Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sore Ini Rupiah Makin Perkasa di Level Rp15.894 per Dolar AS

Rupee India satu-satunya mata uang di Asia yang melemah terhadap dolar AS sore ini dengan koreksi tipis 0,01 terhadap greenback.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Sore Ini Rupiah Makin Perkasa di Level Rp15.894 per Dolar AS
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Kamis (8/8/2024).

Mata uang garuda berada di level Rp 15.894 per dolar AS atau menguat 0,89 persen dari sehari penutupan sebelumnya.

Mayoritas mata uang di kawasan Asia perkasa terhadap dolar AS sore ini.

Rupiah memimpin penguatan disusul dolar Taiwan naik 0,82 persen, baht Thailand naik 0,69 persen, yen Jepang naik 0,54 persen, ringgit Malaysia naik 0,52 persen, pesso Filipina naik 0,35 persen.

Baca juga: Penguatan Rupiah Diramal Terus Berlanjut Jika Ekonomi Global Membaik

Selanjutnya, dolar Singapura naik 0,30 persen, yuan China naik 0,22 persen, dolar Hong Kong naik 0,10 persen, dan won Korea naik 0,02 persen terhadap dolar AS.

Rupee India satu-satunya mata uang di Asia yang melemah terhadap dolar AS sore ini dengan koreksi tipis 0,01 terhadap greenback.

Berita Rekomendasi

Pengamat Pasar Uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan tren penguatan rupiah dipengaruhi sentimen eksternal.

Menurutnya, saat ini investor sedang gundah gulana melirik prospek perekonomian Amerika Serikat (AS), seperti tingkat pengangguran yang masih tinggi, juga inflasi yang belum kunjung mereda, sampai ada kekhawatitan bahwa ekonomi AS terancam resesi.

Investor pun mengharapkan Federal Reserve atau The Fed untuk segera menurunkan suku bunga acuan.

“Investor meningkatkan posisinya pada potensi The Fed untuk menurunkan suku bunga setelah pertemuan Bank Sentral AS tersebut secara mendadak pada Rabu pekan lalu,” urainya.

Pada pertemuan tersebut, Gubernur The Fed Jerome Powell mengisyaratkan penurunan suku bunga pada September 2024 dapat terjadi.

Pernyataan tersebut kemudian diikuti rilis data pasar tenaga kerja yang lemah pada hari Jumat pekan yang sama.

Pasar swap memperkirakan penurunan suku bunga The Fed hampir 50 basis poin pada September 2024.

Peran tradisional dolar AS sebagai aset safe-haven akan selalu dapat kembali muncul jika pasar terus goyah atau ancaman geopolitik di Timur Tengah meningkat.

Begitu pula dengan kembalinya fenomena Trump trade, yaitu menaruh dana pada aset seperti dolar AS atau Bitcoin yang dipandang mendapat manfaat dari kebijakan fiskal yang lebih longgar dan tarif yang lebih tinggi jika Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS.

Di Asia, para pembuat kebijakan BOJ, yang dirilis pada hari Kamis, menunjukkan bahwa anggota bank sentral masih melihat ruang untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut

Suku bunga harus mencapai sekitar 1 persen untuk mencapai tingkat yang netral bagi perekonomian.

Selain itu, data perdagangan pada hari Rabu terus menggambarkan gambaran ekonomi yang suram, karena surplus perdagangan Tiongkok menyusut jauh lebih banyak dari yang diharapkan pada bulan Juli.

“Ekspor secara tak terduga menyusut setelah Uni Eropa mengenakan tarif tinggi pada kendaraan listrik Tiongkok, sementara impor tembaga dan minyak Tiongkok juga turun tajam,” tukasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas