Sempat Didemo Warga, Pemerintah Perancis Akhirnya Lakukan Lockdown
Seakan menyusul Spanyol, Perancis akhirnya melakukan penguncian atau lockdown karena wabah Covid-19.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Seakan menyusul Spanyol, Perancis akhirnya melakukan penguncian atau lockdown karena wabah Covid-19.
Perdana Menteri Perancis, Eduardo Philippe meminta warga untuk bekerja dari rumahnya masing-masing.
Dia menghimbau agar warganya tidak sering keluar rumah kecuali dalam beberapa hal.
Antara lain membeli kebutuhan primer, berolahraga ringan, dan ikut pemilihan lokal akhir pekan ini.
Semua tempat bisnis yang tidak berdampak besar akan ditutup.
Namun transportasi umum tetap berjalan seperti biasa.
Kendati demikian, Philippe mendorong masyarakat agar mengurangi bepergian dengan kendaraan umum.
Pergi ke luar kota masih diperbolehkan, namun disarankan tidak bila bukan untuk tujuan yang penting.
"Saya memutuskan untuk menutup semua lokasi," ujar Philippe dilansir Metro.
"Kita harus benar-benar membatasi aktivitas kita."
"Saya sadar upaya dan pengorbanan yang kami minta ini, tapi saya yakin Perancis bisa menanggulangi kondisi serius ini," tambah Philippe.
Sejak beberapa waktu lalu, Perancis sudah melarang perkumpulan yang melibatkan lebih dari 100 orang.
Pemerintah menunda turnamen olahraga hingga sekolah dan universitas.
Langkah-langkah baru yang dicanangkan pemerintah Perancis terjadi setelah masyarakat turun ke jalan.
Mereka menuntut upaya yang lebih kuat dari pemerintah untuk mengatasi wabah corona.
Presiden Emmanuel Macron menyebut pandemi ini membuat Perancis mengalami krisis kesehatan paling mengerikan.
Meskipun begitu, dia juga tidak membatalkan pemilihan lokal yang akan diadakan pada Minggu.
Pantas saja kebijakan ini dikritik oleh publik Perancis.
Sebab jumlah infeksi di negara mode ini melonjak hingga melewati angka 4.000 pasien.
Sementara total kematian sejumlah 91 jiwa.
Baca: Bareskrim Tangkap Rizal Terduga Penyelundupan Ratusan Warga Sri Lanka ke Perancis
Baca: 5 Fakta Lengkap Tes Virus Corona yang Harus Diketahui, Alur Pemeriksaan hingga Hasil Tes Terungkap
Para demonstran memenuhi jalanan Paris dan menyerukan tuntutan untuk mengetes semua orang atas Covid-19 dan menggelontorkan lebih banyak dana khusus penanganan pandemi ini.
Persatuan Mahasiswa Nasional Perancis turut dalam aksi demo itu, mereka menilai pemerintah tidak cukup jauh menanggapi keadaan ini.
Sementara itu, perdana menteri Philippe menilai orang-orang Perancis agak sangsi dengan keharusan 'menjaga jarak' karena wabah ini.
Sebab orang-orang Perancis terkenal suka berkumpul, bersenang-senang, dan hidup bersama.
"Mungkin ada lebih ketakutan terkait hal ini," ujar Philippe.
"Kami lihat terlalu banyak orang di kafe dan restoran. Pada waktu biasa ini membuatku bahagia."
"Tetapi selama beberapa minggu, ini bukan hal yang seharusnya kita lakukan," jelasnya merujuk pada tempat-tempat umum beresiko penyebaran Covid-19.
Kini Perancis resmi melakukan lockdown, seperti halnya sejumlah negara Eropa lain seperti Italia, Denmark, Polandia, dan Spanyol.
Spanyol Lockdown Nasional karena Lonjakan Kasus
Peningkatan tajam atas jumlah kasus virus corona atau Covid-19 di Spanyol membuat otoritas setempat memberlakukan lockdown secara nasional.
Pada Sabtu (14/3/2020) lalu, pemerintah Spanyol mengumumkan hal ini.
Kini resmi sudah Spanyol menjadi negara Eropa kedua yang melakukan penguncian secara besar-besaran.
Pemerintah mengimbau masyarakat agar terus tinggal di rumah dan keluar dengan pengecualian tertentu.
Warga boleh keluar hanya untuk membeli makanan, pergi bekerja khusus untuk pekerjaan yang tidak diperbolehkan secara jarak jauh, mencari bantuan medis, atau membantu orang yang membutuhkan.
Semua sekolah, restoran, bar, dan toko ditutup dan diliburkan.
Kebijakan ini mengikuti aksi pemerintah regional Madrid dan Catalonia, yang sudah melakukan lockdown sejak beberapa hari terakhir.
Transportasi umum ditangguhkan, terlebih bagi kereta dan bus jarak jauh.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menilai bahwa saat ini Spanyol tengah mengalami kondisi kritis.
"Spanyol menunjukkan saat-saat kritis dimana kapasitas ini menyebabkan kesulitan," jelasnya dilansir New York Times.
"Kita menghadapi saat yang sulit dengan perjuangan dan pengorbanan."
"Beberapa hak yang penting harus dibatasi karena kita mau mengalahkan virus ini," tambah Pedro di hadapan awak pers.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)