Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dulu Dicueki, Saat Pandemi Covid-19 Jadi Terkenal, Apa Epidemiologi? Yuk Kupas Ilmunya

Epidemilogi kini mendadak dikenal masyarakat di tengah Covid-19. Sebelumnya, terkesan dicueki, Siapa yang mau tahu disiplin ilmu ini?

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Dulu Dicueki, Saat Pandemi Covid-19 Jadi Terkenal, Apa Epidemiologi? Yuk Kupas Ilmunya
Shuttersock
Ilustrasi Epidemiologi 

Laporan wartawan Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Epidemilogi kini mendadak dikenal masyarakat di tengah Covid-19. Sebelumnya, terkesan dicueki, siapa yang mau tahu disiplin ilmu ini?

Hal itu dikatakan, Epidemiolog atau ahli yang mendalami epidemilogi profesi Griffith University, Dicky Budiman saat berbincang dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu.

"Sebelumnya kita enggak peduli pada profesi ini. Padahl kita lihat pandemi covid saat ini. Tercatat sebagai pandemi yang terbesar kerugiannya sekitar 10 triliun dolar AS. Terbesar dalam sejarah sebelumnya," ungkap dia.

Dikutip dari tulisannya yang dipublikasikan pada awal pandemi, Epidemiologi adalah cabang ilmu kesehatan yang juga sudah memiliki cabang keahlian yang beragam dan luas.

Keberagaman ilmu ini, mulai dari Epidemiologi Gizi, Kespro, Klinik, dan lain-lain.

Dalam kaitan wabah penyakit menular maka ahli epidemiologi yang terlibat adalah Epidemiolog Penyakit Menular (Epi PM) dan FETP (field epidemiology training programmes) yang menjadi semacam kopassus dalam perang melawan wabah/epidemi/pandemi di lapangan.

Epidemilogi kini mendadak dikenal masyarakat di tengah Covid-19.
Epidemilogi kini mendadak dikenal masyarakat di tengah Covid-19. (istimewa)
Berita Rekomendasi

Atas temuan ini maka mengetahui, tahu asal mula penyakit, bagaimana penyakit dapat menyebar di masyarakat, seberapa besar kejadian penyakit pada spesifik populasi, faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit dan opsi strategi mengendalikan penyakit tersebut.

Tentunya pada skala nasional dan global diperlukan dasar keilmuan dan pengalaman yang lebih mumpuni dalam kaitan epidemi/pandemi.

Ia mengungkap, sumber daya manusia di Indonesia untuk epidemolog masih sangat kurang. Idealnya satu epidemiolog untuk per10ribu atau 20ribu penduduk.

Sementara di Indonesia, satu epidemiolog untuk sekitar 500ribuan penduduk Indonesia.

"Sekarang jumlahnya jadi banyak banget (Epidemiolog) mendadak, yang tadinya sedikit sekarang banyak orang merasa jadi epidemiolog," ujar dia sambil bercanda.

Dicky menilai, dalam dua dasawarsa terakhir ini hampir setiap lima tahun atau setiap Menteri Kesehatan RI pasti menghadapi pandemi.

Seperti Pandemi Severe Accute Respiratory Syndrome (SARS) tahun 2002, lalu Influenza A (H1N1) tahun 2009, dan kini Covid-19.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas