Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis
tag populer

Impor Tapioka Ditengarai Jadi Biang Kerok Hancurnya Harga Singkong Petani Sukabumi

Para petani di Sukabumi kini menghadapi kondisi sulit akibat anjloknya harga singkong yang dipicu oleh impor tapioka.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Impor Tapioka Ditengarai Jadi Biang Kerok Hancurnya Harga Singkong Petani Sukabumi
(TRIBUN LAMPUNG/DEDI SUTOMO)
HARGA SINGKONG JATUH - Sutrisno (40), petani singkong di desa Banjarmasin Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Para petani singkong di berbagai daerah termasuk di Sukabumi. Jawa Barat, mengeluhkan jatuhnya harga singkong. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Slamet meminta pemerintah serius mengatasi anjloknya harga singkong di berbagai daerah seperti di Provinsi Lampung dan Jawa Barat yang sangat merugikan petani.

Slamet mengatakan, para petani menghadapi kondisi sulit akibat anjloknya harga singkong.

Salah satu daerah yang mengalami penurunan harga drastis adalah Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, di mana harga singkong turun hingga di bawah Rp900 per kilogram.

Slamet menengarai anjloknya harga singkong dipicu oleh impor tapioka, merujuk pada data tahun 2024, dengan volume impor tapioka yang mencapai 267.062 ton.

Nilainya mencapai 144 juta dolar AS atau sekitar Rp2,2 triliun.

"Kebijakan impor tapioka ini sangat merugikan petani dalam negeri. Ketika stok singkong lokal terbatas, seharusnya harga di tingkat petani meningkat, bukan malah jatuh."

"Ini perlu ditelusuri lebih lanjut agar kebijakan yang ada tidak merugikan petani singkong kita," ujar Slamet di Jakarta, Sabtu (1/2/2025).

Berita Rekomendasi

Selain harga yang anjlok, petani singkong di Sukabumi juga menghadapi permasalahan tingginya biaya operasional.

Berdasarkan perhitungan petani, biaya operasional untuk menanam singkong mencapai Rp.15 juta per hektare per masa panen.

Dengan harga jual Rp900 per kilogram dan hasil panen sekitar 17,5 ton per hektare, petani hanya memperoleh pendapatan sekitar Rp15,7 juta per hektare per panen.

Artinya, pendapatan petani hampir sama dengan biaya produksi, bahkan masih harus dipotong biaya sewa lahan sebesar 10 persen serta biaya angkutan.

Baca juga: Petani Demo Pabrik Tapioka Gara-gara Beli Murah Singkong Panenan, Begini Tanggapan Mentan

Sebaliknya, jika harga singkong berada di angka Rp1.500 per kilogram, petani dapat memperoleh pendapatan sekitar Rp26 juta per hektare per panen. 

Dengan harga tersebut, petani masih memiliki keuntungan yang cukup untuk keberlanjutan usahanya.

Karena itu, Slamet meminta pemerintah segera mengambil langkah-langkah strategis guna melindungi petani singkong dari kerugian yang lebih besar.

Baca juga: Mentan Amran: Harga Singkong Diputuskan Rp1.350 per Kg, Kalau Melanggar Berhadapan dengan Saya

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas