Urutan Bahan Masker Terburuk hingga Terbaik dalam Mencegah Virus Corona, Apakah Maskermu Efektif?
Berikut urutan bahan masker dari yang terburuk hingga terbaik dalam mencegah virus Corona. Apakah masker milikmu efektif?
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Selama beberapa bulan terakhir, para ilmuwan telah mengevaluasi bahan masker yang paling efektif untuk mencegah penularan virus Corona.
Di bawah ini, Business Insider memaparkan hasil beberapa studi tentang masker sejauh ini.
Berikut peringkat masker, dari bahan yang paling buruk hingga terbaik dalam mencegah virus Corona, dirangkum Tribunnews :
1. Neck fleece
Bahan semacam ini dianggap mungkin lebih buruk daripada tidak mengenakan masker sama sekali.
Peneliti Duke menemukan, neck fleece sebenarnya dapat meningkatkan laju penularan droplet selama saat berbicara, dibandingkan tanpa memakai masker sama sekali.
Alih-alih menghalangi droplet besar, neck fleece tampaknya menyebarkan tetesan droplet menjadi partikel yang lebih kecil dan lebih banyak.
Karena droplet kecil cenderung bertahan di udara lebih lama, para peneliti menyarankan neck fleece yang lebih kontraproduktif.
Baca: Viral Masker Berlapis Emas 18 Karat dan Ditaburi 3.600 Berlian, Dibanderol Rp 22,1 Miliar
2. Masker kertas satu lapis
Para peneliti Inggris menemukan, orang yang memakai masker kain memiliki kemungkinan infeksi 54 persen lebih rendah daripada orang yang tidak memakai masker sama sekali.
Sementara itu, menurut royalsociety.org, orang yang memakai masker kertas memiliki kemungkinan terinfeksi 39 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak menggunakan masker.
Tidak seperti masker bedah yang biasanya memiliki lipatan dan terbuat dari tiga lapis kain, masker kertas lebih tipis.
Hal itu menjadikannya sebagai pelindung yang kurang efektif.
3. Masker rajut dan bandana
Menurut penelitian berjudul "Low-cost measurement of facemask efficacy for filtering expelled droplets during speech", bandana mengurangi laju penularan tetesan.
Perlindungan bandana sedikit lebih rendah dibandingkan perlindungan dari masker rajut.
Namun, menggunakan masker jenis ini masih lebih efektif daripada tidak menggunakan masker sama sekali.
4. Menutup area hidung dan mulut dengan syal atau kain
Para peneliti Inggris mengungkapkan, satu lapis kapas dengan 80 benang termasuk bahan yang paling tidak efektif dalam memblokir partikel virus Corona, baik besar maupun kecil.
Menurut studi Journal of Hospital Infection, syal dan kain mengurangi risiko infeksi sekitar 44 persen setelah 30 detik terpapar virus Corona.
Setelah 20 menit terpapar di lingkungan yang sangat terkontaminasi, risiko turun menjadi hanya 24 persen.
Namun, cara ini lebih baik daripada tidak mengenakan masker.
Bahkan, jurnal milik Cornell University menunjukkan, masker kain yang dikenakan longgar dapat mengurangi penyebaran partikel virus secara substansial, ketika orang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin.
Mereka menemukan, droplet yang terinfeksi dapat menjalar hingga 16 kaki ketika seseorang tidak memakai masker.
Baca: Peneliti Universitas Airlangga : Masker Lebih Efektif Cegah Penularaan Saat Naik Ojol
5. Handuk teh dan masker dari sarung bantal antimikroba
Studi dari Journal of Hospital Infection menemukan, handuk teh dan sarung bantal antimikroba menjadi masker alternatif.
Namun, handuk teh perlu dijahit dengan rapat untuk memberikan perlindungan.
Sementara itu, sarung bantal antimikroba (biasanya terbuat dari satin, sutra, atau bambu) lebih disukai daripada sarung bantal katun standar.
6. Kantong penyedot debu sebagai alternatif masker bedah
Studi berjudul "COVID-19 and use of non-traditional masks: how do various materials compare in reducing the risk of infection for mask wearers?" menemukan, kantong penyedot debu (atau filter penyedot debu yang dimasukkan ke dalam masker kain) mengurangi risiko infeksi sebesar 83 persen setelah 30 detik terpapar virus Corona dan 58 persen setelah 20 menit terpapar dalam kondisi lingkungan yang terkontaminasi.
Bahan ini hampir sama bagusnya dalam menyaring aerosol, seperti masker bedah.
