Hilirisasi Kratom, Menteri Teten Ungkap RI Bisa Untung Rp 90 Juta Per Kg
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap potensi nilai dari hilirisasi kratom bisa mencapai Rp 90 juta per kilogram (kg).
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap potensi nilai dari hilirisasi kratom bisa mencapai Rp 90 juta per kilogram (kg).
Ia menyebut langkah strategis pengembangan produk kratom telah dibahas di rapat kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi.
Teten mengatakan, produk kratom berpotensi tidak hanya untuk industri makanan dan minuman, tetapi juga farmasi dan kesehatan.
Baca juga: Agar Tak Dijual Murah, Kementerian Perdagangan Bakal Wujudkan Tata Niaga Kratom
"Sayang sekali kalau dijual hanya dalam bentuk bahan mentah. Paling tidak sampai ke green powder," kata Teten ketika ditemui di kantor KemenKopUKM, Jakarta Selatan, Selasa (17/9/2024).
Teten mengatakan, kratom bila diproduksi ekstraknya bisa mencapai 6 ribu dolar Amerika Serikat (AS) per kg.
Jika dikonversi menjadi rupiah, nilai hilirisasi kratom bisa mencapai sekitar Rp 90 juta dengan kurs Rp 15 ribu per dolar AS.
Untuk melakukan hilirisasi kratom, Teten mengatakan teknologi yang dibutuhkan tidak sulit.
"Kalau dolarnya Rp 15 ribu per dolar AS, berarti kan Rp 90 juta per kilo dan teknologi itu enggak sulit," ujar Teten.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu mengatakan, selama ini kratom yang diekspor RI banyak dikirim ke Amerika Serikat dan India.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor kratom selalu mengalami pertumbuhan dengan tren sebesar 15,92 persen per tahun sejak 2019.
Baca juga: Zulkifli Hasan Setuju RI Ekspor Kratom: Kalau Nanti Penggunaannya Salah, Bukan Urusan Kita
Salah satu negara tujuan ekspor utama kratom Indonesia adalah AS.
Pada periode Januari-Mei 2023, porsi AS mencapai 4,86 juta dolar AS atau 66,30 persen dari total ekspor kratom Indonesia.
Teten tak ingin Indonesia mengekspor kratom secara mentah lagi. Teknologi ekstraknya pun disebut tidak mahal.
"Teknologi ekstraksi gampang, enggak sulit, enggak (mahal). Itu paling (harganya) Rp 3,5 miliar alatnya. Kalau green powder hanya tepung, murah itu," ucap Teten.
Sebelumnya, ketika berkunjung ke Kalimantan Timur pada Jumat (13/9/2024), Teten mengungkap bahwa proses produksi kratom bisa dilakukan oleh koperasi.
Kratom merupakan tanaman endemik Asia Tenggara yang sejak lama daunnya dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sebagai tumbuhan herbal dan memiliki nilai ekonomi yang cukup besar.
Ketika mengunjungi Sentra Produksi Kratom milik Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) cabang Kalimantan Timur, di Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Teten mengatakan Kratom sangat layak untuk dikembangkan sebagai peningkatan ekonomi Kalimantan.
Teten optimistis hilirisasi produk kratom dapat dilakukan apalagi Koperasi Koprabuh sudah melakukan riset yang cukup mendalam.
Ke depannya, ia berharap kratom harus dapat produk yang memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi lebih.
"Ini bisa menjadi produk unggulan dari Kalimantan," kata Teten dalam keterangan tertulis.
Bahkan, dengan pengembangan bahan baku lokal yang melibatkan banyak orang, hal ini dinilai bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Komoditas kratom disebut memiliki potensi sangat tinggi bagi peningkatan kesejahteraan petani, pendapatan daerah, dan pendapatan nasional.
Oleh karena itu, perlu ada regulasi tata kelola kratom yang melindungi kepentingan petani dari tengkulak maupun eksportir nakal.
Dalam hal ini, Teten mewanti-wanti agar ekosistem perdagangan dan investasi harus tepat dan terjaga baik.
"Kalau tidak, nilai ekonomi dari kratom bisa diambil pihak lain," ucap Teten.