Rupiah Langsung Lunglai Sore Ini Setelah BI Tahan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen
Nilai tukar rupiah melemah 0,40 di level Rp 16.430 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (20/6/2024).
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah melemah 0,40 di level Rp 16.430 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (20/6/2024).
Depresiasi rupiah semakin membengkak bahkan terdalam sejak April 2020 di masa awal pandemi Covid-19.
Pelemahan mata uang garuda juga sejalan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Juni 2024 yang memutuskan menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan BI rate 6,25 persen tersebut sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro stabilitas, yaitu untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran," ujar Perry saat konferensi pers, Kamis (20/6/2024).
Sedangkan, BI mematok inflasi tahun 2024 berada di kisaran 2,5 persen plus minus 1 persen.
Perry mengatakan, kebijakan ini juga didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektifitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan masuknya aliran modal asing.
BI akan melanjutkan kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga," katanya.
Kemudian, kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk tetap memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.
BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,5 persen dan suku bunga lending facility di level 7 persen.
Baca juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,25 Persen, Berikut Alasannya
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan sentimen eksternal yang memengaruhi agresivitas dolar adalah para pedagang menunggu lebih banyak petunjuk kebijakan AS.
Sementara Bank of England (BoE) akan melakukan pertemuan, di mana suku bunga diperkirakan tidak berubah.
Selain BoE, investor juga akan mengamati keputusan bank sentral Swiss dan Norwegia pada hari Kamis untuk menentukan prospek suku bunga global.
Data pada hari Rabu menunjukkan inflasi Inggris kembali ke target 2 persen untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun pada bulan Mei.
Baca juga: Gubernur Bank Indonesia Ungkap Penyebab Utama Nilai Tukar Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS
Namun tekanan harga yang kuat mengesampingkan penurunan suku bunga menjelang pemilu bulan depan.
“Sebagian besar ekonom dalam jajak pendapat Reuters minggu lalu memperkirakan bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan Agustus,” ungkap Ibrahimz
Kendati begitu, pasar melihat peluang 30 persen untuk penurunan suku bunga di bulan Agustus dan berpikir bahwa langkah pertama kemungkinan besar akan dilakukan pada bulan September atau November.
Pasar telah memperkirakan pelonggaran BoE sebesar 43 basis poin tahun ini.