Kantong penyedot debu bisa menjadi perlindungan yang cukup untuk mencegah virus.
7. Lapisan sutra atau masker katun tiga lapis
WHO merekomendasikan masker kain tiga lapis, yakni lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah yang menyaring, dan lapisan luar yang terbuat dari bahan non-penyerap seperti poliester.
Menurut penelitian Illinois University yang belum ditinjau, tiga lapis kaus dalam katun mungkin 100 persen sama protektifnya dengan masker kelas medis.
Para peneliti juga menemukan, kemeja sutra satu lapis mungkin memiliki proteksi perlindungan 100 persen.
Sebab, sutra memiliki sifat elektrostatis yang dapat membantu menjebak partikel virus yang lebih kecil.
8. Masker 'hibrida'
Para peneliti di Inggris menetapkan masker 'hibrida' - yang menggabungkan dua lapisan kapas dengan 600 benang denngan bahan lainnya seperti sutra, sifon, atau flanel - menyaring lebih dari 80 persen partikel kecil (kurang dari 300 nanometer) dan lebih dari 90 persen partikel yang lebih besar (lebih besar dari 300 nanometer).
Mereka menemukan bahwa kombinasi katun dan sifon memberikan perlindungan paling besar, diikuti oleh katun dan kain flanel, katun dan sutra, dan empat lapis sutra alami.
Para peneliti menyarankan, opsi ini mungkin lebih baik dalam menyaring partikel kecil daripada masker N95.
Namun, masker hibrida tidak selalu lebih baik dalam menyaring partikel yang lebih besar.
Tim peneliti juga menemukan, dua lapis kapas 600 benang atau dua lapis sifon mungkin lebih baik dalam menyaring partikel kecil daripada masker bedah.
Baca: Jokowi Sebut Penggunaan Masker Jadi Kunci Pengendalian Covid-19 di Indonesia
9. Masker bedah sekali pakai
Masker bedah terbuat dari kain yang tidak ditenun.
Sehingga, masker jenis ini biasanya merupakan pilihan teraman bagi petugas kesehatan yang tidak memiliki masker N99 atau N95.
Sebuah penelitian berjudul "Respiratory virus shedding in exhaled breath and efficacy of face masks" mengungkapkan, masker bedah mengurangi penularan beberapa kasus virus Corona pada manusia (meskipun penelitian tidak memasukkan virus Corona baru atau SARS-CoV-2) melalui droplet pernapasan dan aeorosol yang lebih kecil.
Secara umum, masker bedah tiga kali lebih efektif dalam memblokir aerosol yang mengandung virus, daripada masker wajah buatan sendiri.
10. Masker N99 dan N95
Ada alasan mengapa petugas medis direkomendasikan untuk menggunakan masker N99 dan N95.
Pasalnya, kedua masker ini menutup rapat sekitar hidung dan mulut, sehingga sangat sedikit partikel virus yang dapat masuk atau keluar.
Masker N99 dan N95 juga mengandung serat kusut untuk menyaring patogen di udara.
Sebuah studi yang diunggah Journal of Hospital Infection mengevaluasi lebih dari 10 masker berdasarkan kemampuannya dalam menyaring partikel virus Corona di udara.
Para peneliti menemukan, masker N99 mengurangi risiko seseorang terinfeksi sebesar 94-99 persen setelah 20 menit terpapar di lingkungan yang sangat terkontaminasi.
Masker N95 menawarkan perlindungan efisiensi minimum sebesar 95 persen dalam menyaring aerosol.
Sementara itu, penelitian yang diunggah Science Advances menunjukkan, kurang dari 0,1 persen droplet ditularkan melalui masker N95 saat pemakainya berbicara.
Cara Memakai Masker Adalah yang Paling Penting
Meskipun kamu menggunakan masker dengan perlindungan terbaik, seperti masker N95 atau masker bedah, perlindungannya akan menurun drastis jika ada celah antara masker dan kulit.
"Ini tentang batas masker. Anda harus memastikan tidak ada udara yang masuk," kata Dr. Ramzi Asfour, seorang dokter penyakit menular di Marin County, California.
Penelitian menunjukkan, memakai masker secara tidak tepat atau sporadis masih bisa mengurangi penularan.
Dalam Jurnal of American Medical Association, Direktur CDC Robert Redfield memperkirakan penggunaan masker secara universal dapat mengendalikan wabah di AS hanya dalam empat minggu.
Dari daftar masker di atas, manakah yang biasa kamu gunakan?
Apakah maskermu selama ini sudah cukup efektif melindungimu dari virus Corona?
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)