Disiplin Masyarakat Jalankan Protokol Kesehatan Rendah, Doni Monardo: Kita Harus Jadi Orang Cerewet
Doni Monardo menyinggung rendahnya tingkat disiplin masyarakat yang dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyinggung rendahnya tingkat disiplin masyarakat yang dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Menurut Doni Monardo, semua pihak harus saling mengingatkan satu sama lain.
Mau tidak mau kini semua pihak harus menjadi orang cerewet untuk mengingatkan protokol kesehatan.
"Kemudian tentang euforia dan juga tingkat disiplin yang masih rendah setelah kegiatan dibuka, ya memang ini PR kita semua. Tidak cukup hanya Gugus Tugas, tidak cukup hanya Presiden, para menteri, semua, Pak. Dan tidak cukup hanya sekali ngomong, jadi memang kita sekarang harus jadi orang yang cerewet, Pak," ujar Doni Monardo dalam rapat dengan Komisi X DPR RI, Rabu (17/6/2020).
Baca: Kronologi Pejabat di Papua Jadi Korban Bius di Sukabumi yang Akibatkan Duit Rp 100 Juta Amblas
"Saya sendiri kalau ada kegiatan dan melihat ada kawan-kawan yang berdekatan, pasti saya langsung berikan reaksi 'jaga jarak'. Ini harus sering diucapkan supaya kita semua terbiasa untuk tidak berdekatan," imbuhnya.
Menurutnya mengubah perilaku dan beradaptasi dengan kebiasaan baru harus dilakukan dengan baik, sehingga risiko terpapar Covid-19 bisa ditekan.
Dengan begitu, semua orang tetap selamat dan tetap sehat sehingga bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik.
Doni Monardo sendiri menyinggung sudah tiga bulan pihaknya bekerja keras untuk mengurai kepadatan para pengguna jasa transportasi.
Baca: Tertarik Minum Air Rendaman Ketumbar, Wanita ini Malah Mengeluh Mual Muntah dan Perutnya Sakit
Dia mengaku kewalahan untuk mengatur kepadatan masyarakat, terutama di stasiun-stasiun kereta api, stasiun keberangkatan, baik pada pagi hari maupun sore hari selesai jam kerja.
"Kita kewalahan, terus terang, Bapak Pimpinan, setiap hari Senin pagi dan biasanya hari Jumat sore, itu kepadatan luar biasa. Akhirnya ada kesepakatan dengan Menhub dan Kementerian BUMN kemudian (Kementerian) Tenaga Kerja, dengan pemerintah daerah di Jabodetabek, maka kesepakatan ini melahirkan sebuah pengaturan jadwal kerja," ungkapnya.
Baca: RUU HIP: Basarah Sebut Usulan bukan dari PDIP, Tanggapan Fadli Zon hingga Ngabalin Bela Jokowi
Lebih lanjut, Doni berharap penerapan pengaturan jadwal kerja (shift) tersebut dapat mengurangi kepadatan masyarakat.
Pihaknya nanti juga akan mengevaluasi kebijakan tersebut apakah efektif atau memerlukan perbaikan.
"Termasuk juga di jalan-jalan utama. Kami sedang evaluasi apakah ini nanti bisa berjalan efektif, atau mungkin perlu perbaikan. Tentu akan menyesuaikan dengan dinamika lapangan," katanya.
Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.
Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.
"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Baca: Viral Penjual Gorengan Cantik, Bantu Orangtua hingga Isi Waktu Luang setelah Di-PHK Akibat Corona
Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.
Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.
Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.
Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.
Baca: Kisah Inspiratif Chris John: Berawal dari Wushu hingga Happy Ending sebagai Petinju Profesional
"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.
Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.
Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.
"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.
Baca: Kronologi Perempuan di Solo Gagal Menikah, Mempelai Pria Kabur di Hari Pernikahan
Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.
Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.
"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.
"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.