Data Menyebutkan Pria Lebih Rentan Terinfeksi Corona, Ahli Lakukan Uji Hormon
Sejak Covid-19 pertama kali muncul di China, jumlah pria di seluruh dunia yang butuh perawatan medis serta meninggal lebih banyak dibanding wanita.
Editor: Whiesa Daniswara

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah data global menyebutkan jika pria lebih rentan terinfeksi virus corona atau Covid-19.
Sejak pandemi Covid-19 pertama kali muncul di China, jumlah pria di seluruh dunia yang membutuhkan perawatan medis intensif serta meninggal lebih banyak dibandingkan wanita.
Di Indonesia sendiri, data yang baru saja di buka oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menunjukkan hal yang serupa.
Berdasarkan laman resmi BNPB, per 23 April 2020 ada sebanyak 3.966 orang laki-laki yang positif virus corona.
Baca: Ini 15 Negara di Dunia yang Belum Terkena Virus Corona, Termasuk Korea Utara
Baca: 5 Tips Mengelola Uang Saat Gaji Terpaksa Dipotong di Tengah Wabah Virus Corona, Urutkan Prioritasmu!
Sementara jumlah wanita yang positif Covid-19 berjumlah 2.489.
Kecenderungan ini mungkin terkait dengan tingginya prevelansi kondisi jantung dan paru-paru pada pria.
Kebanyakan pria punya kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, dan terpapar polusi udara luar ruangan dengan tingkat yang lebih tinggi daripada wanita yang pada akhirnya memengaruhi kondisi jantung dan paru-paru mereka.
Namun selain faktor tersebut, ada cukup bukti yang mengungkap bahwa sistem kekebalan tubuh wanita pada dasarnya jauh lebih kuat dibanding pria.
Hal ini diungkapkan oleh profesor kesehatan masyarakat global University College London, Sarah Hawkes.
Baca: Di Tengah Wabah Virus Corona, Ini Deretan Kisah Haru Guru Tempuh Jarak Jauh Demi Datangi Rumah Siswa
Baca: Belum Mudik 5 Tahun Terakhir, Perawat Ini Malah Meninggal karena Virus Corona di Perantauan
Wanita memproduksi hormon seks estrogen dan progesteron lebih banyak dibanding pria.
Kedua hormon ini membantu wanita memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dan memberi perlawanan khusus ketika ada infeksi berbahaya yang menyerang tubuh.
Terapi Hormon

Dengan pemikiran itu, para ilmuwan di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles dan Renaissance School of Medicine di Stony Brook University berencana memberi pengobatan ke sejumlah pasien Covid-19 dengan hormon estrogen dan progesteron.
Mereka ingin melihat apakah terapi hormon itu dapat memberi manfaat pada pasien atau tidak.