Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siapkah Indonesia Terapkan New Normal? Begini Pendapat Ahli

Reviono mengatakan Indonesia belum siap untuk menerapkan new normal atau atau tatanan normal baru di tengah pandemi Covid-19.

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Siapkah Indonesia Terapkan New Normal? Begini Pendapat Ahli
WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
NEW NORMAL - Pasukan Marinir berjaga di Stasiun Palmerah, Jakarta, Pusat, Rabu,(27/5/2020). 30 personil pasukan Marinir Cilandak ini bagian dari 340.000 personel TNI-Polri yang akan dikerahkan untuk persiapan tatanan kehidupan baru atau new normal selama pandemi Covid-19. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN 

TRIBUNNEWS.COM - Dokter spesialis paru yang sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Reviono, mengatakan Indonesia belum siap untuk menerapkan new normal atau tatanan normal baru di tengah pandemi Covid-19.

Menurut dia, penerapan new normal bisa dilakukan di daerah-daerah yang kasus Covid-19 sudah mengalami penurunan secara stabil.

Reviono menyebut, dalam hal ini setiap daerah harus berperan secara aktif untuk melakukan evaluasi terhadap tren penurunan kasus Covid-19.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Reviono memberikan penjelasan materi pencegahan virus corona dalam kegiatan UNS Mengajar Indonesia di SMPN 2 Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (10/3/2020).
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Reviono memberikan penjelasan materi pencegahan virus corona dalam kegiatan UNS Mengajar Indonesia di SMPN 2 Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (10/3/2020). (Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)

"Jadi setiap daerah mengevaluasi apakah tren kasus menurunnya sudah konsisten," terang Reviono, melalui sambungan telepon kepada Tribunnews.com, Kamis (28/5/2020).

Reviono menuturkan, jika di daerah kasus penurunan kasusnya belum konsisten, bisa memungkinkan terjadinya peningkatan kasus lagi.

Untuk itu, Reviono beranggapan penerapan new normal belum bisa dilakukan untuk seluruh wilayah Indonesia.

Apalagi di daerah-daerah yang angka penambahan kasusnya masih tinggi.

Berita Rekomendasi

"Kalau seluruh Indonesia belum (siap), terutama Jawa Timur dan Jakarta," ungkap Reviono.

Baca: PLN Siapkan 3 Fase Protokol Pelaksanaan Kerja dalam Situasi New Normal

Meski di beberapa daerah sudah bisa dilakukan new normal, lanjut dia, setiap daerah harus membuat protokol yang ketat terkait mobilitas masyarakat.

Menurut dia, setiap daerah harus benar-benar bisa membatasi mobilitas keluar dan masuk masyarakat dari suatu daerah ke daerah yang lain.

"Protokol kesehatan harus ketat, terutama di tempat umum, seperti harus memakai masker, jaga jarak kemudian periksa suhu."

"Yang keluar rumah itu kalau bisa orang yang imunitasnya kuat, kalau orang tua kan imunitasnya kurang, atau orang yang punya penyakit bawaan itu jangan keluar dulu di tempat umum," kata Reviono.

Baca: Ingin Hidupkan Lagi Pariwisata saat New Normal, Jokowi Minta Prioritaskan Wisatawan Lokal

Kemungkinan Kehidupan Normal setelah Pandemi

Menurut Reviono, apa yang dimaksud new normal mungkin adalah keadaan di mana manusia bisa hidup dalam kondisi normal sebenarnya sebelum ada pandemi.

Dia mengatakan keadaan ini bisa menjadi normal kembali seperti saat sebelum terjadinya pandemi virus corona.

"Karena apa? Karena selama ini pandemi ataupun wabah baik yang baru-baru ini seperti MERS dan SARS."

"Bahkan zaman dahulu tahun 1918 itu 'kan lebih parah lagi dan masa itu teknologi belum tinggi itu juga bisa hilang semua virusnya, H1N1," ungkap Reviono, melalui sambungan telepon kepada Tribunnews.com, Kamis (28/5/2020).

Sebagai informasi, virus corona jenis lain yakni Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS) juga sempat menggegerkan dunia.

Baca: Ahli Paru Paparkan Hal yang Bisa Dilakukan Terkait Pelayanan Kesehatan saat New Normal, Apa Saja?

SARS pernah merebak di China pada 2003 lalu, ditularkan melalui kucing luwak.

Sedangkan, MERS pernah merebak di Arab Saudi pada 2012 lalu, ditularkan melalui hewan unta.

Sementara virus H1N1 atau flu Spanyol yang mewabah pada 1918 disebut sebagai pandemi terparah yang menyebar cepat dan mematikan.

Mengutip dari Kompas.com, pandemi ini diperkirakan menginfeksi sepertiga populasi dunia dan menewaskan 50 juta orang, atau sekitar 10 persen dari jumlah penderita.

Hal itu membuat flu Spanyol didapuk sebagai pandemi terburuk sepanjang sejarah.

Menurut Reviono, meski virus-virus tersebut masih ada hingga saat ini, namun penyebarannya sudah bisa dikendalikan.

Lantaran hal itu, ia beranggapan pandemi virus corona ini juga akan mereda seiring berjalannya waktu.

"Nah sekarang mungkin yang dimaksud new normal ini menunggu normal beneran, mungkin begitu," ungkap Reviono.

Baca: Tegaskan New Normal Bukan Berarti Pulih, AHY: Risiko Penularan Masih Tinggi

Diberitakan sebelumnya, new normal digaungkan di tengah pandemi virus corona yang kian meluas dan menginfeksi jutaan orang di dunia, termasuk Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk dapat hidup berdamai dengan Covid-19.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita, mengatakan new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal.

Namun, perubahan ini ditambah dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19.

Baca: Atiqah Hasiholan Kritik soal New Normal, Putri Ratna Sarumpaet Ini Mengaku Ogah Normal Kayak Gini

Yakni mengedepankan pola hidup bersih serta sehat seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.

Menjaga jarak fisik pada saat kontak dengan orang lain atau penerapan physical distancing.

Serta membiasakan menggunakan masker pada saat ke luar rumah.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, Kompas.com/Sri Anindita Nursastri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas