Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cara-cara Unik Tangkal Penyebaran Covid-19: Rumah Angker Hingga Pocong Penjaga Portal 'Pensiun'

Berbagai cara unik yang dilakukan pemerintah dan masyarakat di berbagai daerah dalam rangka memerangi penyebaran virus corona atau Covid-19

Penulis: Adi Suhendi
zoom-in Cara-cara Unik Tangkal Penyebaran Covid-19: Rumah Angker Hingga Pocong Penjaga Portal 'Pensiun'
Tribunnews.com
Rumah dinas sinder atau mandor tebu sebagai lokasi karantina bagi ODP yang bandel (kiri) dan pocong penjaga portal di Sukoharjo, Jawa Tengah (kanan). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia mengimbau agar masyarakat melakukan physical dan social distancing dalam rangka mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

Isolasi mandiri pun digaungkan bagi masyarakat yang datang dari zona merah pandemi corona atau Covid-19.

Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam rangka menangkal penyebaran virus corona atau Covid-19, mulai dari pembubaran kerumunan massa, isolasi lokal, hingga karantina bagi orang dalam pengawasan.

Tribunnews.com mencoba merangkum berbagai cara unik yang dilakukan pemerintah dan masyarakat di berbagai daerah dalam rangka memerangi penyebaran virus corona.

1. Rumah angker bagi ODP bandel

Pemerintah Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menyiapkan bangunan tua bagi orang dalam pantauan (ODP) yang membandel tidak mau melakukan isolasi mandiri di kediamannya.

Pemerintah setempa menyiapkan rumah dinas sinder atau mandor tebu sebagai lokasi karantina bagi ODP yang bandel.

BERITA REKOMENDASI

Dilansir dari Tribun Solo, rumah tersebut berada di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondan Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.

Kompleks pabrik gula tersebut diperkirakan sudah berdiri kurang lebih sejak tahun 1831.

Baca: Pocong di Lamongan Ini Tidak Menakuti Orang Tapi Bagi-bagi Masker ke Warga yang Lewat

Hingga akhirnya, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menjadikannya benda cagar budaya.

Kepala Desa Gondang, Warsito mengatakan penggunaan omah londo sebagai lokasi karantina berawal dari ide Camat Gondang, Catur Sarjanto.

Warsito menyebut, ODP yang tidak patuh akan dikarantina di rumah tersebut, sesuai dengan arahan Catur Sarjanto.


"Kemarin Pak Camat bilang nanti kalau ada ODP yang bandel, suruh isolasi tidak mau nanti akan ditempatkan di situ," kata Warsito.

3 ODP merengek minta pulang

Dilansir dari Kompas.com, sudah ada 3 ODP yang menjalani karantina di rumah angker tersebut.

3 warga setempat yang baru dari Jakarta, Lampung, dan Kalimantan dijemput tim Satgas Covid-19 Desa Sepat untuk menjalani karantina di rumah hantu tersebut karena dianggap tidak tertib dalam menjalankan isolasi mandiri.

Kepala Desa Sepat, Mulyono mengatakan belum genap seminggu, ketiga pemudik itu merengek minta dipulangkan ke rumah mereka.

Bekas rumah dinas sinder atau mandor tebu bakal disulap menjadi lokasi karantina bagi orang dalam pemantauan (ODP) yang bandel di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. (TribunSolo.com/Istimewa)
Bekas rumah dinas sinder atau mandor tebu bakal disulap menjadi lokasi karantina bagi orang dalam pemantauan (ODP) yang bandel di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. (TribunSolo.com/Istimewa) (TribunSolo.com/Istimewa)

Mulyono mengatakan, setiap malam ketiganya menangis ketakutan lantaran mengaku didatangi hantu di rumah tersebut.

"Dua hari mereka nangis-nangis terus, tiap malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono.

Baca: Tiga Pemudik Bandel Asal Sragen Jalani Karantina di Rumah Angker, Nangis Ketakutan & Minta Pulang

Lantaran kejadian tersebut, orang tua para pemudik tersebut kemudian menemui Mulyono.

Tak hanya sekali, mereka telah tiga kali mendatangi Mulyono untuk meminta agar anak mereka bisa menjalani karantina mandiri di rumah.

Namun, Mulyono tak lantas mengabulkan permohonan tersebut begitu saja.

Setelah adanya pertimbangan dan komitmen dari para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya karantina di rumah, ketiganya lantas dilepas untuk menjalani karantina di rumah masing-masing.

