Gara-gara Invasi Rusia, Ukraina Mengalami Kerugian Jauh Dibanding Utang RI
Moskow, jelasnya, meski tidak resmi terus mengirimkan migas ke Uni Eropa dan anggota NATO dengan nilai hingga 12 miliar dolar AS.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky buka suara soal kerugian yang dialami karena invasi Rusia.
Dalam sebuah konferensi pers, Kamis (7/11/2024) Zelensky mengatakan negeri yang ia pimpin kini hancur lebur oleh bombardemen Vladimir Putin.
Kerugian yang dialami oleh Ukraina diperkirakan mencapai 800 miliar dolar AS atau setara dengan Rp12.500 triliun. Kerugian itu melebihi utang Indonesia per Agustus 2024 yang mencapai sekitar Rp8.500 triliun.
Baca juga: Rusia Timbun Rudal Kh-101 untuk Serangan Musim Dingin, 61 Hari Andalkan Drone Shahed Gempur Ukraina
Ia mengatakan, kerugiannya tidak sebanding dengan aset Rusia yang dibekukan di negara-negara Barat yaitu sekitar 300 miliar dolar AS atau setara Rp4.700 triliun.
"Sekarang ada aset Rusia yang dibekukan senilai 300 miliar dolar AS. Mereka (Rusia – red.) menghancurkan Ukraina hingga sekitar 800 miliar dolar AS, menurut perkiraan organisasi internasional," katanya dikutip dari Ukrinform, Jumat (8/11/2024).
Karenanya, sudah sewajarnya Ukraina menggunakan hasil dari aset Rusia yang telah dibekukan tersebut.
"Ukraina sekarang membutuhkan aset yang dibekukan ini untuk membeli senjata dan membangun rumah bagi orang-orang yang kehilangannya akibat perang," tegas Zelensky.
Ia mencatat bahwa jumlah dana yang diterima Rusia dari penggunaan armada tanker minyak bayangannya lebih besar daripada bantuan yang diterima Ukraina dari semua sekutu secara gabungan.
Zelensky mengatakan bahwa Rusia saat ini masih berbisnis dengan negara Barat yang notabene masih memberikan sanksi.
Moskow, jelasnya, meski tidak resmi terus mengirimkan migas ke Uni Eropa dan anggota NATO dengan nilai hingga 12 miliar dolar AS.
"Mari kita kalikan dengan 12 bulan. Saya hanya meminta Anda untuk membandingkan uang ini dengan jumlah bantuan yang diterima Ukraina," ujarnya.
Baca juga: Efek Donald Trump Mulai Terasa di Ukraina, Kiev Diyakini Bakal Tarik Pasukan Dari Kursk
Ia mengeluhkan bahwa negara anggota NATO tersebut membiarkan kapal-kapal yang disebutnya sebagai armada bayangan terus membawa migas ke Uni Eropa tanpa memberikan sanksi.
"Bisa dihitung nilainya berapa dalam tiga tahun perang dibandingkan dengan dana militer yang disumbangkan ke Ukraina," jelas Zelensky.
Pada saat yang sama, ia menekankan ketidakcukupan sanksi. Secara khusus, ia mengingatkan bahwa pembatasan tidak diberlakukan pada semua bank dan sumber daya energi Rusia.
Seperti yang dilaporkan Ukrinform sebelumnya, Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia akan memanfaatkan gencatan senjata apa pun, jika tidak memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina, untuk mempersiapkan pendudukan lebih lanjut atas Ukraina.
Dalam analisanya Reuters menyebutkan, tahun 2024 menyebutkan bahwa pelabuhan-pelabuhan di Spanyol, Prancis, dan Belgia terus menerima pengiriman LNG dari Rusia, dan ini terkadang termasuk transhipment, ketika LNG mengganti kapal di pelabuhan UE sebelum berlayar. Pada tahun 2023, Jerman mengimpor 48,6 persen gasnya melalui pipa dari Belgia, Prancis, dan Belanda.
Reuters mengatakan bahwa sebanyak 13,7 persen gas di jaringan Jerman bisa jadi berasal dari Rusia, dalam skenario di mana negara-negara tersebut meneruskan sebanyak mungkin LNG Rusia. Kenyataannya mungkin kurang ketika memperhitungkan campuran konsumsi dan pasokan nasional, kata kantor berita tersebut.
"Secara fisik, dapat dibayangkan bahwa molekul gas Rusia dapat datang ke Jerman," kata juru bicara Badan Jaringan Federal ( BNetzA ).
"Kami tidak tahu apakah importir Jerman membeli jumlah LNG Rusia secara langsung. Itu tidak akan dilarang," tambah juru bicara itu.