Kemitraan IKM Mamin dan Industri Besar Melalui CSR
Kemenperin berkomitmen tingkatkan IKM mamin melalui program CSR yang inovatif.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) berkomitmen untuk meningkatkan performa industri makanan dan minuman (mamin) berskala Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Salah satu langkah yang diambil adalah menjalin kemitraan dengan industri besar melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Pentingnya Program CSR untuk IKM Mamin
Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita, menegaskan bahwa program CSR dari pelaku usaha sangat vital bagi pengembangan sektor IKM mamin.
Baca juga: Potensi Industri Mamin Olahan Besar, Menperin Minta Pengusaha Kembangkan Produk Specialty Indonesia
"Sektor ini menyumbang 39,7 persen dari total unit usaha IKM di Indonesia dan menyerap 36,5% tenaga kerja IKM," ungkap Reni dalam keterangan resmi pada Senin (21/10/2024).
Kolaborasi antara pelaku IKM dan industri besar diwujudkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman antara Ditjen IKMA dan PT Arwana Citramulia Tbk.
Sebagai bagian dari kerja sama ini, bantuan keramik sebanyak 10.000 meter persegi diserahkan kepada 36 IKM di beberapa daerah, termasuk Kota Singkawang dan Kabupaten Pati.
Meningkatkan Standar Keamanan Pangan
Bantuan ini diharapkan dapat membantu IKM dalam memenuhi standar keamanan pangan, seperti Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).
"Dengan bantuan ini, kami ingin menciptakan ekosistem yang produktif dan meningkatkan daya saing IKM," tambah Reni.
Reni juga menjelaskan bahwa banyak IKM mamin yang belum memenuhi standar GMP (Good Manufacturing Practices).
"Kondisi tersebut mengakibatkan spesifikasi produk akhir yang kurang konsisten," jelasnya.
Baca juga: Ini Tantangan Pengembangan IKM Pangan Indonesia, dari Soal Modal Hingga Bahan Baku
Tantangan yang Dihadapi IKM Mamin
Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi, menyatakan bahwa IKM mamin menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya penggunaan teknologi dan penerapan keamanan pangan.
"Akses pasar juga harus didukung dengan aspek pemasaran yang baik," katanya.
Untuk mengatasi tantangan ini, Ditjen IKMA memiliki program pembinaan yang mencakup pendampingan dan sertifikasi HACCP, serta kemitraan dengan sektor ekonomi lainnya.
Kontribusi IKM Mamin terhadap Perekonomian
Data menunjukkan bahwa pada triwulan II tahun 2024, industri pengolahan nonmigas didominasi oleh sektor mamin dengan kontribusi sebesar 38,4%.
Kinerja ekspor industri mamin pada Agustus 2024 mencapai 3,78 miliar dollar AS, berkontribusi 21,36?ri total nilai ekspor industri pengolahan nonmigas.
Dengan dukungan CSR dan program pembinaan, diharapkan IKM mamin dapat lebih berdaya saing dan memenuhi standar keamanan pangan yang ditetapkan.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).