Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Sebut Ekspor Baja Dorong Neraca Perdagangan RI Surplus
Pemerintah mendorong produsen baja terus aktif dalam memanfaatkan peluang pasar ekspor dan diversifikasi pasar ekspor.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Seno Tri Sulistiyono
"Karena memang, kita kalau mau jadi negara maju harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, UMKM saja kita bangga, apalagi ini termasuk industri yang teknologi tinggi. Mudah-mudahan ini memberikan tanda-tanda bahwa cita-cita kita ingin menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa kita capai," ujar Mendag.
Sementara itu, Vice President Operations PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi menerangkan, menurut data dari The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), volume impor baja HS 72 dan HS 73 pada tahun 2018-2022 terlihat naik turun karena dampak pandemi Covid-19.
Sebelum pandemi, impor baja HS 72 dan 73 terus meningkat hingga mencapai 19 juta ton pada tahun 2019.
Impor baru turun pada tahun 2020 menjadi 14,1 juta ton karena adanya penurunan siginifikan permintaan pasar, baik dalam negeri maupun global.
Namun di tahun 2021 dan 2022, impor kembali meningkat menjadi 15,6 dan 16.8 juta ton.
“Melihat kondisi yang terjadi pada rentang waktu tersebut, kami yang baru berdiri pada tahun 2019 akhirnya melakukan manuver ekspor. Langkah ini dilakukan setelah sebelumnya mempelajari pola-pola seperti adanya gangguan rantai pasok, permintaan yang berfluktuasi, ketidakstabilan harga dan pasar (volatile), dukungan pemerintah dan perlindungan industri domestik, inovasi dan adaptasi, serta yang terakhir adalah dampak jangka panjang dimana restrukturisasi industri berfokus keberlanjutan dan efisiensi energi sebagai bagian integral dari strategi industri baja pasca-pandemi dari Tata Metal Lestari,” kata Stephanus.
Stephanus berharap dukungan pemerintah dalam hal ini Menteri Perdagangan, untuk terus mendorong transfer teknologi melalui kemitraan dengan negara maju dan institusi penelitian.
Selain itu juga mendukung penerapan regulasi lingkungan yang ketat, mendorong pemberian pembiayaan dan insentif untuk perusahaan yang mengadopsi teknologi manufaktur hijau (berkelanjutan) dan melakukan kegiatan ekspor secara aktif.
Pihaknya juga berharap Kementerian Perdagangan mendukung sistem sertifikasi dan labelling untuk produk ramah lingkungan, mendorong program pelatihan, edukasi dan kampanye publik dan pelaku usaha untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang praktik berkelanjutan.
Dan yang terakhir, Kementerian Perindustrian terus mendorong peluang economic powerhouse antara Indonesia dan negara-negara lain dalam memaksimalkan perjanjian kemitraan ekonomi baik bilateral maupun multilateral.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.