UNIFIL Sebut Israel Langgar Gencatan Senjata di Lebanon, Hizbullah Kehilangan Kesabaran
Kepala Hizbullah Naim Qassem mengatakanbahwa kelompoknya siap untuk menanggapi pelanggaran Israel terhadap gencatan senjata di Lebanon.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon menuduh Israel melakukan pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 2006, yang menjadi dasar gencatan senjata pada bulan November lalu.
Mengutip The New Arab, pernyataan dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) pada hari Sabtu (4/1/2025) itu muncul saat pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, memperingatkan bahwa kesabaran kelompoknya terhadap pelanggaran Israel bisa habis, bahkan sebelum berakhirnya jangka waktu pelaksanaan gencatan senjata selama 60 hari.
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada 27 November, tetapi dipenuhi dengan tuduhan pelanggaran dari kedua belah pihak.
"Pagi ini, pasukan penjaga perdamaian mengamati sebuah buldoser militer Israel menghancurkan tong biru yang menandai garis penarikan pasukan antara Lebanon dan Israel di Labbouneh, serta sebuah menara observasi milik Angkatan Bersenjata Lebanon yang terletak tepat di samping posisi UNIFIL di sana," kata pasukan penjaga perdamaian PBB.
"Penghancuran yang disengaja dan langsung oleh militer Israel terhadap properti UNIFIL, yang dapat diidentifikasi dengan jelas, dan infrastruktur milik Angkatan Bersenjata Lebanon merupakan pelanggaran mencolok terhadap Resolusi 1701 dan hukum internasional."
Pasukan UNIFIL, yang terwakili dalam panel yang mengawasi pelaksanaan gencatan senjata, mengimbau semua pihak untuk menghindari tindakan apa pun, termasuk penghancuran properti dan infrastruktur sipil, yang dapat membahayakan gencatan senjata.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata Israel-Hizbullah, tentara Lebanon dikerahkan di selatan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB, sementara tentara Israel menarik diri selama periode 60 hari.
Hizbullah juga akan menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan, dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.
Pada akhir Desember, UNIFIL menyatakan keprihatinan atas kerusakan berkelanjutan yang dilakukan oleh militer Israel di Lebanon selatan.
Merinci serangan udara terbarunya di Lebanon pada hari Kamis (2/1/2025), militer Israel mengatakan bahwa pihaknya bertindak untuk menghilangkan ancaman apa pun terhadap Israel, sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.
Qassem mengatakan bahwa Hizbullah telah memutuskan untuk bersabar, tetapi memperingatkan bahwa kesabaran itu tidak akan berlangsung lama.
Baca juga: Tentara Israel Mundur dari 3 Kota di Lebanon Selatan setelah Negosiasi dengan UNIFIL
"Kami telah mengatakan bahwa kami memberikan kesempatan untuk mencegah pelanggaran Israel dan untuk melaksanakan perjanjian, dan kami akan bersabar," katanya.
Namun, Qassem menekankan, "Ini tidak berarti bahwa kami akan menunggu selama 60 hari."
"Pimpinan perlawanan yang menentukan kapan harus bersabar, kapan harus mengambil inisiatif, dan kapan harus menanggapi."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.