Vaksin Oxford-AstraZeneca Diklaim Efektif dan Lebih Murah
Vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan diproduksi oleh AstraZeneca ini dianggap lebih murah dan lebih mudah didistribusikan,
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
"Saya pikir, ini adalah hasil yang sangat menarik. Karena vaksin dapat disimpan pada suhu lemari es, maka vaksin dapat didistribusikan ke seluruh dunia dengan menggunakan sistem distribusi imunisasi normal," kata Pollard.
Ia pun menegaskan bahwa pihaknya hanya ingin memastikan vaksin itu bisa diakses negara manapun.
"Jadi tujuan kita untuk memastikan bahwa kita memiliki vaksin yang dapat diakses di mana-mana, saya pikir kita benar-benar berhasil melakukannya," tegas Pollard.
Vaksin Oxford-AstraZeneca juga diklaim lebih murah dibanding pesaingnya.
AstraZeneca, telah berjanji untuk tidak mengambil keuntungan dari penjualan vaksin selama masa pandemi ini.
Perusahah tersebut juga telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah dan organisasi kesehatan internasional yang menetapkan biayanya, yakni sekitar 2,50 dolar Amerika Serikat (AS) per dosis.
Sedangkan vaksin lainnya yakni Pfizer dibanderol sekitar 20 dolar AS per dosis, dan Moderna menetapkan harga sekitar 15 hingga 25 dolar AS.
Penetapan harga ini tentunya berdasar pada perjanjian yang dibuat oleh perusahaan itu untuk memasok vaksin mereka ke pemerintah AS.
Ketiga vaksin tersebut nantinya harus mendapatkan persetujuan dari regulator, sebelum didistribusikan secara luas.
Pemimpin Tim Peneliti Oxford dan AstraZeneca Sarah Gilbert menekankan bahwa mereka tidak bersaing dengan proyek lainnya.
Menurutnya, diperlukan banyak vaksin untuk menjangkau populasi dunia demi mengakhiri pandemi.
"Kami tidak berpikir tentang vaksinasi yang berhasil untuk satu orang pada satu waktu. Kami harus memikirkan tentang vaksinasi terhadap komunitas, populasi, dan mengurangi penularan dalam populasi tersebut sehingga kami benar-benar bisa mengatasi pandemi ini," kata Gilbert.
Ia pun meyakini pihaknya memiliki kemampuan untuk berkontribusi melalui cara ini.
Hasil uji coba vaksin ini muncul saat gelombang kedua Covid-19 kembali melanda banyak negara, menutup bisnis, membatasi interaksi sosial dan menghantam ekonomi dunia.