Erick Thohir Sebut Harga Vaksin Corona Sinovac di Kisaran Rp 366.000 sampai Rp 439.000
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut harga vaksin virus corona (Covid-19) yang berasal dari China, Sinovac di kisaran Rp 366.000 sampai Rp 439.000.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Menteri BUMN, Erick Thohir yang juga bertugas sebagai Ketua Pelaksanaan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), membeberkan kisaran harga vaksin virus corona.
Ia memperkirakan vaksin yang berasal dari China tersebut seharga 25-30 dollar AS atau kisaran Rp 366.000 sampai Rp 439.000 untuk satu orang dengan dua kali suntik.
Harga tersebut sudah merupakan kalkulasi dari bahan baku dan biaya produksi.
Di mana untuk bahan bakunya sendiri, perusahaan asal vaksin, Sinovac mematok harga 8 dollar AS per dosis di tahun 2020 ini.
Sedangkan di tahun depan, harga bahan baku vaksin mengalami penurunan menjadi 6-7 dollar AS per dosis.
“Memang harga yang sudah dikerjasamakan dengan Sinovac itu untuk 2020 harganya per dosis bahan bakunya 8 dollar AS, tapi di 2021 harganya 6-7 dollar AS, jadi ada penurunan."
“Nah perhitungan awal harga vaksin ini untuk satu orang, karena satu orang perlu dua kali suntik dan jeda waktunya dua minggu kurang lebih. Itu harganya 25-30 dollar AS range-nya,” ujar Erick, dikutip dari Kompas.com.
Baca: Begini Kesimpulan Rapat Kerja Komisi IX DPR dengan Terawan, Erick Thohir dan Doni Monardo
Adapun vaksin Sinovac nantinya hanya akan diimunisasikan pada masyarakat Indonesia dalam jangka pendek.
Karena vaksin tersebut tidak untuk seumur hidup, artinya hanya untuk satu sampai dua tahun saja.
Jika terus membeli bahan baku dari luar negeri, maka akan terjadi pemborosan anggaran.
Sehingga pemerintah berencana ingin memproduksi vaksin sendiri, yang Erick Thohir sebut sebagai vaksin merah putih.
Sementara itu, pada kesempatan yang berbeda, Erick Thohir menyampaikan alasan pihaknya memilih vaksin Sinovac.
Bukan karena lebih murah, pemerintah memilih bekerjasama dengan China karena menilai negara 'Tirai Bambu' itu terlihat terdepan dalam penanganan Covid-19.
"Kita lihat apa yang dilakukan China sangat terdepan, karena mungkin kan mereka kena duluan. Mereka kena di akhir tahun kemarin," kata Erick Thohir dalam video yang diunggah kanal YouTube Kompastv, Kamis (27/8/2020).
Erick Thohir pun membantah kabar bahwa Indonesia hanya menghubungi China mengenai penanganan virus corona.
Ia menyebut, saat Covid-19 mulai terdeteksi Maret 2020 lalu di Indonesia, justru pertama-tama pemerintah menghubungi WHO, Bill and Melinda Gates Foundation, dan bukan China.
Lebih lanjut, langkah-langkah yang diambil Indonesia dalam pengadaan vaksin Covid-19 menurut Erick Thohir sudah paling tepat.
Jika pemerintah tidak memiliki inisiatif mengusahakan vaksin, maka kemungkinan Indonesia tidak akan mendapatkan vaksin dunia.
Sebab WHO menyebut kebutuhan vaksin di dunia sebanyak 16 miliar untuk tiga tahun ke depan, sedangkan total produksi hanya sekitar empat sampai lima miliar.
"Kita coba lebih agresif, karena jangan sampai kita ini 'ya udah kita tunggu aja (vaksin dari luar)', tapi ternyata kan WHO bilang kebutuhan vaksin dunia itu 16 miliar untuk tiga tahun ke depan."
"Sedangkan total produksi dunia mungkin tidak lebih dari 4-5 miliar," jelas Erick Thohir.
WHO pun mengkhawatirkan vaksin tersebut hanya dapat dimiliki negara maju.
Melihat hal itu, pemerintah akhirnya memutuskan bertindak lebih 'agresif' dengan tidak menunggu vaksin dunia, dan memilih memproduksi sendiri.
Baca: Diberikan Awal 2021, Vaksin Corona Gratis untuk Peserta BPJS Kesehatan, Tapi . . .
(Tribunnews.com/Rica Agustina, Kompas.com/Muhammad Idris)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.