Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

POPULER-Benarkah Cuaca Panas Bisa Mematikan Virus Corona? Ini Hasil Kajian BMKG dan UGM

Dalam lingkungan terbuka yang memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi merupakan kondisi llingkungan yang kurang ideal untuk penyebaran kasus Covid-19

Penulis: Anita K Wardhani
Editor: bunga pradipta p
zoom-in POPULER-Benarkah Cuaca Panas Bisa Mematikan Virus Corona? Ini Hasil Kajian BMKG dan UGM
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Seorang pedagang tengah melintas di Pantai Sanur di tengah cuaca panas yang terjadi di semua wilayah Bali, Senin (16/4/2018). Hal ini disebabkan gerak semu matahari pada bulan Maret-April posisi matahari sekitar equator, sehingga akumulasi panas masih tinggi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melakukan kajian/penelitian tentang Pengaruh Cuaca dan Iklim dalam Penyebaran Covid-19. Benarkah cuaca panas bisa mematikan virus corona?

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan Tim BMKG yg diperkuat oleh 11 Doktor di Bidang Meteorologi , Klimatologi dan Matematika, serta didukung oleh Guru Besar dan Doktor di bidang Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, telah melakukan Kajian berdasarkan analisis statistik, pemodelan matematis dan studi literatur.

Hasil kajian yg telah disampaikan kepada Presiden dan beberapa Kementerian terkait pada tanggal 26 Maret 2020 yang lalu ini, menunjukkan adanya indikasi pengaruh cuaca dan iklim dalam mendukung penyebaran wabah Covid-19.

Sebagaimana yg disampaikan dalam penelitian Araujo dan Naimi (2020), Chen et. al. (2020), Luo et. al. (2020), Poirier et. al (2020), Sajadi et.al (2020), Tyrrell et. al (2020), dan Wang et. al. (2020), tulis Dwikorita melalui komunikasi online.

Hasil analisis Sajadi et. al. (2020) serta Araujo dan Naimi (2020) juga menunjukkan sebaran kasus Covid-19 pada saat outbreak gelombang pertama, berada pada zona iklim yang sama, yaitu pada posisi lintang tinggi wilayah subtropis dan temparate.

Dwikorita Karnawati
Dwikorita Karnawati (dok pribadi)

Baca: POPULER-PBNU Imbau Umat Muslim Salat Tarawih & Salat Id di Rumah Selama Masih Ada Pandemi Covid-19

Baca: Masker Kain 3 Lapis Seperti Apa yang Efektif Menangkal Virus 70 Persen?

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa negara-negara dengan lintang tinggi cenderung mempunyai kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tropis.

Penelitian Chen et. al. (2020) dan Sajadi et. al. (2020) menyatakan bahwa kondisi udara ideal untuk virus corona adalah temperatur sekitar 8 - 10 °C dan kelembapan 60-90%.

Berita Rekomendasi

Artinya dalam lingkungan terbuka yang memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi merupakan kondisi llingkungan yang kurang ideal untuk penyebaran kasus Covid-19.

Para peneliti itu menyimpulkan bahwa kombinasi dari temperatur, kelembapan relatif cukup memiliki pengaruh dalam penyebaran transmisi Covid-19.

Selanjutnya penelitian oleh Bannister-Tyrrell et. al. (2020) juga menemukan adanya korelasi negatif antara temperatur (di atas 1 °C) dengan jumlah dugaan kasus Covid-19 per-hari.

Mereka menunjukkan bahwa bahwa Covid-19 mempunyai penyebaran yang optimum pada suhu yang sangat rendah (1 – 9 °C).

ILUSTRASI CUACA PANAS - Alasan kenapa udara terasa panas dan terik saat siang hari, BMKG memberikan penjelasan.
ILUSTRASI CUACA PANAS - Alasan kenapa udara terasa panas dan terik saat siang hari, BMKG memberikan penjelasan. (portugalresident.com)

Baca: POPULER- Kisah Kajari Bantul Sembuh dari Covid-19 Setelah Dirawat 20 Hari, Sempat Terbebani Pikiran

Baca: Antrean Ambulans dalam Proses Pemakaman Jenazah Covid-19 di TPU Tegal Alur Jakarta Barat

Baca: UPDATE Corona Global 6 April 2020 Pukul 5.00 WIB: di Spanyol, 38.080 dari 131.646 Pasien Sembuh

"Artinya semakin tinggi temperatur, maka kemungkinan adanya kasus Covid-19 harian akan semakin rendah," jelas Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Lebih lanjut Wang et. al. (2020) menjelaskan pula bahwa serupa dengan virus influenza, virus Corona ini cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara dingin dan kering.

"Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan "host immunity" seseorang, dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus sebagaimana yg dituliskan dalam studi Wang et al. (2020) tersebut," terangnya lagi.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas