Anggota Polri Sarjana Psikologi dan Psikolog Ikuti Training Of Trainer Asesmen Rehabilitasi
Kegiatan Peningkatan Kemampuan Training of Trainer (TOT) Bidang Asesmen Bagi Anggota Polri Sarjana Psikologi dan Psikolog, di Jakarta (14-18 November)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional menyelenggarakan kegiatan Peningkatan Kemampuan Training of Trainer (TOT) Bidang Asesmen Bagi Anggota Polri Sarjana Psikologi dan Psikolog, di Jakarta pada 14-18 November 2016.
Peserta kegiatan ini berjumlah 50 (lima puluh) orang yang berasal dari anggota Polri yang merupakan sarjana psikologi dan psikolog dari seluruh Indonesia.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan anggota Polri dalam bidang adiksi dan ketergantungan narkoba yang nantinya diharapkan akan menjadi trainer atau tenaga terlatih dalam pelaksanaan asesmen terpadu bagi pecandu dan korban penyalah guna narkoba.
Selanjutnya dengan kegiatan ini diharapkan nantinya kedepannya akan meningkatkan akses layanan rehabilitasi bagi pecandu dan penyalah guna narkoba di lingkungan Polri seluruh Indonesia.
Dalam kegiatan ini, materi yang diberikan kepada peserta adalah seputar adiksi, yaitu ketergantungan nakotika, penatalaksanaan modalitas terapi, asesmen medis, konseling adiksi, petunjuk teknis rawat jalan, sistem rujukan, dan pencatatan pelaporan.
Kegiatan pelatihan peningkatan kemampuan Training of Trainer (TOT) asesmen bagi Anggota Polri dan Sarjana Psikologi Pada 14-18 November 2016.
Selain seputar adiksi, kegiatan ini menekankan pada teknik pengajaran, yaitu Building Learning Commitment, teknik micro teaching, dan praktik dan teknik melatih.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah, Brigjend Pol Ida Oetari Poernamasasi, S.AP, MA pada tanggal 14 November 2016 di Jakarta lalu dilanjutkan dengan mengisi materi tentang Program Kerja Direktorat PLRIP dan Perkembangan Permasalahan gangguan penggunaan zat.
Dalam sambutannya, Ida menyampaikan pentingnya pemahaman peserta tentang asesmen terhadap penyalah guna narkoba di kalangan anggota Polri karena dengan adanya asesmen dapat diketahui sejauh mana tingkat ketergantungan penyalah guna narkoba selanjutnya rencana terapi apa yang harus diambil untuk pemulihannya.
Tenaga psikolog di lingkungan Polri sebaiknya ditingkatkan misalnya di tingkat Polres dan Polsek sehingga apabila ada penyalah guna yang datang, dapat langsung ditangani oleh anggota Polri yang terlatih (psikolog dan dokter) untuk dilakukan asesmen kepada penyalah guna tersebut.
“Apabila ada anggapan bahwa penyalah guna adalah seorang dengan tindak kriminal, maka mindset tersebut harus diubah dengan menempatkan penyalah guna tersebut sebagai orang yang harus diobati sehingga kita mengerti pentingnya rehabilitasi bagi penyalah guna narkoba”, imbuh Ida.
Setelah itu, bagi anggota Polri yang sudah menjalani rehabilitasi harus dilakukan pemantauan agar tidak kambuh (relapse).
Hadir sebagai salah satu narasumber, Deputi Rehabilitasi BNN, DR.dr.Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS membawakan materi Penatalaksanaan Modalitas Terapi.
Dalam bahasannya diuraikan tentang penatalaksanaan terapi dan rehabilitasi narkoba sesuai dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki masing-masing instansi.
Dalam kesempatan itu, Diah menjelaskan prinsip dan konsep dasar proses terapi, intervensi singkat, penatalaksanaan kegawatdaruratan, modalitas terapi dan rehabilitasi, dan teknik peningkatan motivasi.
Sementara itu, narasumber dari Polri yaitu Kombes Pol Suhartono (Kabag Psipol Biro Psi SSDM Polri) dalam materi “Rencana Tindak Lanjut” mengatakan akan melakukan aksi-aksi yang konkret dalam rencana Polri dalam penanganan penyalah guna narkoba.
Materi yang berhubungan dengan teknik mengajar diberikan pada peserta kegiatan disampaikan oleh DR.Hasnita, S.Pd, MPH dari Balai Besar Pelatihan Kesehatan Jakarta (BBPK Jakarta).
Materi yang diberikan adalah Building Learning Commitment (BLC) yang berisi tentang komitmen pembelajaran di dalam kelas yang berisi ekspetasi (harapan), rules (aturan), kondisi yang kurang disukai dan lain sebagainya.
Dengan membangun komitmen belajar, diharapkan dapat menghilangkan kecemasan/ketegangan dan jarak sosial antar peserta, membangun suasana pergaulan informal, menciptakan suasana belajar yang kondusif, dan mendorong peserta untuk belajar.
Selain BLC, diajarkan juga materi micro teaching (pengajaran mikro) yang merupakan suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas.
Diharapkan dari materi ini dapat memberikan kemampuan mengajar kepada peserta yang akan menjadi trainer atau fasilitator.
Menurut salah satu peserta kegiatan, Yuliana Ratih Damayanti, M.Psi yang berasal dari Polda Jawa Timur, pelatihan ini sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan layanan rehabilitasi bagi penyalah guna narkoba.
Manfaatnya antara lain adalah adanya koordinasi yang lebih baik dan terpadu dengan pihak medis di rumah sakit Bhayangkara sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) maupun tempat rehabilitasi lainnya serta bisa melakukan asesmen bagi anggota yang bermasalah dengan narkoba di tingkat polres dan polda serta dapat melakukan tindak lanjut rencana terapi sesuai dengan kebutuhan, misalnya dilakukan konseling rawat jalan, atau dirujuk untuk rawat inap.
Manfaat selanjutnya adalah deteksi dini bagi konselor tingkat polres setelah mereka diberikan sosialisasi dan asesmen singkat oleh psikolog polda. Harapan ke depannya agar dapat dilakukan kegiatan pelatihan bidang asesmen di tingkat Polda (dalam hal ini Polres dan Satker Polda) sehingga dengan banyaknya petugas asesor maka akses layanan rehabilitasi dapat lebih optimal bagi penyalah guna narkoba.
#stopnarkoba