Pernah Buka Kafan dan Memandikan Jenazah Pasien Covid-19, Kini Warga Sambi Boyolali Terpapar Corona
Satu orang positif Covid-19 berisinial FT asal Kecamatan Sambi itu sempat membuka kain kafan dan memandikan jenazah pasien sekitar 14 Mei 2020.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI – Satu dari sejumlah orang yang sempat membuka kain kafan dan memandikan jenazah pasien positif Covid-19, kini terinfeksi corona di Kabupaten Boyolali.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Ratri S Survivalina, menjelaskan, terjadi penambahan 1 orang positif Covid-19 per 31 Mei 2020 seperti yang terekam oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Penambahan 1 orang positif Covid-19 merupakan satu keluarga dengan pasien sebelumnya dari klaster Jakarta.
Satu orang positif Covid-19 berisinial FT asal Kecamatan Sambi itu sempat membuka kain kafan dan memandikan jenazah pasien sekitar 14 Mei 2020 yang datang dari Jakarta.
Baca: Masjid Kembali Dibuka di Arab Saudi, Jamaah Pakai Masker dan Wudhu dari Rumah
"Betul, Kabupaten Boyolali terjadi tambahan satu orang positif," ungkap Lina kepada TribunSolo.com, Senin (1/6/2020).
"Dari satu tambahan kasus baru tersebut, masuk daftar klaster Jakarta," kata Lina.
Lina mengatakan, satu tambahan pasien positif Covid-19 ini merupakan satu keluarga dengan pasien sebelumnya yang pernah dinyatakan positif Corona tetapi meninggal dunia di Jakarta.
"Jadi tekait pemakaman jenazah dari Jakarta, dimakamkan di Boyolali yang positif Covid-19 itu," ucap Lina.
Adapun FT menjalani perawatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Boyolali.
Pihaknya pun melakukan tracing atau pelacakan siapa saja yang kontak erat dengan keempat pasien tersebut.
"Kami segera melakuan tracking untuk mencari yang kontak erat dengan pasien," ujar Lina.
Selain terjadi penambahan, juga ada satu pasien sembuh asal Kecamatan Ngemplak.
Pasien berinisial JS merupakan pasien Covid-19 di Kabupaten Boyolali.
Baca: Kronologi Penangkapan Dwi Sasono: Ditangkap di Rumah, Barang Bukti 16 Gram Ganja
"Dia merupakan pasien 02 di Kabupaten Boyolali," tuturnya.
Dengan penambahan 1 orang yang positif dan pasien sembuh, jumlah pasien positif di Kabupaten Boyolali berjumlah 26 orang
Dari total 26 orang, yang telah dinyatakan sembuh 14 orang, yang masih menjalani perawatan 11 orang dan meninggal 1 orang.
Tak Pakai Protokoler
Pemulasaraan seorang warga Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali tidak menggunakan protokoler kesehatan Covid-19 yang dianjurkan pemerintah.
Adapun hasil swab PCR warga tersebut baru ke luar selang dua hari setelah pemulasaraan dan menunjukkan hasil positif Covid-19.
Akibatnya, sebanyak kurang lebih 19 orang kini menjalani karantina mandiri dan sedang menanti giliran uji rapid test serta swab PCR.
Baca: 2 Pria Serang Polsek Daha Selatan, 1 Polisi Tewas, Kantor Dirusak hingga Mobil Patroli Dibakar
Sebanyak kurang lebih 19 orang menghadiri acara pemulasaraan warga tersebut, termasuk di antaranya anak-anak.
"Sekitar ada 19 orang yang datang, dan yang membuka jenazahnya hanya 4 orang, yang menyaksikan ada anggota keluarga juga anak-anak," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Ratri S Survivalina, kepada TribunSolo.com, Senin (18/5/2020).
Selang dua hari pemulasaraan, tepatnya 16 Mei 2020, hasil tes swab PCR warga tersebut ke luar dan menujukkan hasil positif Covid-19.
Keluarga yang sempat menghadiri proses pemulasaraan langsung menjalani karantina mandiri selama 14 hari.
"Sekarang mereka dalam karantina semuanya, sejak 17 Mei 2020 setelah adanya surat yang menyatakan yang meninggal positif," jelas Ratri.
"Empat orang yang membuka kain jenazah sudah kita agendakan menjalani proses uji swab sekira 21 Mei 2020," tandasnya.
Baca: New Normal, Kemenag Rilis Aturan Baru Akad Nikah Maksimal Dihadiri 30 Orang
Ratri juga menyampaikan warga tersebut sempat dirawat Rumah Sakit Mitra Keluarga Jakarta.
"Itu orang asal Sambi, tapi posisinya tinggal di Jakarta, tanggal 11 Mei 2020 itu sakit kemudian diperiksakan di poliklinik daerah sana," jelas Ratri.
"Setelah itu, 13 Mei 2020, fisiknya menurun, kemudian 14 Mei 2020 meninggal dunia saat perjalanan ke rumah sakit," imbuhnya membeberkan.
Ratri menuturkan warga tersebut belum berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) saat dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Dari Jakarta statusnya tidak PDP terus langsung dibawa ke Boyolali untuk dimakamkan," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Dulu Buka Kafan & Mandikan Jenazah Covid-19, Kini Warga Sambi Boyolali Terima Kenyataan Jadi Positif