Pasok 35 Persen Kebutuhan Global, Mendag Zulhas: Indonesia Eksportir Pinang Nomor Satu di Dunia
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkap bahwa Indonesia merupakan eksportir pinang nomor satu di dunia.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkap bahwa Indonesia merupakan eksportir pinang nomor satu di dunia.
Sebagai eksportir nomor satu di dunia, Indonesia disebut memasok 35 persen kebutuhan pinang global.
Zulhas, sapaan akrab Zulkifli, pun mengajak semua pemangku kepentingan untuk terus menjaga dan memperkuat prestasi itu.
Baca juga: Realisasikan Ekspor 11,6 Miliar Dolar AS, Kemenperin Terus Genjot Industri TPT
"Pasar pinang terbesar ada di India, Arab Saudi, Bangladesh, dan Vietnam," katanya ketika melepas ekspor pinang PT Best Star Indonesia di Jambi, dikutip dari keterangan tertulis pada Senin (15/7/2024).
Dalam pelepasan ekspor PT Best Star Indonesia untuk Juli 2024, ada 28 kontainer yang dilepas.
28 kontainer itu terdiri dari delapan kontainer ke Arab Saudi dan 20 kontainer ke Bangladesh dengan total nilai 692 ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 11,10 miliar.
Adapun ekspor produk pinang Indonesia periode Januari—Mei 2024 tercatat sebesar 49,1 juta dolar AS.
Pada 2023 tercatat sebesar 127, 39 juta dolar AS ekspor pinang dari Indonesia.
Negara yang jadi tujuan ekspor pinang terbesar RI pada 2023 ada Iran (42,11 persen), India (14,82 persen), Tiongkok (10,81 persen), Bangladesh (9,41 persen), dan Malaysia (5,86 persen).
Baca juga: Kemenperin Ajak Perusahaan Jepang Kolaborasi Pengembangan SDM Industri
Permintaan dunia untuk pinang disebut sangat menjanjikan. Permintaan impor dunia tahun 2023 mencapai 358,7 juta dolar AS.
Tren impor pinang lima tahunan dunia (2019—2023) juga tumbuh positif sebesar 39 persen.
Negara-negara pengimpor pinang terbesar di dunia, antara lain, India (147,3 juta dolar AS), Iran (55,69 juta dolar AS), Bangladesh (35,30 juta dolar AS), Persatuan Emirat Arab (34,42 juta dolar AS), dan Vietnam (26,5 juta dolar AS).
Pinang tidak hanya untuk konsumsi langsung, tetapi juga untuk industri bernilai tambah seperti biomedis untuk antidepresan, antioksidan, dan lain-lain.