"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," ujar Mulyono.

Mulyono berharap dengan adanya kejadian itu, tak ada lagi pemudik yang bandel saat menjalani karantina mandiri di rumah mereka masing-masing.

2. Bubarkan kerumunan orang pakai baju hazmat

Cara unik lainnya datang dari Makassar, Sulawesi Selatan.

Aparat kepolisian dan petugas kesehatan sengaja menggunakan pakaian alat pelindung diri (APD) untuk membubarkan warga yang masih berkumpul.

Di Kota Makassar diketahui sudah diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat ini.

Dilansir dari Kompas.com, dalam sebuah video berdurasi 13 detik yang beredar di beberapa grup WhatsApp, aparat gabungan dari polisi dan petugas kesehatan menggunakan pakaian APD lengkap.

Para petugas yang mengenakan baju hazmat mendatangi warga yang masih keluar rumah dan berkumpul di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Makassar, pada hari kedua pemberlakuan PSBB, Sabtu (25/4/2020) sore.

Baca: Pabrik Gula Gondang Sragen hingga Rumah Angker Dijadikan Tempat Karantina ODP yang Ngeyel

Melihat petugas dengan APD lengkap, warga yang sedang ngabuburit jelang buka puasa langsung pontang-panting dan membubarkan diri karena mengira ada salah satu dari mereka yang tertular virus corona atau Covid-19.

Kasubag Humas Polrestabes Makassar Kompol Supriady Idrus mengatakan bahwa cara tersebut terbukti berhasil untuk membuat warga yang masih bandel dan tidak menaati aturan PSBB.

Aparat kepolisian yang menggunakan APD lengkap
Aparat kepolisian yang menggunakan APD lengkap saat membubarkan kerumunan warga jelang buka puasa di beberapa tempat di Kota Makassar, Sabtu (25/4/2020).(KOMPAS.COM/HIMAWAN)

Supriady mengatakan saat mengunjungi warga dengan pakaian hazmat, aparat kepolisian bersama petugas kesehatan juga membawa thermal gun agar bisa mengukur suhu warga yang membandel tersebut.

"Kalau ada yang membandel langsung kita periksa suhunya karena di dalam patroli itu ada dari petugas kesehatan. Kalau memang ada indikasi Covid maka secepat mungkin langsung kita tindaklanjuti," kata Supriady saat dikonfirmasi melalui telepon, Minggu (26/4/2020).

Meski saat ini belum ada warga yang suhunya melebihi 38 derajat celcius, tetapi menurut Supriady, pihaknya akan terus melakukan inovasi untuk membubarkan kerumunan warga demi memutus rantai penyebaran virus corona di Kota Makassar.

Apalagi, kata Idrus, mayoritas warga masih keras kepala dan keluar rumah meski pemerintah Kota Makassar sudah melaksanakan sosialisasi PSBB berulang kali.

"Kita tahu banyak orang yang keras kepala, yang pandang enteng masalah ini dengan cara ini mungkin dia nanti akan kenal Covid-19. Tidak menutup kemungkinan Hal seperti ini akan terus kita lakukan," katanya.

3. Pocong penjaga portal

2 pocong penjaga portal di Dukuh Kesongo RT 002 RW 001, Desa Kepuh, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah, viral hingga ke negeri orang

Pocong tersebut awalnya dimaksudkan untuk membatasi mobilitas warga di masa pandemi virus corona.

Namun belakangan kehadiran 2 pocong tersebut justru menghadirkan kerumunan lantaran ramai jadi tontonan.

Akhirnya, kedua pocong pun berhenti bertugas untuk sementara.

Diwartakan sebelumnya, semenjak virus corona mewabah di Indonesia, pemerintah gencar melakukan imbauan social distancing.

Namun, di tengah santernya aksi social distancing, masih ada sejumlah warga yang bandel dan tetap berkeliaran di luar rumah.

Baca: Viral Karena Jaga Desa dari Covid-19, Pocong Masuk Berita Korea, Nama Si Hantu Jadi Sorotan

Seperti yang terjadi di Dukuh Kesongo, Desa Kepuh, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Akibatnya sejumlah warga harus memutar otak agar penduduk desa tak lagi kerap berkeliaran ke luar rumah.

Cegah virus corona, Desa di Purworejo dijaga pocong, viral dan masuk berita Korea.
Cegah virus corona, Desa di Purworejo dijaga pocong, viral dan masuk berita Korea. (Sumber: News.sbs)

Hingga tercetuslah aksi unik menjaga kampung dengan menggunakan kostum pocong untuk menakuti warga yang bandel.

