AS dan Israel Rancang Serang Infrastruktur Minyak Iran di Teluk Persia
Amerika Serikat dan Israel merancang rencana menyerang fasilitas minyak Iran di Teluk Persia sebagai balasan atas serangan rudal balistik Iran.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat dan Israel merancang rencana menyerang fasilitas minyak Iran di Teluk Persia. Presiden AS Joe Biden mengatakan negaranya sedang berdiskusi dengan Israel mengenai kemungkinan serangan militer Israel terhadap infrastruktur minyak Iran.
Ketika ditanya apakah dia akan mendukung serangan semacam itu, Biden bilang, "Kami sedang mendiskusikan hal itu. Saya pikir itu akan sedikit... pokoknya."
Pernyataan itu Biden sampaikan ke wartawan ketika dia akan meninggalkan Gedung Putih, dan semakin tidak memperjelas pendirian Washington terkait konflik Iran dan Israel.
Joe Biden sebelumnya mengatakan dia tidak akan mendukung serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.
Minyak Brent Naik 5 Persen
Kondisi di Timur Tengah yang memanas membuat harga patokan minyak mentah Brent melonjak 5 persen segera setelah pernyataan tersebut.
Jumlah tersebut kini telah meningkat sebesar 10 persen sejak serangan rudal skala besar Iran terhadap Israel pada hari Selasa.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Iran "akan membayar mahal" atas serangan hari Selasa, yang menyebabkan setidaknya 180 rudal balistik ditembakkan ke Israel.
Citra satelit yang diterbitkan kantor berita Associated Press menunjukkan kerusakan di pangkalan udara Nevatim, salah satu sasaran serangan.
Iran mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, dan komandan Korps Garda Revolusi Iran Brigjen Abbas Nilforoushan.
Biden mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak memperkirakan Israel akan melancarkan pembalasan pada Kamis kemarin, 3 Oktober 2024.
Baca juga: Kerusakan Bangunan Tel Aviv Imbas Serangan Iran ke Israel
Ketika ditanya apa rencana AS untuk mengizinkan Israel menyerang Iran, dia menjawab, "Pertama-tama, kami tidak mengizinkan Israel, kami memberi nasihat kepada Israel dan tidak ada hal yang akan terjadi hari ini."
Seorang pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa AS yakin Israel “masih menentukan apa yang sebenarnya akan mereka lakukan.”
Joe Biden sebelumnya mengatakan AS tidak mendukung serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, seperti yang digembar-gemborkan oleh beberapa pihak di Israel, termasuk mantan PM Israel Naftali Bennett.
Bennett berpendapat bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dapat "membantu mengubah wajah Timur Tengah" dan "melumpuhkan rezim teroris ini secara fatal".
Laporan di media Israel yang mengutip pejabat lokal menunjukkan bahwa Israel berencana untuk menyerang fasilitas minyak Iran terlebih dahulu. Jika Iran kemudian membalas, Israel akan menargetkan fasilitas nuklirnya.
Berbicara pada hari Rabu, kepala staf Iran Mayjen Mohammad Bagheri mengatakan kepada TV pemerintah bahwa mereka akan menyerang infrastruktur di seluruh Israel jika mereka membalas.
Baca juga: AS Intimidasi Iran di Sidang Darurat Dewan Keamanan PBB: Jangan Targetkan Kami Atau Israel
Serangan tersebut “akan diulangi dengan intensitas yang lebih besar dan seluruh infrastruktur rezim akan menjadi sasaran”, kata Bagheri.
Hari Rabu, Biden mengatakan dirinya telah berkonsultasi dengan para pemimpin negara-negara G7 lainnya, yang sepakat bahwa Israel “mempunyai hak untuk merespons, namun mereka harus merespons secara proporsional”.
Kekhawatiran akan kekerasan lebih lanjut antara Israel dan Iran, produsen minyak terbesar ketujuh di dunia, telah membuat pasar khawatir.
Yang menjadi perhatian khusus adalah apakah eskalasi dapat menghalangi Selat Hormuz, yang merupakan jalur yang dilalui sepertiga kapal tanker minyak dan seperlima gas LNG beku.