Eks Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari: Indonesia Harus Bangkit Tanpa Menunggu Vaksin
Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kembali menulis sebuah surat terkait dengan virus corona atrau Covid-19.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari balik jeruji Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kembali menulis sebuah surat terkait dengan virus corona atrau Covid-19.
Surat bertanggal 16 Mei 2020 itu dibenarkan kuasa hukum Siti, Achmad Cholidin.
"Iya benar tulisan ibu (Siti Fadilah)," kata Achmad Cholidin kepada Tribunnews.com, Minggu (17/5/2020).
Dalam surat itu, Siti Fadillah menuliskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) berniat untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Tujuannya agar bangsa ini secara bertahap mampu mengembalikan kegiatan sosial dan membangun perekonomian Indonesia pulih kembali.
Baca: Cal Crutchlow Beberkan Alasan Sulit Kendalikan RC213V, Singgung Casey Stoner & Marc Marquez
"Seperti yang kita saksikan, seluruh dunia terpuruk. Meski negara adidaya seperti Amerika pun menderita, bahkan kasusnya terbanyak di dunia dan kematiannya pun sangat banyak. Pergerakan ekonomi dan perdagangan terhenti," kata Siti Fadillah Supari dalam suratnya.
Dia mengatakan, di Eropa korbannya cukup banyak.
Apalagi negara Italia sangat parah karena jumlah korban banyak bila dibandingkan dengan jumlah penduduk.
“Saat ini mereka semua mulai menggeliat sadar mereka harus bangun dari ketakutan dan kekawatiran. Mereka harus bangun dari keterpurukan ini untuk memulai kehidupannya lagi,” kata Siti Fadillah.
Baca: Ketentuan Sholat Idul Fitri di Rumah, Lengkap dengan Tata Cara dan Contoh Naskah Khutbah
Menurut Siti Fadillah, Bill Gates mengatakan bahwa yang mampu menghentikan wabah covid hanyalah vaksin corona.
Di mana dia sangat yakin vaksin unggulannya akan siap 18 bulan ke depan.
Bill Gates juga menekankan kalau pun wabah corona berhenti, belum tentu kehidupan bisa kembali seperti dulu lagi.
“Mungkin dia mengacu ketika flu Spanyol 1918 selesai. Terjadi perubahan peradaban yang sama sekali berbeda dari sebelumnya,” kata dia.
Baca: Jokowi dan DPR Ditantang Jelaskan Kekebalan Hukum dalam Perppu Corona di Sidang MK
Pakar Penyakit Menular dari AS Anthony Fauci mengatakan kewaspadaan kalau ada negara yang cepat-cepat membuka lockdown-nya, pasti akan mengalami perburukan penularan Covid-19 dan wabah akan lebih dahsyat lagi.
Adapun, WHO menyatakan tidak akan pernah ada vaksin sebelum akhir 2021.
David Nabarro seorang profesor dari global health di Imperial College London dan sekarang sebagai special envoy WHO untuk Covid-19, mengatakan bahwa kemungkinan besar tidak akan pernah ada vaksin yang efektif untuk corona.
"Memang ada penyakit-penyakit yang tidak ditemukan vaksinnya contoh nya HIV AIDS dan demam berdarah. Oleh karena itu, masyarakat harus bisa hidup berdamai dengan corona," kata dia.
Menurut Siti Fadillah, andaikan vaksin dari Bill Gates benar siap, harus diingat ketika Ejikman melakukan sequencing virus strain Indonesia, ternyata karakter virus lokal berbeda dengan virus yang beredar di negara yang sedang getol mengadakan uji coba vaksin yang akan diproduksi besar-besaran sedunia.
“Kita harus hati-hati disini, berarti vaksin yang sedang mereka bikin berasal dari virus yang karakternya berbeda dengan virus yang ada di Indonesia, maka tidak akan kompatibel dengan kita, tidak cocok sehingga tidak akan efektif,” kata Siti Fadillah.
Siti Fadillah mengatakan, bila melihat Cina, Wuhan telah kembali memulai kehidupan baru setelah corona, dengan tanpa vaksin, tetapi menggunakan obat tradisional.
Cina menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi corona dari awal, terus lockdown dan kemudian corona terhenti setelah itu ekonomi mulai bangkit kembali.
Tidak perlu heran karena Cina negara dengan azas otoritarian.
Baca: Politisi Golkar: Kartu Prakerja bukan Program Muncul Tiba-tiba
Maka dalam menghadapi emergency seperti wabah corona ini pengambilan keputusan harus sangat efektif.
