Milenial Sudah Mulai Bertani, Mentan Amran: Keuntungan Minimal Rp10 Juta per Bulan
Dua kunci utama yang dapat menarik generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian adalah teknologi tinggi dan keuntungan yang jelas.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, - Generasi muda atau kalangan milenial sudah mulai turun ke sawah untuk bertani.
Hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan program optimalisasi lahan, cetak sawah, dan pembentukan Brigade Pangan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, keterlibatan generasi muda pada sektor pertanian melalui pemanfaatan teknologi modern dan peluang ekonomi yang menjanjikan
“Hari ini kami mengecek langsung persiapan optimalisasi lahan, cetak sawah, dan generasi milenial yang dilibatkan di Kalsel. Alhamdulillah, sekarang ada lebih dari 1.000 milenial yang turun langsung. Kami bagikan mesin-mesin modern untuk mereka gunakan,” ungkap Amran saat meninjau lokasi optimalisasi lahan di Desa Anjir Pasar, Kecamatan Anjir Pasar, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, pada Jumat (22/11/2024).
Amran menyebut, dua kunci utama yang dapat menarik generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian adalah teknologi tinggi dan keuntungan yang jelas.
Baca juga: Berkunjung ke Lampung, Ahmad Muzani dan Mentan Amran Selesaikan Masalah Pertanian dan Peternakan
“Milenial dan generasi Z akan turun ke pertanian jika dua hal ini terpenuhi: pertama, keuntungan minimal Rp10 juta per bulan, kedua, penggunaan teknologi tinggi. Tanpa kedua hal ini, mustahil mereka mau terjun ke lapangan,” jelasnya.
Ia mencontohkan mekanisasi panen sebagai inovasi yang dapat menghemat waktu dan tenaga.
Sebelumnya, proses panen secara manual dengan sabit membutuhkan waktu hingga 25 hari untuk satu hektar per orang. Namun, dengan bantuan alat modern, pekerjaan yang sama dapat diselesaikan dalam waktu hanya dua jam.
“Dulu panen pakai sabit, sekarang dengan teknologi modern, pasti generasi muda tertarik. Mesin-mesin ini kami hibahkan dalam bentuk kelompok agar program ini bisa berjalan berkelanjutan,” tambahnya.
Saat ini, Program Brigade Pangan di Kalimantan Selatan telah membentuk 155 brigade dengan lebih dari 2.000 anggota. Brigade ini menjadi harapan baru untuk sektor pertanian.
Melalui program ini, produktivitas pertanian dapat meningkat, sementara generasi muda mendapatkan peluang ekonomi yang menjanjikan.
“Solusinya adalah mekanisasi teknologi, pengelolaan air yang baik, dan pendapatan yang menarik. Dengan langkah ini, kami optimistis generasi muda dapat menjadi motor penggerak utama pertanian masa depan,” tegas Amran.
Dikesempatan yang sama, Manajer Brigade Pangan Mitra Tani, Rahmad Efendi, menyampaikan bahwa program ini sangat potensial dan menjanjikan bagi petani muda.
“Kami di sini mengelola 200 hektar sesuai arahan. Untuk progres, pengolahan tanah sudah mencapai 75 persen. Dari sisi teknologi, kami terbantu karena latar belakang kami di Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA), sehingga adaptasi terhadap teknologi modern menjadi lebih mudah,” jelas Rahmad.
Rahmad juga memaparkan hasil analisis usaha yang menunjukkan potensi keuntungan signifikan.
“Dari standar 5 ton hasil panen, bahkan jika kami memakai standar di bawah itu, keuntungan bersih masih bisa mencapai Rp10 juta hingga Rp17 juta per bulan. Pendapatan ini berasal dari budidaya padi dan pengelolaan alat dan mesin pertanian. Jadi, ini sangat menguntungkan dan memberikan kami motivasi besar untuk terus maju,” tuturnya.
Perbankan Bantu Brigade Wujudkan Swasembada Pangan*
Amran memastikan lembaga keuangan perbankan telah bergerak mendukung upaya brigade dalam mewujudkan swasembada pangan.
Dukungan perbankan, kata Amran, sangat penting untuk menghitung berapa jumlah kredit yang dikeluarkan dan berapa pendapatan petani yang akan dihasilkan.
“Perbankan langsung turun dan kalau perbankan sudah turun artinya visible, hitungan mereka mantap di mana bisa langsung memberi kredit untuk operasional seperti beli solar 100 juta per kelompok,” ujarnya.
Pada kesempatan ini secara simbolis Mentan Amran memberikan bantuan KUR Mikro senilai total Rp.150 juta rupiah kepada perwakilan brigade pangan Kabupaten Kapuas.
“Bantuan KUR ini juga dipantau, pergunakan dengan baik ya, untuk akselerasi swasembada pangan,” tambah Amran.
Baginya, kehadiran perbankan memiliki semangat baru dalam menghadirkan modal dan keuangan. Lewat mereka, pemberian alat mesin pertanian juga akan dihitung secara matang sehingga tepat sasaran.
“Ini menandakan bahwa kalau hitungan perbankan itu biasanya jarang meleset, dan saya sangat yakin bahwa ini berhasil sehingga langsung menurunkan kredit bersamaan dengan pemberian alat mesin pertanian,” katanya.
Sejauh ini, kata Mentan, jumlah petani milenial yang mendaftarkan diri masuk ke brigade pangan sudah lebih dari 23 ribu orang. Namun, penempatan mereka akan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah sarana dan lahan yang tersedia.
“Sekarang ini ada 23.000 yang mendaftar, tapi kita terima secara bertahap tidak sekaligus. Seperti yang disini (Kapuas) ada 3000, kemudian selanjutnya 3000 dan seterusnya,” katanya.
Amran menambahkan bahwa seluruh kelompok brigade nantinya akan dibina langsung oleh jajaran TNI yang setiap saat melakukan pendampingan. Baginya, kehadiran tentara memiliki nilai plus karena berkaitan erat dengan kedisiplinan.
“Karena itu mudah-mudahan ke depan ini bisa lebih maju lagi dan bisa lebih banyak lagi pemuda yang ikut. Dan nanti TNI akan menjadi motivator untuk kedisiplinan,” katanya.
Sebagai informasi, luas baku sawah di Provinsi Kalimantan Tengah mencapai 100.963 hektare. Sementara untuk optimasi lahan di Kabupaten Kapuas mencapai 51.078 hektare dan 12.582 hektare akan dilakukan di 2025.
Adapun untuk kegiatan cetak sawah (ekstensifikasi lahan) 2024 luasanya mencapai 2.380 hektare dan akan dilakukan pada tahun 2025 seluas 150.000 hektare.
Amran menyampaikan, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto kegiatan cerak sawah dan optimasi lahan merupakan langkah nyata dalam mempercepat swasembada.
Untuk itu, pemerintah telah memberikan hibah berupa alat mesin pertanian untuk kelompok brigade swasembada pangan. Dari hitungan sementara, 1 orang petani bisa meraup keuntungan lebih dari 10 juta per bulan yang dihasilkan dari budidaya dengan teknologi dan mekanisasi.
“Seperti yang Kami janjikan sebelumnya hal ini adalah atas arahan bapak Presiden Republik Indonesia, di mana kita berikan peralatan, benih sarana produksi dan seterusnya nilainya kurang lebih 3 miliar per Kelompok. 1 kelompok 15 orang kemudian akan mengelola minimal 200 hektare. Dan nanti pendapatan mereka sudah kita hitung minimal 10 juta kalau dia rajin bisa mendapatkan 20 juta per bulan per orang,” jelasnya.