Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Reaksi Pasar Saham Jelang Sidang The Fed: Bursa Asia Mixed, Wall Street Bergerak Fluktuatif

The Federal Reserve (The Fed), diperkirakan bakal menggelar  sidang Jackson Hole untuk membahas rencana pemangkasan suku bunga setelah mempertahankann

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Reaksi Pasar Saham Jelang Sidang The Fed: Bursa Asia Mixed, Wall Street Bergerak Fluktuatif
Bloomberg/Getty Images
Ilustrasi: Bursa Wall Street 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON –  Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), diperkirakan bakal menggelar  sidang Jackson Hole untuk membahas rencana pemangkasan suku bunga setelah mempertahankannya pada level tertinggi dalam dua dekade selama lebih dari setahun.

The Fed diproyeksi akan merilis hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) termasuk suku bunga acuan The Fed dan Summary Economic Projections (SEP) yang berisi dot plot matrix pada Kamis (19/9/2024) dini hari waktu Indonesia.

Belum jelas berapa banyak pemangkasan suku bunga yang akan dilakukan The Fed di pertemuan kali ini. Namun isu pemangkasan suku bunga ini mempengaruhi fokus investor terhadap pasar saham.

Baca juga: IHSG Akhir Pekan Lalu Cetak Rekor, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Mereka khawatir pemangkasan suku bunga tidak akan menjamin bahwa saham atau obligasi akan menguat signifikan. Hal ini yang membuat bursa Asia dibuka mixed pada pagi ini, Rabu (18/9/2024).

"Dengan pertemuan Fed yang berpotensi meningkatkan volatilitas secara signifikan, jelas ada cukup alasan bagi calon pembeli untuk tidak melakukan aksi beli," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group.

Menurut data pasar CNBC International,indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,55 persen, sementara bursa Shanghai Composite tumbuh 0,13 persen. 

Berita Rekomendasi

Namun pada pergerakan bursa Straits Times Singapura dibuka turun 0,17 persen sementara  ASX 200 Australia minus tipis 0,03 persen, diikuti penurunan FTSE Malaysia sebesar 4,66 poin atau 0,28 persen ke 1.659,47.

Wall Street Bergerak Fluktuatif

Tak jauh berbeda dengan bursa Asia, saham-saham di bursa AS Wall street juga ikut bergerak fluktuatif akibat ketegangan investor menunggu keputusan The Fed terkait pemangkasan suku bunga di pertemuan FOMC.

Menurut pantauan, Indeks S&P 500 hampir datar di akhir sesi setelah sempat menyentuh rekor tertinggi. Hal itu karena pasar tengah menantikan keputusan Federal Reserve mengenai penurunan suku bunga.

Secara keseluruhan, S&P 500 bergerak tipis 0,03 persen menjadi 5.634,58 setelah mencapai rekor tertinggi di 5.670,81. Kemudian Nasdaq Composite terapresiasi 0,2 persen dan ditutup pada 17.628,06. 

Baca juga: IHSG Dibuka Menguat, Rupiah Melemah di Level Rp 15.638 per Dolar AS

Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average turun 15,9 poin atau 0,04 persen ke 41.606,18, meski sempat mencapai rekor baru dalam sesi perdagangan. Sementara rekor kedua indeks S&P 500 dan Dow tercapai di tengah periode sulit bagi pasar.  

Pergerakan fluktuatif terjadi ketegangan investor menunggu penurunan suku bunga The Fed yang telah lama dinanti, ditengah lemahnya data pekerjaan dan manufaktur di bulan Agustus hingga memicu aksi jual besar pada akhir pekan lalu.

Terpisah, Federal Reserve secara luas diperkirakan akan menurunkan suku bunga pada hari tetapi pasar tidak yakin mengenai besaran pemangkasan tersebut.

Menurut FedWatch Tool milik CME Group, pasar keuangan memperkirakan The Fed bakal menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dengan persentase 87 persen. Namun 63 persen pedagang memproyeksi bahwa bank sentral akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin,

Kedati pemangkasan suku bunga dapat memberikan nafas segar bagi perusahan-perusahan besar, akan tetapi penurunan suku bunga yang lebih tajam dapat memicu kekhawatiran kondisi ekonomi AS.

Kepala Strategi Teknikal di LPL Financial, Adam Turnquist, mengatakan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin lebih lanjut mengindikasikan bahwa pandangan The Fed terhadap pasar tenaga kerja telah memburuk. 

Ia menilai akan menjadi tanda yang mengkhawatirkan. Hal itu sebab bisa mengindikasikan lemahnya pondasi ekonomi yang lebih dalam, terutama terkait dengan kemampuan pasar tenaga kerja untuk terus tumbuh.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas