Kurs Dolar AS Terus Naik, Ekonom INDEF Sebut Harga Pertamax Series Layak Dinaikkan
Komposisi terbesar dalam menentukan harga BBM adalah harga ICP karena merupakan bahan baku.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menilai sudah saatnya harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamina seperti Pertamax series dinaikkan.
Pasalnya, menurut peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, sudah lama BUMN tersebut menahan Pertamax series, meski tekanan harga minyak dunia sangat tinggi akibat konflik Timur Tengah.
Padahal di sisi lain, SPBU swasta sudah beberapa kali menaikkan harga BBM.
Tidak hanya itu. Tauhid juga menilai bahwa kondisi saat ini juga masih sangat berat, termasuk nilai tukar yang berada pada kisaran Rp16 ribu per dolar AS.
Baca juga: Enggan Membayar Pengemudi Mobil Sigra Putih di Bekasi Kabur Usai Isi Pertamax Rp300 Ribu di SPBU
"Kurs sudah bergerak sekitar 5 persen, makanya Pertamina layak menaikkan harga BBM non subsidi. Yang penting kenaikan tersebut tidak memberatkan masyarakat," kata Tauhid kepada media hari ini.
Tauhid menambahkan, komposisi terbesar dalam menentukan harga BBM adalah harga ICP karena merupakan bahan baku.
Jadi, lanjut Tauhid, kalau harga ICP lebih tinggi dibandingkan nilai tukar maka harga ICP yang dominan menentukan harga BBM tersebut.
"Kalau keduanya bergerak naik (nilai tukar dan ICP), maka mempercepat penyesuaian harga BBM," imbuhnya.
Terkait kemungkinan penyesuaian harga BBM nonsubsidi Pertamina, sebelumnya juga disampaikan Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto.
Sugeng mengatakan, harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax cs memang mengikuti pergerakan harga di pasar. Dalam hal ini, perusahaan bisa menyesuaikan lebih fleksibel.
Seperti diketahui, harga Pertamax cs tidak berubah sejak Februari 2024 meski harga minyak dunia mengalami kenaikan. Sementara badan usaha lain terus melakukan penyesuaian harga.
Kondisi demikian, karena sejak awal 2024 hingga Juni 2024, Pemerintah memutuskan bahwa harga BBM yang disalurkan BUMN tidak mengalami perubahan.
Saat ini, harga jual Pertama series memang jauh di bawah BBM SPBU swasta, seperti Shell, Vivo dan BP.
Untuk RON 92, pada Juli 2024, Pertamina menjual Pertamax Rp12.950/liter. Sedangkan Super Shell Rp13.810/liter, Revvo 92 (produk Vivo) Rp13.600/liter, dan BP 92 Rp13.450/liter.
Sedangkan RON 95, harga jual BBM Pertamina (Pertamax Green) adalah Rp13.900/liter. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Shell V Power) dan BP Ultimate (produk BP), masing-masing Rp14.700/liter.
Begitu juga dengan Revvo 95 (dari Vivo) yang dijual Rp14.500/liter.
Sementara untuk RON 98, Pertamax Turbo dijual Rp14.400/liter. Harga tersebut jauh di bawah produk Shell, yaitu V Power Nitro yang dijual Rp14.930/liter.