Tanam Sayur Organik di Lahan Tidur Bisa Menghemat Uang Belanja Hingga Rp 300 Ribu
pertanian sayur organik skala pekarangan menjadi jalan kemandirian kelompok. Semua berawal dari pola pikir, perempuan harus di depan.
Penulis: willy Widianto
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perempuan menjadi tulang punggung perubahan.
ergerak dari sektor ekonomi dengan pertanian sayur organik skala pekarangan menjadi jalan kemandirian kelompok. Semua berawal dari pola pikir, perempuan harus di depan.
Salah satu perempuan hebat tersebut adalah Tri Ningsih, Ketua KWT (Kelompok Wanita Tani) Kemuning, Kelurahan Patih Galung, Kecamatan Prabumulih Barat, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan.
Ia seakan tak pernah berhenti untuk belajar. Meski usia sudah di atas 40 tahun, ia selalu memotivasi para perempuan anggotanya untuk maju.
“Kalau ada pelatihan, kami selalu duduk di depan supaya mendengar semua materi. Kalau duduk di belakang, kita tidak dapat apa-apa,” kata Tri, Senin(29/7/2024).
Konsep itulah yang selalu ia sampaikan ketika memotivasi anggota. Tak serta merta berhasil, butuh waktu. Tapi ketika sudah menghasilkan, dalam hal ini ekonomi, maka anggota pun tertarik untuk bergabung dan aktif.
"Kalau mendengar istilah wanita tani, yang terbayang dekil, berlumpur. Saya ingin mengubah mindset itu,” katanya.
Dari sanalah ternyata kunci dari motivasi para perempuan untuk aktif. Bisa membeli kerudung bagus dari menghemat uang belanja.
Berawal pada Oktober 2019, ketika pemerintah memberikan dana fasilitasi senilai Rp 50 juta/KWT. Saat itulah, Tri Cs membentuk KWT.
Fasilitas tersebut bukan berupa dana segar, namun berupa fasilitas yang mendorong peningkatan pendapatan. KWT Kemuning memilih bertanam sayuran organik.
“Awalnya karena saya pribadi suka bertanam. Saya menanam apa saja. Bahkan menanam anggur organik, bisa buah dan lebat,” terang Tri.
Dari belajar otodidak, membaca, juga melihat Youtube, ia praktikkan semua yang ia pelajari. Anggota KWT Kemuning yang terdaftar sebanyak 30 orang, namun yang aktif pada awalnya tak lebih dari 5 orang. Hal ini tidak menyurutkan semangat Tri untuk menghidupkan kelompok perempuan.
Alumni Fakultas Ekonomi perguruan tinggi negeri di Sumatera Selatan ini sebenarnya tidak perlu merepotkan diri jika hanya memikirkan kepentingan sendiri.
“Saya melihat lingkungan saya kok seperti ini. Ibu-ibu tidak punya uang. Pendapatan sulit,” kenangnya. Ia ingin berbuat sesuatu untuk sama-sama meningkatkan pendapatan. Apalagi para perempuan yang sudah kelelahan bekerja di ladang karet menjadi penyadap. Tidak sempat lagi untuk mengembangkan diri. Setiap hari disibukkan bertarung dengan keterbatasan ekonomi.
Pada awalnya, Tri menanam aneka sayuran daun. Mulai dari kangkung dan bayam. Kangkung bisa panen dalam waktu satu bulan.
Ia menanam di lahan tidur yang lama tidak dimanfaatkan selain itu ia juga menanam di rumahnya sebagai hobi.
“Pertanian organik ini yang paling susah saat mengembalikan tanah yang sudah keras. Kami mencangkul sendiri,” kata Tri.
Tanah yang sudah biasa menerima asupan pupuk kimia sintetis perlu digemburkan lagi. Setelah dicangkul, disebar pupuk kandang dan kompos hingga siap ditanami.
Panen pertama di lahan ukuran 30x40m tersebut dihadiri oleh Ibu Walikota Prabumulih. Hal ini memberi semangat bagi anggota yang lain untuk lebih aktif. Apalagi setelah tahu, dari hasil bertanam sayuran organik ini bisa memberi pendapatan tambahan.
“Kami bagikan hasil panen ke anggota. Kami juga sampaikan, kalau kita menanam sayuran, kita bisa menghemat Rp 200-300 ribu/minggu,” terang Tri.
Ia mendapatkan angka tersebut dari pengalaman mencatat. Juga dari penelitian S2 yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa di KWT Kemuning.
Selain memberikan pendapatan untuk anggota, KWT Kemuning juga menjadi tempat belajar dan penelitian bagi mahasiswa.
Selain menghemat, KWT Kemuning juga mendapatkan penghasilan dari menjual sayuran. Dalam sekali panen, KWT Kemuning bisa menghasilkan Rp 800 ribu untuk menjual aneka sayuran ke warung-warung. Kali ini tak hanya kangkung dan bayam, tapi sudah beragam mulai kacang panjang, terong hingga bawang merah.
Khusus untuk bawang merah, menjadi keberhasilan lain.
Awalnya dikira bawang merah hanya tumbuh di dataran tinggi. Tapi di desa yang ketinggiannya hanya 70 mdpl, bawang merah yang ditanam di polybag berbuah lebat dan besar-besar. Pupuknya pun dengan pupuk organik.
“Dengan pupuk kimia sintetis tidak kalah. Yang penting dapat panas penuh,” kata Tri.
Dari keberhasilan ini, akhirnya KWT Kemuning mulai memperluas lahan. Tak jauh dari lahan pertama, ada lahan tidur yang sudah siap tanam.
Baca juga: Baru Pulang Sebagai Pendamping Haji, dr Bella Tewas Kecelakaan di Tol Indralaya-Prabumulih
Selain sayuran, ada juga produk dari tanaman obat yang ditanam tumpang sari dengan sayuran. Tanaman obat ini diolah menjadi minuman instan dan jamu. Produknya sudah mendapatkan IPRT yang diurus sendiri oleh anggota KWT.
Sejauh ini, produk masih berdasarkan pesanan. Setiap ada acara yang diselenggarakan pemerintah maupun BUMN khususnya Pertamina, produk dari KWT selalu hadir dan diminati.
Kawasan ini terletak di ring 1 PT. Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Prabumulih Field. Kesejahteraan masyarakat menjadi salah satu fokus dalam CSR-nya.
“Kami memulai program ini sejak tahun 2022, tahun ini (2024) sudah memasuki tahun ke-3 dari road map program selama 5 tahun,” kata Erwin Hendra Putra, Community Development Officer yang mendampingi KWT Kemuning.
Dipilihnya KWT Kemuning setelah melalui social mapping pada tahun 2021. Angka pendapatan rendah dan ada kelompok perempuan yang sudah aktif. Oleh karena itu, program dari Pertamina adalah meningkatkan kapasitas dari anggota dan juga meningkatkan produknya. Tak hanya itu, juga memikirkan pemasaran produk.
Dalam peningkatan SDM, Pertamina mendatangkan mentor, mengadakan pelatihan tentang pertanian organik, dan juga pemasaran. Hal ini memberikan dampak positif bagi KWT. Tak sampai dua tahun pendampingan. KWT Kemuning sudah dinilai mandiri.
“Bahkan KWT Kemuning sudah mampu menjadi pusat pembelajaran dan percontohan bagi 10 KWT lain di Kota Prabumulih,” tambah Hengky.
Selain itu, kampung di sekitar KWT Kemuning juga diikutsertakan dalam Program Kampung Iklim (Proklim) KLHK pada tahun 2024. Program ketahanan pangan, menjaga lingkungan, dan aktif dalam mitigasi perubahan iklim merupakan kegiatan dari KWT Kemuning.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.