatkan dampak negatif yang luas.

"Antrean panjang yang membutuhkan waktu lama menyebabkan kehilangan waktu kerja atau operasional," kata dia dikutip dari Tribun Manado, Rabu (12/6/2024)

Akibatnya, transportasi menjadi tidak efisien, biaya transportasi meningkat, dan pengusaha angkutan truk serta bus kesulitan beroperasi tepat waktu.

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kelangkaan solar ini bisa menjadi pemicu inflasi.

Baca juga: Gunakan Teknologi Chip dan Hologram, KB Bank Perluas Akses Fuel Card Solar Bersubsidi di Bintan

Winerungan menjelaskan, jika beban subsidi sudah tidak sesuai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), lebih baik harga BBM naik daripada selalu terjadi kelangkaan.

Kelangkaan ini membuat masyarakat tidak pasti akan ketersediaan solar, yang pada gilirannya berdampak buruk pada perekonomian.

Sampai saat ini, belum ada solusi konkret yang disampaikan oleh pihak berwenang untuk mengatasi masalah ini.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas