Heboh Thermal Gun Dapat Merusak Otak, Yurianto: Itu Statement Tidak Benar
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Yurianto angkat bicara soal hebohnya thermal gun yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh bisa merusak otak.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto angkat bicara soal hebohnya thermal gun yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh bisa merusak otak.
Yurianto menegaskan pendapat di atas tidaklah memiliki kebenaran.
"Statement ini tidak benar," katanya dikutip dari covid19.go.id, Selasa (21/7/2020).
Pria berkacamata itu melanjutkan penjelasannya, secara ilmiah menurut Yurianto , berbagai ahli sudah mengatakan bahwa thermal gun hanya mengukur dengan pancaran radiasi sinar inframerah.
Dalam hal ini, thermal gun juga dipastikan tidak menggunakan sinar laser, tidak menggunakan sinar radioaktif semacam, x-ray.
Baca: Uji Klinis Vaksin Corona Sinovac Ditargetkan Rampung Januari 2021
"Hanya inframerah," imbuhnya.
Ia menilai dengan tersebarnya isu thermal gun merusak otak justru membahayakan semua orang dan dapat memicu kontraproduktif untuk mencegah agar penularan tidak terjadi.
Yurianto juga meminta agar masyarakat dapat menyikapi informasi itu dengan cara yang benar dan tidak terhasut dengan isu yang salah.
"Saudara-saudara, ikuti informasi ini dengan cara yang benar. Kesulitan ini tidak usah ditambah dengan berita-berita yang menyesatkan."
"Karena, ini akan membuat masyarakat semakin panik."
"Oleh karena itu, inilah yang harus kita jelaskan dan masyarakat agar, memakluminya," tutup Yurianto.
Baca: Update Corona Global 20 Juli 2020, Capai 14,5 Juta Kasus Infeksi & Lebih dari 600.000 Kematian
Cara Menggunakan Thermal Gun
Pada bulan Maret 2020 lalu, Badan Standarisasi Nasional mengeluarkan tips dalam penggunaan termometer non kontak untuk mengukur suhu badan.
Berikut rinciannya:
1. Gunakan termometer infra merah klinik, bukan termometer infra merah untuk industri
Termometer klinik dirancang khusus untuk mengukur suhu badan dengan rentang ukur 30° C ~ 42° C, sehingga memberikan hasil pengukuran suhu badan yang lebih dapat diandalkan.
Sedangkan thermometer industri mempunyai rentang ukur suhu yang jauh lebih lebar dengan tingkat kesalahan relatif lebih tinggi.
Kedua thermometer tersebut juga biasa disebut thermo gun.
Cek buku petunjuk untuk memastikan anda mempunyai termometer yang sesuai.
2. Gunakan sarung tangan
Bila tidak memakai sarung tangan, maka hasil ukur termometer ini akan terpengaruh oleh panas telapak tangan.
3. Cek dan ganti baterai secara berkala
Seiring dengan bertambahnya lama waktu pemakaian maka daya baterai semakin berkurang dan akan berpengaruh pada hasil pembacaan sehingga baterai perlu diganti denganyang baru.
4.Tempatkan termometer di depan dahi/kening
Orang yang diukur suhunya pada arah dan jarak yang sesuai dengan petunjuk yang ada pada buku petunjuk pemakaian.
Jarak sangat mempengaruhi hasil pembacaan.
Jarak yang terlalu jauh akan menyebabkan suhu badan terdeteksi lebih rendah dari yang sebenarnya.
Setiap thermometer mempunyai jarak ukur yang berbeda-beda.
Beberapa termometer mensyaratkan jarak ukur (2‐3) cm.
Sebagian yang lain mensyaratkan jarak ukur (5‐15) cm, sebagian yang lain lagi mensyaratkan jarak maksimum 5 cm.
Oleh karena itu sangat penting untuk mengecek jarak ukur di buku petunjuk.
5. Ulangi pengukuran apabila penunjukan suhu > 37,5° C atau <35° C
Suhu badan di atas 37,5° C menunjukan gejala demam.
Sebaliknya, suhu di bawah 35° C juga terlalu rendah bagi manusia yang sehat.
Oleh karena itu perlu dipastikan dengan pengukuran ulang.
Perlu diketahui juga bahwa suhu badan akan naik apabila yang bersangkutan baru saja melakukan aktivitas fisik.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)