Bocah Remaja Pedalaman Amazon Meninggal karena Covid-19, Diduga Penularan dari Penambang Asing
Seorang bocah remaja dari Suku pedalaman Amazon di Brasil, meninggal dunia setelah dites positif Covid-19.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Seorang bocah remaja dari suku pedalaman Amazon di Brasil, meninggal dunia setelah dites positif Covid-19.
Kabar duka yang dialami suku Yanomami ini diumumkan oleh pemerintah Brasil pada Jumat lalu.
Satu kasus ini sontak menimbulkan kekhawatiran pemerintah akan kerentanan kesehatan pada warga suku Yanomami.
Mengutip Japan Times, remaja 15 tahun itu adalah orang pertama suku Yanomani yang didiagnosa Covid-19.
Baca: Legenda Hidup Brasil Tuntut Neymar Contoh Profesionalitas Messi dan Ronaldo
Baca: Presiden Brasil Desak Warga Kembali Bekerja, Bolsonaro Nilai Karantina Rusak Perekonomian
Dia sempat dirawat di unit perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Umum Roraima di Boa Vista, ibu kota negara bagian Roraima, sejak 3 April.
Kementerian Kesehatan mengatakan, bocah laki-laki itu meninggal karena komplikasi pernapasan yang parah pada Kamis malam waktu setempat.
"Hari ini kami memiliki kasus yang dikonfirmasi di Yanomami, sangat mengkhawatirkan kami," kata Menteri Kesehatan Brazil, dikutip dari CNN.
"Ini jadi perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat adat," imbuhnya.
Masyarakat adat yang tinggal terpencil di hutan hujan Amazon sangat rentan terhadap penyakit dari luar wilayahnya.
Kelompok hak asasi Yanomami mengatakan, bocah korban pertama Covid-19 itu sempat berkunjung ke sejumlah orang sebelum jatuh sakit.
Bahkan itu terjadi tepat sebelum dia menunjukkan gejala corona.
Sementara itu, Asosiasi Hutukara menilai perawatan medis tidak memadai sehingga bocah malang itu berakhir meninggal dunia.
Pihak asosiasi mengatakan bocah itu dirawat di rumah sakit selama dua minggu tanpa diagnosa yang jelas.
Padahal dia masuk ke rumah sakit setelah mengalami gangguan pernapasan.
Kini pemerintah diminta untuk melacak warga yang sempat berinteraksi, melakukan tes corona, dan mengisolasi mereka.
Baca: Khawatir Kebangkitan Covid-19, WHO Ingatkan Jangan Buru-buru Longgarkan Lock Down
Baca: Jenazah Pasien Covid-19 Kehabisan Peti, Petugas Pemakaman Ketakutan, Sampai Lakukan Hal Ini
Kasus kematian ini juga mendesak pemerintah menindak penambang emas ilegal di tanah adat.
Lantaran orang-orang inilah yang diyakini sebagai sumber penyebaran virus corona di pedalaman Amazon.
Lembaga Sosial-Lingkungan (ISA) juga mengatakan, virus yang menyebar di suku Yanomami berasal dari para penambang yang secara ilegal memasuki wilayah adat.
"Hari ini, tidak diragukan lagi faktor utama penyebaran Covid-19 di wilayah adat Yanomami adalah lebih dari 20.000 penambang ilegal yang masuk dan keluar wilayah tanpa kontrol," kata ISA pada situsnya.
Wabah corona merupakan ancaman bagi suku ini, bahkan menurut editor berita Amazonia Real, virus ini berpotensi menyebabkan genosida.
"Penyakit ini sangat berbahaya bagi kita," kata Dario Yawarioma, seorang pemimpin Yanomami.
"Ini hari yang sangat menyedihkan bagi Yanomami," tegasnya.
Suku Yanomami hidup di hutan hujan dan pegunungan di Brasil utara dan selatan Venezuela, menurut Survival International.
Suku ini merupakan kelompok masyarakat yang sangat teisolasi di Amerika Selatan dan diperkirakan ada 38.000 populasi di sana.
Sebagian besar terisolasi dari dunia luar hingga pertengahan abad ke-20.
Populasi mereka sempat hancur oleh penyakit campak dan malaria pada 1970-an.
Sementara itu, bocah malang tersebut diketahui sedang belajar menjadi guru di cagar alam Boqueirao, kata Asosiasi Hutukara.
Dia adalah orang pribumi ketiga di Brasil yang meninggal setelah tertular virus corona, menurut surat kabar Globo.
Lainnya berasal dari suku Borari dan Muru.
Setidaknya delapan pasien asli dari lima etnis telah dites positif untuk virus, menurut Globo.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.