Komunikasi searah sangat cepat tanpa kendala sangat dibutuhkan.
“Dan ini hampir tidak mngkin terjadi di negara-negara yang menganut azas demokrasi, yang selalu ada pro kontra, sehingga suatu keputusan makan waktu lebih banyak,” kata Siti Fadillah.
Cina dengan jelas menunjukkan kepada dunia bahwa dia bisa bangkit tanpa vaksin dan mereka siap dengan gelombang kedua dengan virus yang berbeda pula.
Di samping itu kalau hanya mendengarkan Bill Gates yang sudah investasi dananya di dalam bisnis vaksin dunia, mau tidak mau kita harus mengikuti kemauan mereka.
Dengan demikian, PSBB harus diperpanjang di rumah.
Hal ini tentu berimbas terhadap perekonomian Indonesia yang melandai lebih dalam lagi sampai tahun 2021.
“Apakah itu yang kita pilih? nunggu vaksin yang belum tentu jadi dan belum tentu cocok. Berpikirlah saudaraku setanah air,” ujar Siti Fadillah.
Dia kembali mengingatkan pendapat lain dari seorang ahli Dr Nabarro yang tidak ada pretensi dalam bisnis vaksin mengatakan pendapat yang jujur seperti diatas, hidup berdamai dengan corona, tapi tetap waspada.
Menurut Siti Fadillah, kita harus berada diantara itu, bangkit dari keterpurukan ekonomi tetapi juga selamat dari corona.
Rasanya sudah cukup masyarakat diam di rumah sudah, tidak bekerja normal, tidak sekolah seperti biasanya.
“Sampai kapan kita harus mulai? Pak presiden sudah tiup peluit, memukul genderang untuk bergerak tapi semoga aturan pemerintah tidak bertambah banyak. Misalnya, boleh naik kapal terbang tapi saratnya banyak dan akhirnya yang bisa terbang sedikit. Dari segi ekonomi tidak menguntungkan,” katanya.
Dia berpendapat kalau mau melonggarkan PSBB, longgarkan saja aturan-aturan yang sudah ada.
Jangan bikin aturan baru, lakukan dengan bertahap.
Misalnya, KRL tidak boleh jalan tadinya, mungkin mulai dari kapasitas 50 persen, kemudian meningkat lagi menjadi 70 persen, dan seterusnya.
Pergerakan warga adalah sumbu pergerakan ekonomi.
Setidaknya ekonomi rakyat yang harus nomor satu bangkit.
Kalau ekonomi rakyat bangkit pemerintah akan lebih ringan tugasnya dalam memenuhi social safety net-nya.
“Kalau pergerakan warga dibatasi terus bagaimana ekonomi bisa hidup lagi? Yang harus diingat adalah pergerakan warga tidak menimbulkan penyebaran corona lebih buruk,” katanya.
Masyarakat harus berjalan diantara pilar yang seimbang, pergerakan warga dengan cara yang sehat, hati-hati harus pakai masker, jarak satu meter dengan lainnya, tidak bersentuhan, selalu cuci tangan.
Hidupkan lagi perilaku hidup bersih sehat. Siti mengingatkan jangan terlalu takut karena penularan corona hanya lewat droplet berdasarkan data WHO.
Mestinya dengan memakai masker, mencuci tangan, dan berjarak sudah cukup untuk mencegahnya.
Pihak pemerintah hendaknya menyediakan sarana swab test molecular base made in Indonesia berdasar virus strain Indonesia karena lebih valid. BPPT sudah siap tinggal memudahkan rakyat untuk menjangkaunya.
Siapkan pula primer untuk PCR di laboratorium, dengan basis virus strain Indonesia juga
Menurut Siti, Indonesia merupakan bangsa yang kaya sinar matahari, dan corona takut sinar matahari.
Masyarakat makan empon-empon sejak lahir, dan corona tidak suka empon-empon.
Rakyat ini disuntik vaksin BCG ketika masih kecil.
Ada penelitian dimana negara yang melaksanakan imunisasi BCG sejak lama, korban corona hanya 1/6 di banding dengan negara yang tidak pernah vaksinasi BCG.
“Maka tidak ada alasan kita menunggu lebih lama lagi. Kalau ekonomi menggeliat kita akan cepat hidup seperti dulu bahkan harus lebih baik dari dulu,” kata Siti Fadillah mengakhiri tulisannya dalam suratnya.