Melalui foto yang beredar di media sosial, dua pocong terlihat bersiaga menghadang jalan masuk kampung.

Tujuannya tak lain untuk membantu pemerintah agar warga, terutama anak-anak tak keluar rumah selama pandemi corona.

Menurut tokoh pemuda Desa Kepuh, Anjar Panca pihaknya melakukan penjagaan tersebut dari jam 7 hingga 9 malam.

"Itu kita mulai jam 7 malam sampai jam 9 malam. Penting anak tidak main ke luar karena massa libur sekolah," kata Anjar Panca dilansir dari kompas.com.

Namun, aksi warga Desa Kepuh, Sukoharjo tak berjalan mulus seperti yang diharapkan.

Semenjak pemberitaan viral, pocong yang semula ditujukan untuk menakuti kini justru mengundang perhatian warga.

Tak hanya itu, warga malah berbondong-bondong datang ke dusun untuk menyaksikan pocong menjaga kampung.

4. Pocong bagi masker

Aksi unik lainnya datang dari Lamongan, Jawa Timur.

Warga Desa Badurame, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur saat membagikan masker pada para pengguna jalan.

Meski caranya sedikit tidak lazim, namun mengena.

Para relawan di desa tersebut berdandan ala hantu pocongan sambil membagikan masker kain.

Para relawan di Desa Badurame itu mengenakan kain putih disekujur tubuh dan menggunakan bedak hingga wajahnya tidak dikenali.

Baca: Malah Jadi Artis & Tontonan Warga, Aksi 2 Pocong yang Jaga Desa di Sukoharjo Akhirnya Dihentikan

Namun, yang membedakan adalah hantu pocong ini memakai masker yang menutupi bagian mulut dan hidung.

Para pocong itu duduk di pintu masuk desa dan bergerak saat ada pengendara motor atau warga yang melintas.

Para 'pocong' membagikan masker pada masyarakat. Ide kreatif para pemuda Desa Badurame ini mendapat respon positif masyarakat, Kamis (16/4/2020) malam.
Para 'pocong' membagikan masker pada masyarakat. Ide kreatif para pemuda Desa Badurame ini mendapat respon positif masyarakat, Kamis (16/4/2020) malam. (Hanif Manshuri/Surya)

Pocong-pocong relawan ini bergegas berdiri dan menghampiri warga sambil berjalan layaknya hantu pocong dalam film horor.

Pastinya bukan untuk menakuti warga, pocong-pocong ini menghampiri warga untuk membagikan masker.

"Apa yang pemuda desa kami lakukan dandan ala pocong, untuk menyadarkan warga akan bahayanya virus Corona," kata Radith Putra Velani, salah seorang pemuda Desa Badurame, Kamis (16/4/2020) malam dilansir dari surya.co.id.

Cara unik tersebut dilakukan oleh para pemuda di desa untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya Covid-19 yang bisa berujung pada kematian.

Bahkan pemerintah juga mewajibkan semua pihak agar selalu memakai masker saat keluar rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.

"Pocong ini kan identik dengan hantu dan kematian, semoga dengan berpakaian seperti ini bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya memakai masker," ungkap Radith.

Tak hanya memberikan masker kain secara gratis, para pemuda desa ini juga menyemprot kendaraan warga yang akan masuk ke desa dengan cairan disinfektan untuk membunuh virus Corona yang dimungkinkan menempel body di kendaraan.

"Yang kami lakukan adalah upaya untuk membantu memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19," jelas Radith.

Sementara, Kepala Desa Badurame, Juwadi merespon positif dengan apa yang dilakukan oleh para pemuda di desanya.

"Masyarakat juga merespon positif dengan ide pemuda di desa kami," kata Juwadi.

Pertama sempat ada yang kaget karena ada pocong, tapi kemudian aksi para pemuda ini mendapat simpati dari warga masyarakat.

Menurutnya, aksi bagi masker ke warga ini akan terus dilakukan.

Selain membagikan masker, desa yang dipimpinnya juga akan memberlakukan kampung distancing sampai pandemi Covid-19 ini berakhir.

Pihaknya, tambah Juwadi, juga melakukan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah warga dan menambah lokasi cuci tangan pakai sabun yang ditempatkan di sejumlah titik. (tribunsolo.com, kompas.com, surya.co.id, tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas