Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

JK Sebut Perjalanan Covid-19 Masih Jauh, Masyarakat Diminta Ikuti Aturan Pemerintah

Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla mengatakan pandemi Covid-19 masih akan terus berlangsung.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in JK Sebut Perjalanan Covid-19 Masih Jauh, Masyarakat Diminta Ikuti Aturan Pemerintah
Tangkap Layar Kompas TV Youtube
Jusuf Kalla dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Rabu (1/4/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla mengatakan pandemi Covid-19 masih akan terus berlangsung.

Perjalanannya pun masih jauh dengan belum ditemukannya obat dan vaksin. 

"Perjalanan masih jauh, Covid-19 ini masih mempunyai proses yang panjang sampai ditemukannya obat dan vaksin,"ujar JK  dalam acara Hari Palang Merah Sedunia bertema 'Kita Hadapi Bersama' yang disiarkan secara daring, Jumat (8/5/2020). 

JK mengajak agar seluruh pengurus dan anggota PMI terjun untuk menyelesaikan masalah Covid-19 dan masalah turunan lainnya yang timbul. 

Menurutnya, masalah turunan tersebut adalah masalah ekonomi hingga masalah sosial yang saat ini tengah dirasakan masyarakat. 

"Besarnya bencana ini membuat ekonomi kita juga terdampak. Masalah ekonomi kemudian menimbulkan masalah sosial.

"PMI yang bergerak di bidang ini tentu mempersiapkan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah ini," kata dia. 

Berita Rekomendasi

Suami dari Mufidah Kalla tersebur meminta semua pihak, terutama masyarakat membantu untuk menyelesaikan masalah ini bersama-sama. 

"Saya katakan ada tiga untuk menyelesaikan masalah ini, yaitu menghindar, bertahan, dan mengikuti aturan pemerintah tinggal dirumah atau bekerja dari rumah," jelasnya. 

Dia menyinggung tinggal di rumah dan tidak bekerja memang mengakibatkan sebagian orang mengalami masalah ekonomi.

Namun, JK meminta tiga anjuran tersebut untuk terus dilakukan demi mengurangi korban jiwa akibat Covid-19

"Sekali lagi terima kasih dan teruskan langkah-langkah ini. Karena hanya dengan langkah ini dapat mengurangi korban dari Covid-19,' kata Kalla.

"Marilah kita juga bersatu dengan seluruh komponen bangsa dan hanya dengan persatuan dapat mewujudkan itu. Palang Merah Indonesia harus berada di depan, itulah harapan saya," tandasnya. 

Temuan baru

Sementara itu muncul hasil temuan baru soal virus corona yang beredar di Indonesia.

Tipe virus corona Covid-19 yang menyebar di Indonesia disebut berbeda dengan 3 jenis virus Covid-19 di dunia.

Hal ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.

Dilansir Kontan.co.id, Selasa (5/5/2020) dalam artikel berjudul "Menristek sebut tipe Covid-19 di Indonesia beda dengan 3 tipe lain di dunia", kesimpulan itu berdasar hasil analisis genom virus corona atau Whole Ghenome Sequencing (WGS) yang dikirim Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke portal GISAID.

GISAID, singkatan dari Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data, merupakan inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu.

GISAID telah mengumpulkan data Covid-19 dari berbagai negara.

Sejauh ini, sebagian besar tipe Covid-19 yang ditemukan di dunia berjenis S, G, atau V.

Sementara di Indonesia, Bambang menyebut tipe Covid-19 yang menyebar di Tanah Air tidak termasuk dalam tiga tipe tersebut.

"Di luar 3 tipe itu ada yang disebut dengan tipe lain, atau yang belum terindentifikasi. Ternyata WGS yang dikirim Indonesia termasuk kategori lainnya. Jadi tidak termasuk kategori S, G, maupun V," kata Bambang dalam rapat gabungan dengan DPR, Selasa (5/5/2020).

Meski begitu, Bambang menyebut, hasil yang didapatkan ini merupakan langkah awal.

Menurutnya, Indonesia akan mengirimkan lebih banyak lagi WGS untuk melihat kategori seperti apa virus Covid-19 yang ada di Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut apa yang disampaikan Bambang, Kompas.com menghubungi peneliti post doktoral LBM Eijkman, Pradiptajati Kusuma.

Dijelaskan Pradipta, virus corona bermutasi sehingga membentuk jenis-jenis virus corona tertentu yang memiliki "penanda" asam amino tertentu.

Sederhananya, tipe-tipe yang umum di dunia itu (S, G, atau V) seperti pengelompokan kelas atau pengelompokan warna.

"Tipe S, G, V itu nama pengelompokkan. Misal gini, ada orang pakai baju warna merah, kuning, oranye, itu satu kelompok S. Ada orang pakai baju biru, nila, ungu, mereka kelompok G. Nah, yang (tipe corona) S, V, G itu seperti itu," kata Pradipta kepada Kompas.com, Rabu (6/5/2020).

"Jadi pengelompokkan ditandai oleh perubahan unik pada asam amino yang ada di RNA virus," ungkapnya.

Untuk diketahui, RNA merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam sel virus.

Materi genetik virus corona adalah RNA, dan menjadi tang terbesar dibanding virus RNA lainnya.

"Misal tadi yang pakai baju warna merah, kuning, oranye itu kan berarti punya satu kesamaan warna, awalnya merah. Jadi tandanya adalah merah. Kemudian kelompok yang memakai baju warna biru, nila, ungu, itu awalnya merah. Jadi penandanya adalah biru," kata Pradipta memberi contoh.

"Nah, sama halnya pada (virus corona tipe) S, V, dan G, itu masing-masing memiliki penanda asam amino tertentu, atau mutasi asam amino tertentu," jelasnya.

Tipe virus corona yang ada di Indonesia, kata Pradipta, tidak memiliki mutasi asam amino tersebut dan berbeda dengan tipe S, V, dan G.

"Yang (jenis virus corona) di Indonesia ini, tidak memiliki mutasi penanda seperti pada kelompok S, V, G," ungkapnya.

Dengan kata lain, jenis virus corona yang ada di Indonesia memiliki "penanda" berbeda dengan 3 tipe virus corona yang umum ada di banyak negara lain.

"(Tipe virus corona) di Indonesia memiliki penanda lain. Atau mungkin bahkan lebih dekat dengan jenis virus corona yang ada di Indonesia," terang Pradipta.

Pradipta mengatakan, meski virus corona yang awalnya dari China sudah berpindah atau melakukan transmisi dari satu tempat ke tempat lain, penanda unik dalam asam aminonya sangat mungkin tak selalu sama.

"Meskipun virus sudah berpindah (transmisi) dari satu tempat ke tempat lain, dalam tanda kutip bervolusi dari satu tempat ke tempat lain, itu (jenis virus) masih bisa berbeda dengan kelompok S, V, dan G tadi," imbuh dia.

Dia menjelaskan, pengelompokan asam amino ini dilakukan untuk memudahkan peneliti melihat bagaimana virus corona berkembang dan melakukan mutasi.

Tipe virus berbeda, apa jenis vaksin juga berbeda?

Dengan jenis atau tipe virus corona yang beragam di dunia, kemudian muncul pertanyaan baru. Apakah nantinya vaksin untuk melawan Covid-19 juga akan berbeda?

Tergantung. Begitu jawaban Pradipta.

Dia menjelaskan lebih lanjut, prinsip vaksin dilihat dari protein yang berada di permukaan virus, yang dapat dikenali oleh antibodi manusia.

" Asam amino itu berlipat-lipat atau terdiri dari lipatan-lipatan sehingga menjadi satu protein. Asam amino itu ada yang berada di luar, dalam artian terekspos ke luar lingkungan. Ada yang terlipat berada di dalam, tidak terkespos lingkungan," terangnya.

"Jadi yang berada di dalam, tidak akan bisa dikenali antibodi. Sedangkan yang berada di luar, yang terekspos di luar, itu yang bisa dikenali antibodi," sambungnya.

"Nah, apabila variasi berada di luar permukaan, maka akan susah. Namun jika variasi (protein) berada di dalam, mungkin masih aman dan bisa menjadi target vaksin," terangnya.

Oleh sebab itu, untuk melihat vaksin biasanya dilihat dari asam amino yang seragam di semua kelompok dan dilihat dari konfigurasi protein, apakah dia berada di dalam atau di luar.

"Jadi yang menjadi target vaksin biasanya yang berada di luar tapi seragam di semua region (kelompok jenis virus). Itu yang menjadi target vaksin," ujarnya.

Hal inilah yang masih diteliti lebih jauh oleh para peneliti, bagaimana sebenarnya karakteristik virus corona yang ada di seluruh dunia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas