Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Survei UOB: Pebisnis SME Indonesia Sangat Terdampak oleh Inflasi Tapi Bisnisnya Cukup Resilien

Para pelaku usaha kecil dan menengah merasakan dampak yang sangat kuat terhadap usahanya karena tekann inflasi terhadap bisnis mereka.

Penulis: Choirul Arifin
zoom-in Survei UOB: Pebisnis SME Indonesia Sangat Terdampak oleh Inflasi Tapi Bisnisnya Cukup Resilien
Tribunnews/Choirul Arifin
Jasmine Yeoh dalam paparan hasil riset bertajuk Business Outlook Study 2024. pada acara UOB Media Editors Circle bertajuk 'Elevating Indonesia's SMEs Through Regional Connectivity and Digitalisation Capabilities' di UOB Plaza, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pelaku usaha kecil dan menengah atau small medium enterprises (SME) merasakan dampak yang sangat kuat terhadap usahanya karena tekanan inflasi terhadap bisnis mereka.

Laju inflasi yang tinggi membuat bisnis mereka terganggu dan harus melakukan banyak penyesuian agar usahanya tetap resilien.

Temuan ini mengemuka berdasarkan riset internal yang dilakukan oleh UOB Indonesia terhadap ribuan pelaku SME di kawasan ASEAN, China dan Hongkong yang dipaparkan pada acara UOB Media Editors Circle bertajuk 'Elevating Indonesia's SMEs Through Regional Connectivity and Digitalisation Capabilities' di UOB Plaza, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024.

"Tantangan utama yang dihadapi SME saat ini adalah laju inflasi tinggi. Ini berdampak pada 88 persen pebisnis. Di indonesia, SME yang terdampak mencapai 94 persen dan yang paling terdampak adalah SME di sektor manufaktur," ujar periset UOB, Jasmine Yeoh dalam paparan hasil risetnya.

Menghadapi tekanan inflasi tinggi tersebut, para pelaku bisnis SME mengatasinya dengan menyeimbangkan komponen pengeluaran dalam bisnis mereka, termasuk memangkas biaya-biaya, memperbaiki produktivitas dan memperbaiki harga.

Yang menggembirakan, adopsi teknologi digital oleh pelaku usaha di kawasan ASEAN saat ini sangat bagus. Terkait hal ini, pebisnis SME di Indonesia Thailand dan China adalah yang paling unggul.

"Sebanyak 8 dari 10 pebisnis di 3 negara ini sudah mengadopsi digitalisasi. Adopsi digitalisasi di Indonesia mencapai 89 persen," beber Jasmine Yeoh.

Acara diskusi UOB Media Editors Circle bertajuk 'Elevating Indonesia's SMEs Through Regional Connectivity and Digitalisation Capabilities' di UOB Plaza, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024.
Acara diskusi UOB Media Editors Circle bertajuk 'Elevating Indonesia's SMEs Through Regional Connectivity and Digitalisation Capabilities' di UOB Plaza, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024. (Tribunnews/Choirul Arifin)
Berita Rekomendasi

Dia memaparkan, sukses digitalisasi di Indonesia mencapai 86 persen dan di Thailand 75 persen.

Dia menjelaskan, SME di ASEAN menghadapi sejumlah tantangan, yang utama adalah adopsi terhadap digitalisasi, isu keamanan digital, dan implementasi teknologi digital yang berbiaya mahal, serta skill digital yang terbatas.

Tantangan lainnya adalah ketidakcocokan atau incompatibilitas antara teknologi lama dan baru, serta meningkatnya risiko pencurian data.

Dari sisi supply chain management (SCM), riset UOB mendapati temuan, sebanyak 6 dari 10 pebisnis di kawasan ini bilang kondisi geoppolitik yang memanas mempengaruhi bisnis mereka.

Dia mengatakan pebisnis SME di Indonesia memiliki minat tinggi membangun kolaborasi dengan industry bodies, dan membangun koneksi dengan partner dengan pihak ketiga

Baca juga: Pemerintah Siapkan Rencana Transformasi UMKM Jadi Berbasis Industri

"Sebanyak 83 persen pebisnis SME di kawasan ini mencari peluang pasar untuk ekspansi dalam 3 tahun ke depan," katanya.

Dia menjelaskan, pasar ASEAN adalah yang paling diincar, mencapai 56 persen dari total pebisnis, disusul pasar China sebesar 30 persen.

Riset ini juga menemukan, sebanyak 93 persen pebisnis di Indonesia ingin berekspansi ke pasar luar negeri terutama ke ASEAN dan Asia Utara. Di ASEAN, pasar Malaysia sangat diincar untuk ekspansi dengan presentase minat mencapai 73 persen disusul Singapura 60 persen.

Baca juga: Jejaring dan Membangun Branding, Kunci Keberhasilan Sektor UMKM

Secara umum, pebisnis SME di ASEAN optimistis kondisi bisnis akan membaik di 2024. 

Jasmine mengatakan, riset bertajuk Business Outlook Study 2024 ini menggunakan responden 4.000 pebisnis di Asia Tenggara serta China dan Hongkong.

"Di Indonesia kami mewawancarai pebisnis UMKM dan pengusaha besar sebanyak 525, mereka bergerak di sektor manufaktur, engineering, konstruksi dan lain-lain," sebutnya.

Head of Strategic Communication and Brand UOB Indonesia, Maya Rizano mengatakan, riset UOB Indonesia tentang pebisnis SME dan perusahaan skala besar ini bertujuan melihat investasi mereka demi mendorong perekonomian Indonesia.

"Sektor UMKM kita selama ini berkontribusi 70 persen terhadap PDB Indonesia," sebutnya.

Harapman Kasan, Direktur Wholesale Banking UOB mengatakan, sektor SME yang terus tumbuh dan berkembang akan membuat perekonomian RI makin solid.

Baca juga: Kecukupan Pangan dan Energi Hal Paling Penting Bagi RI, Pemerintahan Baru Harus Ekspansi Fiskal

"Riset UOB menyoroti bisnis UMKM dan perusahaan besar bagaimana mereka melihat tantangan di depan. Selama ini UMKM menghadapi sejumlah kendala seperti akses pembiayaan yang terbatas dan adopsi teknologi digital. Tapi UMKM kita cukup resilien dan tumbuh 5 persen," sebut Harapman.

Dalam posisi ini, dia mengatakan, UOB Indonesia berperan sebagai katalisator dan menjalankan fungsi intermediary. "Kita cukup optimistis dengan perekonomian Indonesia ke depan," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas