Tangisan Pak RT di Ungaran Saat Warganya Tolak Pemakaman Jenazah Perawat Korban Covid-19
Purbo menangis saat warganya menolak pemakaman jenazah perawat, namun penolakan itu merupakan aspirasi warga yang tak bisa ia bantah.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, UNGARAN - Purbo, Ketua RT 6 Dusun Suwakul, Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang mengaku sempat menangis ketika warganya menolak pemakaman perawat yang meninggal karena terpapar virus corona di TPU wilayahnya.
Namun, menurutnya penolakan itu merupakan aspirasi warga yang tak bisa ia bantah.
"Mereka meminta untuk tak dimakamkan di sini. Karena saya ketua RT, maka saya punya tanggung jawab moral untuk warga di RT saya," jelas Purbo saat menemui Ketua DPW PPNI Jateng, Edy Wuryanto, di Kabupaten Semarang, Jumat (10/4/2020).
Desakan itu membuat Purbo, mengaku pada akhirnya meneruskan aspirasi warganya ke petugas pemakaman.
"Mereka kepanikan, karena banyak mobil. Saya sudah tidak masalah, tetapi warga punya pendapat mereka sendiri," katanya.
Baca: Franco Morbidelli: Satu Tim dengan Valentino Rossi Seperti Dongeng yang Happy Ending
Purbo mengaku tak sampai hati meneruskan aspirasi warganya.
Terlebih, sebenarnya perawat yang meninggal tersebut memiliki keluarga yang juga telah dimakamkan di TPU di wilayahnya.
"Meski bukan bagian dari warga kami, tetap harusnya dibolehkan," paparnya.
Maka di hadapan DPW PPNI Jateng, Purbo pun meminta maaf.
"Saya atas nama pribadi dan juga mewakili masyarakat saya, mohon maaf atas kejadian kemarin. Saya juga meminta maaf kepada perawat seluruh Indonesia," jelasnya.
Sementara Ketua RW 8 Dusun Suwakul, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Daniel Sugito, mengaku sempat ada mediasi antara Pemkab Semarang bersama warga terkait penolakan tersebut.
Meski sudah ada sosialisasi, tetapi warga tetap pada akhirnya menghendaki agar dimakamkan tidak di wilayahnya.
"Karena warga menghendakinya seperti itu," jelasnya.
PPNI Kecewa