Apmiso: Penggunaan QRIS Oleh Pedagang Mie Bakso Segmen Bawah Masih di Bawah 50 Persen
Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Nusantara (Apmiso) memaparkan pedagang bakso dan mie yang menggunakan QRIS masih di bawah 50 persen.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Nusantara (Apmiso) memaparkan pedagang bakso dan mie yang menggunakan QRIS masih di bawah 50 persen.
Apmiso menekankan penggunaannya memang harus ditingkatkan. Sebab, Apmiso dan perusahaan penyedia teknologi digital PT Trans Digital Cemerlang (PT TDC) sepakat maksimalnya digitalisasi pembayaran mempermudah penataan keuangan usaha lebih baik.
Dewan Pakar Apmiso Guntur Subagja Mahardika berujar, sedang memaksimalkan sistem digitalisasi salah satunya dalam hal payment system terhadap penjual bakso dan mie ayam di seluruh daerah Indonesia. Pihaknya, ucap Guntur, sudah bekerja sama dengan pihak terkait, seperti pihak bank untuk penggunaan QRIS.
Baca juga: Industri Perbankan Perluas Edukasi Pemanfaatan QRIS ke Pelaku UMKM
"Agar pedagang bakso dan mie ayam di bawah asosiasi kami bisa melakukan pembayaran dengan mudah dan bisa menata keuangan dengan baik," ujar Guntur saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (23/8/2024).
Guntur memaprkan untuk penjual bakso dan mie ayam yang segmen pasarnya menengah ke atas sudah 100 persen menggunakan QRIS dalam bertransaksi. Sedangkan, penjual bakso dan mie ayam segmen menengah ke bawah, ucap Guntur, masih kurang dari 50 persen yang sudah menggunakan QRIS.
"Penjual bakso dan mie ayam yang masuk ke kampung-kampung, dipikul atau pakai gerobak masih perlu sosialisasi dan edukasi untuk penggunaan QRIS," kata Guntur.
Sedangkan, untuk pedagang yang sudah punya outlet di kota-kota sudah pakai QRIS. Sebab, penggunaannya diakui lebih mudah dan simpel.
"Karena bisa lebih gampang hitung modal, omset, untung dan uang untuk belanja bahan lagi," tambah Guntur.
Guntur menyarankan agar Bank dan penyedia jasa teknologi QRIS atau Payment aggretator lebih proaktif ke pedagang bakso dan mie ayam kelas menengah bawah untuk memberikan edukasi soal penggunaan QRIS. Kerjasama antara bank dan komunitas pedagang bakso dan mie ayam justru bisa jadi sarana promosi QRIS hingga ke pelosok daerah Indonesia.
Menurut data Apmiso, saat ini ada sekitar 12 juta pedagang bakso dan mie ayam yang tersebar di Indonesia. Bahkan menurut data terkini, dari 64 juta jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di tanah air, 20 persen di antaranya adalah pedagang bakso dan mie ayam.
Baca juga: Rebound Lagi, Rupiah Ditutup Menguat Tembus di Atas Rp 14.400 Per Dolar AS
"Jadi Bank jangan tunggu pedagang datang. Mereka mikir kalau ke Bank buat urus QRIS bisa habis waktu satu jam dan cuan hilang. Kalau QRIS tersebar di 12 juta pedagang bakso dan mie ayam ini bisa jadi lahan promosi. Transaksi aman karena pedagang tak perlu bawa uang cash yang lebih beresiko uang hilang dan menjadi korban kriminal," kata Guntur.
Guntur mengatakan, dengan digitalisasi pembayaran, pebisnis UMKM khususnya bakso dan mie ayam membuat pembayaran lebih mudah karena cashless dan supply chain, lebih murah dan gampang. Ia juga menyakini Potensi putaran uang pedagang mie ayam dan bakso sangat besar.
"Contohnya, dari 2 juta pedagang bakso/mie ayam sehari bisa laku 50 mangkok. Satu mangkok harga 10 ribu. Artinya satu pedagang 500 ribu per hari, kalau dikali 2 juta pedagang saja sudah Rp1 triliun per hari. Sangat besar dan bisa menghidupkan ekonomi RI kalau dikelola dengan baik," demikian Guntur.