Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Deflasi Agustus Merupakan yang Keempat Kalinya di 2024, BPS: Bukan Fenomena Baru

Perekonomian Indonesia pada bulan Agustus 2024 mengalami deflasi sebesar 0,03 persen ditandai oleh penurunan indeks harga konsumen (IHK).

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Deflasi Agustus Merupakan yang Keempat Kalinya di 2024, BPS: Bukan Fenomena Baru
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petani menyortir tembakau di Gudang Tembakau Empatlima, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (27/12/2023). Bulan Agustus 2024 perekonomian Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen ditandai oleh penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,09 pada Juli menjadi 106,06. Salah satu penyumbangnya adalah harga tembakau. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Perekonomian Indonesia pada bulan Agustus 2024 mengalami deflasi sebesar 0,03 persen ditandai oleh penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,09 pada Juli menjadi 106,06.

Deflasi ini terjadi untuk yang keempat kalinya selama tahun 2024.

"Deflasi bulan Agustus 2024 ini lebih rendah dibandingkan Juli 2024 dan merupakan deflasi keempat pada tahun 2024," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam Rilis BPS, Senin (2/9/2024).

Pudji menyampaikan, fenomena deflasi yang terjadi selama empat kali berturut-turut ini bukan merupakan hal baru. Menurutnya, Indonesia pernah mengalami hal tersebut pada tahun 1999 lalu sebagai respons dari depresiasi nilai tukar rupiah.

"Fenomena deflasi di Indonesia bukanlah fenomena baru. Jadi pada tahun 1999 setelah krisis finansial Asia, Indonesia mengalami deflasi 7 bulan berturut turut yaitu Maret 1999 sampai September 1999 sebagai akibat depresiasi nilai tukar dan penurunan sejumlah harga barang," jelasnya.

Pudji juga menyebut, rentetan deflasi juga terjadi pada Desember tahun 2008 hingga Januari 2009 atau selama krisis finansial global.

Berita Rekomendasi

Deflasi didorong oleh penurunan harga minyak dunia dan permintaan domestik yang melemah.

"Pada tahun 2020 juga terjadi deflasi 3 bulan berturut-turut dari Juli sampai September. Di mana 4 kelompok pengeluaran mengalami deflasi yaitu kelompok makanan minuman dan tembakau, kelompok pakaian dan alas kaki," ucap dia.

"Kemudian kelompok transportasi serta kelompok informasi komunikasi dan jasa keuangan, dengan 4 kelompok ini mengindikasikan bahwa penurunan daya beli 2020 pada periode awal pandemi Covid 2019 kemarin," sambungnya.

Menurut Pudji, deflasi di tahun 2024 ini didukung oleh sisi penawaran atau supply side yang disumbang oleh penurunan harga pangan seperti produk tanaman pangan, hortikultura dan peternakan.

Baca juga: Agustus 2024 Terjadi Deflasi 0,03 Persen, BPS Ungkap Faktornya

"Karena biaya produksinya yang turun sehingga harga di tingkat konsumen juga ikut turun. Ini seiring dengan adanya panen raya sehingga pasokannya berlimpah dan akibatnya harganya juga ikut turun," tuturnya.

Kelompok penyumbang deflasi pada Agustus ini adalah makanan, minuman dan tembakau dengan andil deflasi 0,15 persen.

Baca juga: Indonesia Deflasi 0,18 Persen di Juli 2024, Sumatera Barat Jadi yang Paling Dalam

Pendorong deflasi Agustus 2024 ini berasal dari komponen harga bergejolak sebesar 1,24 persen atau memberikan andil deflasi sebesar 0,20 persen. Sedangkan posisi komponen tersebut pada bulan Juli sebesar 1,92 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada komponen harga bergejolak ini adalah bawang merah, daging ayam ras, tomat dan telur ayam ras.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas