Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ketergantungan Warga Terhadap QRIS Semakin Tinggi, Sosialisasi Perlu Dimaksimalkan

 Menurut Eko, dunia usaha dan masyarakat tanah air sudah sangat bergantung pada sistem cashless seperti QRIS dan yang lainnya.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ketergantungan Warga Terhadap QRIS Semakin Tinggi, Sosialisasi Perlu Dimaksimalkan
Hasanudin Aco/Tribunnews.com
Warga menggunakan QRIS untuk membayar belanjaan di minimarket. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Komunitas Pengusaha Tangan di Atas (TDA) 8.0 dan PT Trans Digital Cemerlang (TDC) menyakini masyarakat Indonesia sudah merasakan efisiensi dan keuntungan mengunakan QRIS atau pembayaran digital.

Presiden TDA 8.0 yang juga Direktur Utama PT IDeA Indonesia Akademi Tbk Eko Desriyanto menjelaskan fenomena demam pembayaran digital yang menjangkiti warga Indonesia saat ini.

 Menurut Eko, dunia usaha dan masyarakat tanah air sudah sangat bergantung pada sistem cashless seperti QRIS dan yang lainnya.

Baca juga: Geliat Digitalisasi Pembayaran, Transaksi via EDC & QRIS di Solo Tahun Ini Bakal Tembus Rp 1 Triliun

"Pakai QRIS itu cuma modal bawah HP atau gadget, tidak beresiko sepeti bawa-bawa uang cash, bisa hilang, kecopetan. Belum lagi bawa dompet kan ribet, pakai kartu juga sudah semakin jarang karena bisa hilang. Jadi saya menyebutnya warga RI kini demam pembayaran digital," kata Eko.

TDA, kata Eko, dalam beberapa waktu belakangan juga gencar melakukan sosialisasi terhadap digital marketing hingga payment terutama terhadap pelaku usaha UMKM di bawah TDA hingga ke daerah. Salah satunya mengedukasi pengusaha UMKM daerah cara mendaftar dan menggunakan QRIS.

Tak hanya UMKM, Eko juga mengatakan dampak positif dan kemudahan juga terlihat pada pelaku yang bergerak di bidang amal atau filantropi. 

Berita Rekomendasi

"Saat ini kita melihat tak cuma di event-event daerah dan kota besar yang bersifarlt bussines transaction, tapi juga lembaga amal pakai QRIS dan ini jauh lebih banyak mengundang minat warga. Sekarang orang juga mau parkir selalu bilang ke tukang parkir, kenapa belum pasang QRIS," kata Eko.

Lebih lanjut, Eko mengaku TDA terus mendorong dan membuat program khusus soal mengelola digital payment, pembukuan dan tracing transaksi dengan menggandeng perbankan. TDA juga kerap mengedukasi agar pelaku usaha UMKM bisa melembagakan bisnis berlembaga hukum.

"Karena kini warga lebih percaya pas bayar QRIS yang muncul nama PT atau perusahannya ketimbang nama pribadi," kata Eko. 

Baca juga: Dukung Bank Indonesia, GoPay Dorong Perluasan QRIS Secara Nasional

Kendati demikian Eko memberi catatan khusus soal literasi digital payment yang masih belum merata dan maksimal di Indonesia. Eko berharap ke depan, pemerintah dan perbankan lebih massif sosialisasi soal literasi penggunaan pembayaran digital untuk semua kalangan dan pasar.

"Saya pernah iseng main ke pasar kaget, rata-rata penjual yang sudah berumur bilang masih belum paham soal QRIS dan pembayaran digital karena merasa ribet. Mindset mereka masih cash. Padahal market sekarang yang suka jajan di bawa umur 50, mereka sudah lebih suka cashless,' kata Eko.

"Kalau faktanya gitu potensi loss bussines jadi besar. Sering kali pembeli atau vendor enggak bawa uang, maunya QRIS tapi pelaku belum bisa menyediakan. Jadi literacy soal digital payment harus lebih digencarakan," demikian tambah Eko.

Indra, praktisi dan juga Dirut Utama PT TDC yang merupakan perusahaan keuangan digital membenarkan efisiensi dan keuntungan yang dirasakan  oleh penguna QRIS. “Contohnya produk kami, Poskulite yang menyediakan layanan QRIS. Tidak perlu bayar untuk diunduh, gratis, dan fiturnya mudah dipelajari,” ujarnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas