Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Data Menyebutkan Pria Lebih Rentan Terinfeksi Corona, Ahli Lakukan Uji Hormon

Sejak Covid-19 pertama kali muncul di China, jumlah pria di seluruh dunia yang butuh perawatan medis serta meninggal lebih banyak dibanding wanita.

Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Data Menyebutkan Pria Lebih Rentan Terinfeksi Corona, Ahli Lakukan Uji Hormon
AFP/JEAN-FRANCOIS MONIER
Staf medis memasukan seorang pasien terinfeksi coronavirus baru ke dalam ambulans Angers layanan darurat seluler (SMUR), selama persinggahan kereta TGV medis dari Strasbourg, di Angers, Prancis Barat, pada Kamis (26 Maret 2020). Di hari kesepuluh dari penguncian ketat (lockdown) di Perancis yang bertujuan untuk membatasi penyebaran COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona baru. (AFP/JEAN-FRANCOIS MONIER) 

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah data global menyebutkan jika pria lebih rentan terinfeksi virus corona atau Covid-19.

Sejak pandemi Covid-19 pertama kali muncul di China, jumlah pria di seluruh dunia yang membutuhkan perawatan medis intensif serta meninggal lebih banyak dibandingkan wanita.

Di Indonesia sendiri, data yang baru saja di buka oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menunjukkan hal yang serupa.

Berdasarkan laman resmi BNPB, per 23 April 2020 ada sebanyak 3.966 orang laki-laki yang positif virus corona.

Baca: Ini 15 Negara di Dunia yang Belum Terkena Virus Corona, Termasuk Korea Utara

Baca: 5 Tips Mengelola Uang Saat Gaji Terpaksa Dipotong di Tengah Wabah Virus Corona, Urutkan Prioritasmu!

Sementara jumlah wanita yang positif Covid-19 berjumlah 2.489.

Kecenderungan ini mungkin terkait dengan tingginya prevelansi kondisi jantung dan paru-paru pada pria.

Kebanyakan pria punya kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, dan terpapar polusi udara luar ruangan dengan tingkat yang lebih tinggi daripada wanita yang pada akhirnya memengaruhi kondisi jantung dan paru-paru mereka.

BERITA REKOMENDASI

Namun selain faktor tersebut, ada cukup bukti yang mengungkap bahwa sistem kekebalan tubuh wanita pada dasarnya jauh lebih kuat dibanding pria.

Hal ini diungkapkan oleh profesor kesehatan masyarakat global University College London, Sarah Hawkes.

Baca: Di Tengah Wabah Virus Corona, Ini Deretan Kisah Haru Guru Tempuh Jarak Jauh Demi Datangi Rumah Siswa

Baca: Belum Mudik 5 Tahun Terakhir, Perawat Ini Malah Meninggal karena Virus Corona di Perantauan

Wanita memproduksi hormon seks estrogen dan progesteron lebih banyak dibanding pria.

Kedua hormon ini membantu wanita memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dan memberi perlawanan khusus ketika ada infeksi berbahaya yang menyerang tubuh.

Terapi Hormon

Teknisi laboratorium mengenakan APD lengkap (alat pelindung diri) membongkar sebuah kotak dengan tabung reaksi yang berisi sampel langsung yang diambil dari orang yang diuji untuk coronavirus baru, di fasilitas Lighthouse Lab baru yang didedikasikan untuk pengujian COVID-19, di Queen Elizabeth University Hospital di Glasgow. Rabu (22 April 2020). Laboratorium ini merupakan bagian dari jaringan fasilitas pengujian diagnostik, bersama dengan situs Lab Lighthouse lainnya di Milton Keynes dan Cheshire, yang akan menguji sampel dari pusat pengujian regional di sekitar Inggris di mana staf NHS dan pekerja garis depan dengan diduga infeksi Covid-19 telah dilakukan penyeka untuk pengujian. (AFP/POOL/Andrew Milligan)
Teknisi laboratorium mengenakan APD lengkap (alat pelindung diri) membongkar sebuah kotak dengan tabung reaksi yang berisi sampel langsung yang diambil dari orang yang diuji untuk coronavirus baru, di fasilitas Lighthouse Lab baru yang didedikasikan untuk pengujian COVID-19, di Queen Elizabeth University Hospital di Glasgow. Rabu (22 April 2020). Laboratorium ini merupakan bagian dari jaringan fasilitas pengujian diagnostik, bersama dengan situs Lab Lighthouse lainnya di Milton Keynes dan Cheshire, yang akan menguji sampel dari pusat pengujian regional di sekitar Inggris di mana staf NHS dan pekerja garis depan dengan diduga infeksi Covid-19 telah dilakukan penyeka untuk pengujian. (AFP/POOL/Andrew Milligan) (AFP/ANDREW MILLIGAN)

Dengan pemikiran itu, para ilmuwan di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles dan Renaissance School of Medicine di Stony Brook University berencana memberi pengobatan ke sejumlah pasien Covid-19 dengan hormon estrogen dan progesteron.

Mereka ingin melihat apakah terapi hormon itu dapat memberi manfaat pada pasien atau tidak.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas