Guru Besar FK Unpad Beberkan Fakta Vaksin Manjur Cegah Penyakit akibat Virus atau Bakteri
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. dr. Cissy Rachiana Sudjana, menerangkan, beberapa vaksin telah terbukti cegah penyak
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. dr. Cissy Rachiana Sudjana, menerangkan, beberapa vaksin telah terbukti dan diakui dapat mencegah penyakit yang disebabkan virus atau bakteri tertentu.
Vaksin merupakan antigen atau zat aktif pada virus dan bakteri yang apabila disuntikkan, menimbulkan reaksi sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus atau penyakit tersebut.
“Jadi kalau vaksin itu adalah zatnya. Proses pemasukkannya ke dalam tubuh disebut vaksinasi," kata dia dalam diskusi virtual, Selasa (27/10/2020).
Sementara, Imunisasi adalah reaksi dari tubuh setelah mendapatkan vaksin. Badan akan dirangsang untuk membentuk anti bodi pada sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: BPOM Tegaskan Belum Ada Satupun Vaksin Covid-19 yang Kantongi Izin Edar
Baca juga: 44 Kandidat Vaksin Covid-19 Belum Dapat Izin Edar BPOM, Mengapa? Ini Alasannya
"Selain anti bodi, badan akan menghasilkan sel memori, jadi sistem kekebalan kita bisa memproduksi anti bodi untuk segala macam penyakit yang tidak baik,” terangnya.
Dirinya memaparkan, dampak imunisasi terhadap turunnya penularan penyakit tercatat besar.
Seperti penyakit haemophilus, influenza, radang paru, gondok, rubella, hingga tifus, yang mampu ditekan penyebarannya oleh vaksin.
"Semua penyakit tersebut menurun jumlah penularannya, seiring dengan dilakukannya imunisasi," ungkap dia.
Jaminan Keamanan Vaksin
dr.Cissy berharap, masyarakat tidak perlu meragukan keamanan vaksin, lantaran ada jaminan keamanan vaksin yang terus dilakukan pada tiap fase uji klinik, sehingga produk akhirnya dipastikan aman, efektif, dan berkhasiat.
Pada tahap awal, produsen vaksin mengidentifikasi dahulu calon vaksin yang hendak dibuat. Calon vaksin yang terpilih adalah yang mampu menghasilkan zat antibodi terbaik.
"Saat sudah aman dan menghasilkan zat antibodi yang kuat, terutama pada uji pra klinik yang diujicobakan pada hewan, barulah pengujian diteruskan ke uji klinik pada manusia," terang dr.Cissy.
Ia melanjutkan, fase uji klinik pada manusia terbagi menjadi tiga tahap.
Pertama, pada fase I untuk menguji keamanan dan ke-efektifannya. Fase I ditujukan untuk menguji respon imun pada sekelompok orang dengan jumlah di bawah 100.