Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemungkinan Kehidupan Normal setelah Pandemi, Ahli Paru: New Normal Ini Menunggu Normal Sebenarnya

Dokter spesialis paru Reviono memberikan tanggapannya terkait fase new normal atau normal baru di tengah pandemi virus corona.

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Kemungkinan Kehidupan Normal setelah Pandemi, Ahli Paru: New Normal Ini Menunggu Normal Sebenarnya
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo diperiksa suhu tubuhnya saat meninjau kesiapan penerapan prosedur standar new normal (normal baru) di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa (26/5/2020). Dalam tinjauan kali ini, Jokowi menyampaikan pengerahan TNI/Polri secara masif di titik-titik keramaian untuk mendisiplinkan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan sesuai ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM - Dokter spesialis paru yang sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Reviono, memberikan tanggapannya terkait fase new normal atau tatanan normal baru di tengah pandemi virus corona.

Menurut dia, apa yang dimaksud new normal mungkin adalah keadaan di mana manusia bisa hidup dalam kondisi normal sebenarnya sebelum ada pandemi.

Dia mengatakan keadaan ini bisa menjadi normal kembali seperti saat sebelum terjadinya pandemi virus corona.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Reviono memberikan penjelasan materi pencegahan virus corona dalam kegiatan UNS Mengajar Indonesia di SMPN 2 Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (10/3/2020).
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Reviono memberikan penjelasan materi pencegahan virus corona dalam kegiatan UNS Mengajar Indonesia di SMPN 2 Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (10/3/2020). (Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)

"Karena apa? Karena selama ini pandemi ataupun wabah baik yang baru-baru ini seperti MERS dan SARS."

"Bahkan zaman dahulu tahun 1918 itu 'kan lebih parah lagi dan masa itu teknologi belum tinggi itu juga bisa hilang semua virusnya, H1N1," ungkap Reviono, melalui sambungan telepon kepada Tribunnews.com, Kamis (28/5/2020).

Sebagai informasi, virus corona jenis lain yakni Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS) juga sempat menggegerkan dunia.

SARS pernah merebak di China pada 2003 lalu, ditularkan melalui kucing luwak.

Berita Rekomendasi

Sedangkan, MERS pernah merebak di Arab Saudi pada 2012 lalu, ditularkan melalui hewan unta.

Sementara virus H1N1 atau flu Spanyol yang mewabah pada 1918 disebut sebagai pandemi terparah yang menyebar cepat dan mematikan.

Baca: Berbeda dengan PSBB, New Normal Kini Dijaga Aparat TNI Polri, Ali Ngabalin: Jokowi Memerintahkan

Baca: Atiqah Hasiholan Kritik soal New Normal, Putri Ratna Sarumpaet Ini Mengaku Ogah Normal Kayak Gini

Mengutip dari Kompas.com, pandemi ini diperkirakan menginfeksi sepertiga populasi dunia dan menewaskan 50 juta orang, atau sekitar 10 persen dari jumlah penderita.

Hal itu membuat flu Spanyol didapuk sebagai pandemi terburuk sepanjang sejarah.

Menurut Reviono, meski virus-virus tersebut masih ada hingga saat ini, namun penyebarannya sudah bisa dikendalikan.

Lantaran hal itu, ia beranggapan pandemi virus corona ini juga akan mereda seiring berjalannya waktu.

"Nah sekarang mungkin yang dimaksud new normal ini menunggu normal beneran, mungkin begitu," ungkap Reviono.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas