Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

KKP Mulai Jalankan Hilirisasi di Lokasi Penangkapan Ikan Terukur Maluku

Peningkatan kualitas ikan dipengaruhi oleh jarak, waktu, dan sarana-prasarana pendingin dalam pengangkutan.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in KKP Mulai Jalankan Hilirisasi di Lokasi Penangkapan Ikan Terukur Maluku
Istimewa
Ilustrasi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai melakukan kegiatan hilirisasi di lokasi modelling penangkapan ikan terukur di Tual, Maluku. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai melakukan kegiatan hilirisasi di lokasi modelling penangkapan ikan terukur di Tual, Maluku.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo mengungkapkan, tujuan kebijakan ini untuk mengintegrasikan hulu (penangkapan) dengan hilir (pengolahan dan pemasaran).

Yang kemudian akan menumbuhkan ekonomi di wilayah produsen melalui efisiensi dan efektifitas penangkapan ikan, menjaga mutu hasil tangkapan, penanganan dan pengolahan produk, serta distribusi dan pemasaran.

"Sesuai tugas dan fungsi, kami (PDSPKP) menginisiasi penguatan hilirisasi dan penguatan daya saing dalam implementasi modelling PIT," ungkap Budi dalam keterangannya, Senin (8/7/2024).

Baca juga: KKP: Indonesia Produksi 1,49 Juta Ton Ikan Tuna Per Tahun

Ia mengatakan, per Juni 2024 telah dilakukan pengiriman ikan ke Pulau Jawa dengan volume sebesar 30,6 ton atau setara 2 kontainer dengan jenis ikan layang dan deho.

Berdasarkan hasil pengecekan mutu, produk yang dikirim tersebut didominasi oleh mutu grade A (46,67 persen) dan grade B (45,62 persen), sedangkan yang pecah perut alias PP hanya 7,71 persen.

BERITA REKOMENDASI

"Ini menunjukkan bahwa mutu ikan berproses lebih baik dibanding ketika nelayan langsung mendaratkan ke Pulau Jawa dimana yang pecah perut atau rusak dapat mencapai lebih dari 30 persen," jelasnya.

Peningkatan kualitas ikan tersebut, kata Budi, dipengaruhi oleh jarak, waktu, dan sarana-prasarana pendingin dalam pengangkutan.

Karenanya, sejak peresmian modeling PIT, KKP melakukan sejumlah upaya seperti memberikan bimbingan teknis dan pendampingan bagi para nelayan terkait cara penangkapan dan penanganan ikan yang baik di atas kapal.

Khusus Direktorat Jenderal PDSPKP, Budi memastikan jajarannya telah melaksanakan fasilitasi kerjasama antara pemilik ikan (nelayan) dengan pemilik tempat penyimpanan (cold storage) dan Unit Pengolahan Ikan.

Kemudian fasilitasi kerjasama dengan penyedia kapal angkut atau penyedia layanan jasa logistik khususnya shiping line dan container provider, serta konsolidasi muatan sesuai kapasitas yang dibutuhkan agar dapat dibawa dari Tual ke wilayah industri dan konsumen di Pulau Jawa atau langsung menuju pasar ekspor.

Sementara dari sisi pemasaran, PDSPKP juga mengupayakan pemenuhan persyaratan untuk mendapatkan akses pasar melalui promosi dan temu bisnis dengan para buyers di negara tujuan ekspor.

"Dalam pemodelan PIT Tual telah dibangun kemitraan antara nelayan, pengolah dan pembeli ikan dengan mekanisme Business to Business. Sebagai contoh, ikan yang keluar dari Tual dikirim ke Surabaya atau Jakarta dan dipastikan telah ada pembelinya," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas