Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Remdesivir, Obat yang Diduga Bisa Sembuhkan Corona Gagal dalam Uji Coba pada Pasien Kasus Parah

WHO sempat mengunggah hasil ringkasan penelitian remdesivir yang menunjukkan obat produksi Gilead ini gagal membantu penyembuhan corona (Covid-19).

Penulis: Rica Agustina
Editor: Ifa Nabila
zoom-in Remdesivir, Obat yang Diduga Bisa Sembuhkan Corona Gagal dalam Uji Coba pada Pasien Kasus Parah
(megaflopp)
Ilustrasi Obat - Remdesivir, obat yang diduga bisa menyembuhkan pasien virus corona (Covid-19) gagal dalam uji coba pertama secara acak pada manusia. 

TRIBUNNEWS.COM - Remdesivir, obat yang diduga bisa menyembuhkan pasien virus corona (Covid-19) gagal dalam uji coba secara acak pada manusia.

Dikutip dari Stat News, pada Kamis (23/4/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak sengaja mengunggah ringkasan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa remdesivir tidak membantu menyembuhkan pasien Covid-19 dengan kasus parah.

Juru biacara WHO Daniela Bagozzi mengatakan, ringkasan hasil penelitian tersebut kemudian dihapus karena ada kesalahan penulisan.

Pihaknya masih akan meninjau kembali hasil dari penelitian remdesivir.

"Draf naskah diberikan oleh penulis kepada WHO dan secara tidak sengaja diunggah di laman resmi WHO, kemudian segera dihapus setelah mengetahui ada kesalahan."

"Naskah itu sekarang sedang menjalani tinjauan dari rekan-rekan, dan kami sedang menunggu hasil akhir," kata Daniela Bagozzi dikutip dari Stat News.

Baca: Ilmuwan AS Menguji Coba Obat Remdesivir pada Monyet yang Terinfeksi Covid-19

Meski demikian, dikutip dari Channel News Asia, perusahaan yang memproduksi remdesivir, Gilead Sciences sempat membantah hasil penelitian tersebut.

Berita Rekomendasi

Dalam bantahan tersebut, Gilead Sciences menyebut remdesivir mempunyai potensi untuk menyembuhkan Covid-19.

Bantahan dari Gilead Sciences diunggah melalui media sosial, tetapi unggahan tersebut kini telah dihapus.

Juru bicara Gilead Sciences, Amy Flood pun mengatakan, hasil penelitian belum sepenuhnya valid karena uji coba dihentikan lebih awal.

Adapun ringkasan hasil penelitian yang diunggah WHO menyebut, uji coba dilakukan di China yang melibatkan 237 pasien.

Sebanyak 158 pasien diberikan remdesivir, sedangkan 79 pasien hanya mendapatkan pengawasan.

Kemudian, sebanyak 18 pasien diberhentikan dalam mengonsumsi remdesivir karena mengalami efek samping.

Setelah 28 hari, sebesar 13,19 persen pasien yang mengonsumsi remdesivir meninggal lebih cepat dibanding 12,8 persen pasien yang hanya mendapatkan pengawasan.

Perbedaan waktu meninggal dua kelompok itu tidak signifikan secara statistik.

"Dalam penelitian ini, pada pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan kasus Covid-19 parah dihentikan sebelum waktunya, remdesivir tidak memberikan manfaat klinis atau virologi," keterangan dalam hasil ringkasan yang diunggah WHO.

Baca: Apa Itu Remdesivir? Obat Covid-19 yang akan Diuji Coba WHO ke Malaysia

Sementara itu, Peneliti asal Liverpool, Andrew Hill mengatakan bahwa remdesivir kemungkinan hanya memiliki manfaat kecil dalam penyembuhan Covid-19.

"Jika tidak ada manfaat remdesivir dalam penelitian, ini menunjukkan bahwa manfaat keseluruhan dari remdesivir cenderung kecil dalam uji coba Gilead yang lebih besar," kata Andrew Hill dikutip dari Stat News.

Andrew Hill mengatakan, hasil penelitian selanjutnya harus dikumpulkan dengan studi yang lebih besar oleh Gilead Sciences menggunakan teknik meta-analisis.

Lebih lanjut, banyak penelitian sedang dijalankan untuk menguji remdesivir.

Dari studi yang dilakukan Gilead Sciences pada pasien Covid-19 dengan kasus parah, pihaknya mengalami kesulitan dalam menafsirkan kinerja obat.

Hal itu lantaran tidak ada pembanding dengan pasien yang menerima pengobatan standar.

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

 
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas