Nilai Tukar Rupiah Masih Lemah, Presiden KSPI: Berdampak pada Industri Tekstil
Presiden KSPI sekaligus Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan masih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar berdampak pada industri tekstil.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden KSPI sekaligus Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan masih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar berdampak pada industri tekstil.
Selain itu dikatakannya, banjir impor produk asal China memperparah kondisi tersebut.
"Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar itu akan memukul industri alas kaki tekstil," kata Said Iqbal kepada Tribunnews.com di Jakarta Pusat, Senin (8/7/2024).
Kemudian dikatakannya membanjirnya industri tekstil dari China juga memukul industri tekstil, sehingga terjadi PHK besar-besaran.
"Anda bayangkan membeli serat benang polyester dan bahan baku tekstil garmen pakai dollar, karena impor," kata Said Iqbal.
"Tetapi menjualnya di dalam negeri pakai rupiah, dihantam lagi dengan impor. PHK akan lebih kuat," terangnya.
Baca juga: Bikin Mati Industri Kreatif, Menparekraf Geram Masih Ada Produk Tekstil Ilegal di Pasar
Diketahui nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah di level Rp16.280 berdasarkan data Bloomberg Spot, Senin (8/7/2024) pukul 09.10 WIB.
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda melemah tipis. Di mana sebelumnya pada akhir pekan kemarin (5/7/2024), nilai tukar rupiah di level Rp16.277.
Bank Indonesia Kasih Kabar Gembira
Pengusaha berbagai sektor mengeluhkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mengalami pelemahan sejak beberapa hari ke belakang.
Pelemahan rupiah membuat biaya produksi menjadi meningkat, bahkan bisa menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Tercatat pada Senin (8/7/2024), mengutip Yahoo Finance, nilai tukar rupiah menguat ke level Rp16.250 dari posisi tadi pagi di posisi Rp16.307.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kerap bergerak di posisi Rp16.400-an.
Penguatan nilai tukar rupiah diramal Bank Indonesia masih akan berlanjut hingga akhir 2024.
Baca juga: Poin-poin Permintaan Buruh Agar UU Cipta Kerja Dibuang ke Tempat Sampah: Bikin Perusahaan Mudah PHK
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, terdapat empat faktor yang mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah, di antaranya pertama, arah penurunan suku bunga The Fed atau Federal Funds Rate (FFR).