Alarm Resesi Picu Kepanikan Investor di AS, Bursa Wall Street Rontok, Saham Asia Anjlok
Bursa Wall Street dan bursa Asia mengalami konstraksi dalam 24 jam terakhir karena kekhawatiran investor atas potensi resesi ekonomi di AS.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Pasar saham AS di bursa Wall Street dan bursa Asia mengalami konstraksi dalam 24 jam terakhir karena kekhawatiran investor atas potensi resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS).
Kondisi ini makin diperparah dengan meningkat pengangguran AS menyentuh 4,3 persen pada Juli, melampaui ekspektasi dan naik dibanding posisi Juni di 4,1 persen. melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2021.
Buntut melonjaknya angka pengangguran Goldman Sach Group memprediksi resesi di AS selama kuartal tahun ini probabilitasnya meningkat tajam menjadi 25 persen dari awalnya 15 persen.
Meski angka tersebut masih relatif kecil, namun kenaikan itu telah memicu kepanikan investor terkait adanya pemotongan suku bunga yang akan dilakukan Bank Sentral The FED Sebesar 25 basis poin pada September, November dan Desember.
“Premis dari perkiraan kami adalah pertumbuhan lapangan kerja akan pulih pada Agustus dan FOMC akan menilai pemotongan sebesar 25 basis poin merupakan respons yang cukup,” kata para ekonom Goldman, dikutip dari The New York Post.
“Jika kami salah dan laporan ketenagakerjaan Agustus sama lemahnya dengan Juli, maka kemungkinan penurunan sebesar 50 basis poin terjadi pada September," imbuhnya.
Bursa Wall Street dan Saham Asia Anjlok
Imbas isu pemotongan suku bunga Federal Reserve, Indeks utama Wall Street mengalami kontraksi akibat Imbal hasil treasury 10 tahun turun ke level terendah sejak Desember karena investor beralih ke obligasi.
Mengutip data dari CNN International, S&P 500 pada perdagangan Selasa pagi nilainya turun 1,84 persen dan berakhir di 5.346,56. Nasdaq Composite terkoreksi 2,43 persen ditutup di level 16.776,16, merosot lebih dari 10 persen dari level tertingginya baru-baru ini.
Baca juga: AS Terancam Resesi, Pasar Saham Anjlok dan Harga Minyak Naik
Sedangkan Dow Jones Industrial Average tergelincir 610,71 poin atau 1,51 persen ditutup pada 39.737,26.
Alarm resesi AS juga membuat bursa Asia Pasifik mayoritas bergerak merah. Dari bursa Jepang, Indeks Nikkei 225 dilaporkan turun sebanyak 7 persen menjadi sekitar 33,370.
Sementara Indeks Topix yang lebih luas turun 6,5 persen menjadi 2,370 mencapai posisi terendah tujuh bulan karena investor terus bergulat dengan prospek suku bunga yang lebih tinggi di Jepang.
Baca juga: Jerman Jatuh ke Jurang Resesi, Jadi Negara G7 Pertama yang Ekonominya Boncos
Di Hongkong, saham Hang Seng Index terpantau terkoreksi 0,22 persen, diikuti penurunan bursa saham Singapura sebesar 0,12 persen.
Hal serupa juga terjadi pada bursa saham Australia seperti Indeks S&P/ASX 200 turun 2,5 persen menjadi sekitar 7.743, mencapai level terendah satu bulan karena investor bersiap untuk keputusan kebijakan moneter terbaru Reserve Bank of Australia.
Harga Bitcoin Dkk Rontok
Dampak resesi AS semakin meluas, membuat pergerakan aset kripto turun tajam dalam perdagangan 24 jam terakhir. Melansir Coinmarketcap, saat ini harga Bitcoin merosot jadi 53.091 dolar AS per koin, terendah sejak akhir Februari yang mencapai 54.112 dolar AS.
Sejumlah koin kripto teratas lainnya juga ikut mencatatkan penurunan harga seperti Ethereum yang harganya merosot 31,03 persen menjadi 2.326 dolar AS per koin.
Mengikuti yang lainnya harga koin Solana ikut terperosok jatuh 35,99 persen jadi 122.74 dolar AS per koin. Sementara harga meme anjing Dogecoin terseret turun 34,81 persen ke kisaran 0,0878 dolar AS per coin.