Virgin Australia Jadi Maskapai Internasional Pertama Gunakan Bioavtur Pertamina
Penyaluran dilakukan saat gelaran Bali International Airshow selama dua hari penerbangan Virgin Australia di Ngurah Rai, yaitu pada 18-19 September.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virgin Australia Airlines menjadi maskapai internasional pertama yang menggunakan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur Pertamina.
Penyaluran SAF ke Virgin Australia Airlines dari Aviation Fuel Terminal (AFT) Ngurah Rai ditandai dengan seremoni “First International Uplift” pada perhelatan Bali International Airshow di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Maya Kusmaya mengatakan penyaluran pertama SAF di Bandara Ngurah Rai ini menandai bahwa Indonesia dapat beradaptasi dengan tuntutan bauran energi di industri penerbangan internasional.
"Saat ini SAF menjadi solusi jangka menengah bagi penerbangan untuk mengurangi jejak karbon, tanpa memerlukan perubahan pada pesawat, infrastruktur bandara, atau rantai pasokan bahan bakar jet," kata Maya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/9/2024).
Baca juga: Bioavtur 1 Persen untuk Industri Penerbangan Akan Mulai Diberlakukan 2027
Sebanyak kurang lebih 160 kiloliter SAF disalurkan kepada Pesawat Boeing 737 milik Virgin Australia.
Penyaluran dilakukan saat gelaran Bali International Airshow selama dua hari penerbangan Virgin Australia di Ngurah Rai, yaitu pada 18-19 September 2024.
Virgin Australia melayani rute penerbangan dari Denpasar ke Brisbane, Melbourne, Sydney, dan Gold Coast.
SAF yang disalurkan di Aviation Fuel Terminal Ngurah Rai dikelola menggunakan metode chain of custody tipe mass balance.
Dalam metode itu, produk avtur konvensional berbahan bakar fosil dicampurkan dengan bahan bakar terbarukan (SAF) dalam tangki yang sama karena keduanya memiliki spesifikasi teknis yang serupa.
Meskipun dicampur, pencatatan dan pembukuan avtur dan SAF dilakukan secara terpisah.
SAF yang disalurkan telah dipastikan mengacu framework sertifikasi International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) untuk Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA).
Selain itu, juga telah mengacu framework serifikasi Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU).
SAF juga disebut telah memenuhi standar internasional yang diatur oleh American Society of Testing and Materials (ASTM).
Lebih lanjut, SAF ini juga terjamin aman karena sudah termasuk sebagai Corsia Eligible Fuel (CEF) yang dapat diklaim kepada International Civil Aviation Organization (ICAO).
"Langkah baru menuju penerbangan berkelanjutan ini mampu mengurangi emisi karbon dari bahan bakar fosil," ujar Maya.
Ia menjelaskan, SAF Pertamina merupakan perpaduan dari 38,43 persen synthetic kerosene yang diproduksi dari minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) dan 61,57 persen avtur yang berasal dari fosil.
Dalam kesempatan sama, General Manager Sustainability Virgin Australia Fiona Walmsley mengatakan, kerja sama ini merupakan langkah awal antara Indonesia dan Australia dalam upaya mewujudkan target Net Zero Emission di kedua negara.
“Dengan bergandengan tangan, Indonesia dan Australia berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon dan mengimplementasikan solusi ramah lingkungan yang inovatif," kata Fiona.
"Kolaborasi ini menunjukkan tekad untuk membangun masa depan sektor aviasi yang lebih berkelanjutan dan bersih,” lanjutnya.