Harga Minyak Dunia Bangkit, Brent Dibanderol Lebih Mahal Tembus 73,70 Dolar AS Per Barel
Di tengah ketegangan investor akibat gangguan pasokan yang meningkat, harga minyak dunia melaporkan kenaikan sebesar satu dolar per barel
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Di tengah ketegangan investor akibat gangguan pasokan yang meningkat, harga minyak dunia melaporkan kenaikan sebesar satu dolar per barel, melanjutkan peningkatan dari sesi sebelumnya, Rabu (18/9/2024).
Mengutip data yang dirilis Reuters, harga minyak mentah berjangka AS atau West Texas Intermediate (WTI) telah naik 1,1 Dolar AS atau 1,6 persen menjadi 71,41 per barel di New York Mercantile Exchange.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Menguat, Brent Naik Tipis 77,52 Dolar per Barel Imbas Sentimen Pasokan Libya
Mengekor kenaikan WTI, Minyak mentah berjangka Brent ikut terkerek naik 95 sen atau 1,3 persen, menjadi 73,70 Dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Setelah sebelumnya minyak WTI dan Brent sempat turun ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun.
Adapun pergerakan positif pada reli minyak terjadi karena beberapa faktor, diantaranya gangguan pasokan minyak mentah di Teluk Meksiko Amerika Serikat (AS) akibat Badai Francine pekan lalu. Kondisi tersebut lantas memicu ancaman krisis lantaran Teluk Meksiko menyumbang 12 persen produksi minyak dunia.
Selain terkendala gangguan stock Libya, harga minyak juga mendapatkan dukungan dari ketegangan baru di Timur Tengah, menurut analis di AEGIS Hedging.
Selain itu, gangguan pasokan di Libya juga mendukung kenaikan harga minyak, menurut kabar yang beredar ekspor minyak di pelabuhan-pelabuhan utama Libya sejak awal pekan kemarin dilaporkan mandek buntut ketegangan yang terus berlangsung antara faksi-faksi politik yang bersaing untuk menguasai bank sentral dan pendapatan minyak.
Tak hanya Libya, pemerintah Irak juga berencana untuk mengurangi produksi minyaknya menjadi antara 3,85 juta dan 3,9 juta barel minyak per hari sampai dengan bulan depan.
“Harga mendapat dukungan dari gangguan pasokan di Libya, di mana keretakan antara faksi-faksi yang bertikai atas kendali bank sentral telah menyebabkan lebih rendahnya produksi dan ekspor minyak,” kata analis Rystad di AEGIS Hedging.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Pasca-Terbunuhnya Haniyeh dan Serangan Israel ke Petinggi Hizbullah
Faktor terakhir yang mendorong pergerakan harga minyak dunia yakni, isu The Fed yang akan memangkas suku bunga acuan para pertemuan yang digelar tanggal 18-19 September 2024, Dana berjangka Fed menunjukkan pasar memperkirakan peluang sebesar 69 persen bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin.
Meski masih tahap wacana, namun dengan Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan menaikkan permintaan minyak. Strategi ini yang membuat investor mulai melirik pasar minyak hingga harga WTI dan Brent kembali terangkat ke zona hijau.