Empat Provinsi Ini Alami Kenaikan Kasus Covid-19 Setelah Libur Panjang Oktober Lalu
Dewi Nur Aisyah menyebut, ada empat provinsi yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 setelah liburan panjang pada Oktober 2020 lalu.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 dr Dewi Nur Aisyah menyebut, ada empat provinsi yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 setelah liburan panjang pada Oktober 2020 lalu.
Dewi menyebut, empat provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Hal itu disampaikan Dewi dalam dialog bertajuk Covid-19 Dalam Angka: Belajar Dari Pengalaman Libur Panjang yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia, Rabu (16/12/2020).
"Ini ada empat provinsi yang paling banyak terdampak di Indonesia pada saat libur panjang," kata Dewi.
Baca juga: 12 Artis Tanah Air Pernah Terinfeksi Covid-19 di 2020, Satu di Antaranya Meninggal Dunia
Dewi pun menyebut, setelah liburan panjang, kasus Covid-19 di DKI Jakarta terus menanjak.
Sementara, Jawa Tengah sempat mengalami kenaikan.
Lalu, sedikit menurun tetapi kemudian kembali meningkat.
"Jawa Barat juga peningkatan, Jawa Timur juga peningkatan," ujarnya.
Baca juga: Anggota Komisi IX DPR: Tidak Ada Lagi Alasan Masyarakat Tolak Vaksin Covid-19 Setelah Digratiskan
Ia mengatakan, kenaikan ini terjadi karena adanya mobilitas masyarakat khususnya di Pulau Jawa saat musim liburan.
Sehingga, perpindahan tersebut menyebabkan peningkatan klaster keluarga yang terjangkit Covid-19.
"Kalau DKI Jakarta bisa jadi tempat keluarnya orang berpindah dan daerah tujuannya paling tinggi adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur setelahnya," jelasnya.
Risiko Kematian Pasien Covid-19 Dipengaruhi Usia dan Riwayat Komorbid
Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 telah melakukan analisis kematian pasien Covid-19 berdasarkan usia dan riwayat komorbid atau penyakit penyerta.
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, hasil analisis ini sedang dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional yaitu PLOS One.
Hasil analisis tim pakar selama 5 bulan terakhir, berdasarkan aspek usia, pasien yang berada di usia 31 - 45 tahun berisiko masing-masing sebesar 2,4 kali lipat pada kematian.
Kemudian pada rentang usia 46 - 59 tahun, berisiko 8,5 kali lipat pada kematian.
Baca juga: Pemda Diminta Optimalkan Peran Satgas Daerah Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 Liburan Akhir Tahun
Hal itu disampaikan Wiku saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 melalui disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/12/2020).
"Risiko ini akan semakin meningkat pada usia lanjut, diatas 60 tahun yaitu sebesar 19,5 kali lipat," jelas Wiku.
Lalu, penelitian pada jenis komorbid menunjukkan penyakit ginjal memiliki risiko kematian 13,7 kali lebih besar dibandingkan pasien yang tidak memiliki penyakit ginjal.
Pada komorbid penyakit jantung, memiliki risiko 9 kali lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki penyakit jantung.
Penyakit diabetes mellitus memiliki risiko kematian 8,3 kali lebih besar, hipertensi 6 kali lebih besar, dan penyakit imun memiliki risiko 6 kali lebih besar dibandingkan yang tidak memilikinya.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Tidak Digratiskan secara Total, Pemerintah: Demi Keadilan
"Semakin banyak riwayat komorbid, mereka yang memiliki penyakit komorbid lebih dari satu, berisiko 6,5 kali lipat lebih tinggi untuk meninggal saat terinfeksi Covid-19," katanya.
Pada pasien yang memiliki 2 penyakit komorbid, berisiko 15 kali lipat lebih tinggi untuk meninggal saat terinfeksi Covid-19 dibandingkan yang tidak memiliki kondisi komorbid.
Lalu yang memiliki lebih atau sama dengan 3 penyakit komorbid berisiko 29 kali lipat lebih tinggi meninggal saat terinfeksi Covid-19.
"Meskipun kita tahu penularan Covid-19 tidak mengenal batasan, temuan ini menunjukkan secara detail golongan mana saja yang perlu mendapat perhatian lebih dan diprioritaskan perlindungannya," jelas Wiku.
Baca juga: Positif Covid-19, Ustaz Yusuf Mansur Kabarkan Kondisi Terkini: BAB Harus Pakai Pampers
Untuk itu, bagi masyarakat yang masuk dalam kategori berisiko tinggi atau bagi yang tinggal dengan anggota keluarga berisiko tinggi, maka Wiku menyarankan terapkan protokol kesehatan dengan ekstra disiplin.
Bagi masyarakat yang tidak masuk dalam golongan tersebut, sebagai makhluk sosial sudah pasti akan berinteraksi dengan golongan tersebut.
Ia mengajak masyarakat saling menjaga dan meringankan beban satu sama lain dengan disiplin protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
Catatan Redaksi:
Bersama-kita lawan virus corona.
Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.
Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin) Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).