Program B50 Berjalan 2026, Mentan Amran Bakal Pangkas Ekspor Minyak Kelapa Sawit RI
Mentan Andi Amran Sulaiman mengungkapkan rencana pemerintah dalam melaksanakan program Biodiesel 50
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan rencana pemerintah dalam melaksanakan program Biodiesel 50 (B50).
Amran mengatakan untuk mencapai B50, dibutuhkan 5,3 juta ton minyak kelapa sawit mentah (CPO).
"Biodiesel B50 kita sudah rancang. Januari (2025) B40 sudah jalan. Kita rancang dulu B50 karena bahannya cukup. Kita cuma butuh 5,3 juta ton CPO," katanya kepada wartawan di kantor Kementan, Jakarta Selatan, Selasa (22/10/2024).
Baca juga: Menko Airlangga Klaim Indonesia Bakal Terapkan Biodiesel B40 Tahun 2025
Saat ini, Indonesia disebut memproduksi 46 juta ton CPO, di mana 20 juta ton digunakan untuk kebutuhan dalam negeri dan 26 juta ton diekspor.
Dengan pengurangan ekspor, Amran menegaskan bahwa pemerintah siap mengalokasikan sebagian dari total produksi untuk mendukung program B50.
"Sekarang dalam negeri kita pakai 20 juta ton. Kita ekspor 26 juta ton. Kalau kita mengambil 5,3 juta ton, berarti enggak ada masalah kan? Karena kita ekspor 26 juta ton," ujar Amran.
"Enggak masalah. Tinggal negara mana agak rewel-rewel dikit," lanjutnya.
Ia memastikan B50 akan diproses tahun depan agar pengimplementasiannya bisa berjalan paling lambat 2026.
Baca juga: Mentan Amran Dapat Tugas Khusus dari Prabowo untuk Swasembada Pangan
Diketahui, pemerintahan periode 2024-2029 akan mendorong pengembangan program campuran antara bahan bakar minyak solar dengan bahan bakar nabati dari kelapa sawit.
Indonesia saat ini tengah mendorong pengembangan campuran antara minyak solar 50 persen, dengan bahan bakar nabati sebesar 50 persen, alias B50. Kedepannya program ini akan dikembangkan lagi menjadi B100.